VI

835 38 3
                                    

Di tengah kepadatan lalu lintas, Alexa berjalan dengan sendirinya.

'Jika aku bisa memilih untuk tidak hadir di lingkungan orang yang demikian...'

Nyatanya takdir tidaklah bisa direnggut. Biar bagaimanapun juga perjalanan kini adalah bagian dari masa depan pula.

Orang tuanya terkejut menampaki Alexa pulang dalam keadaan penuh luka.

"Happy valentine mama dan papa. Lexa minta supaya mama dan papa tidak memperpanjang masalah ini."

Alex dan Hanna saling memandang satu sama lain. Pikiran mereka tertuju pada Alexa yang setidaknya gadis itu sudah jauh berbeda dari yang dulu. Jika dulu Alexa selalu pulang dalam keadaan menangis oleh karena jemputan yang terlambat.

"Putri kita sudah ingin mandiri pa. Apa tidak sebaiknya papa mulai memberikan mobil itu sepenuhnya untuk Alexa?" Kata Hanna sambil memijat lembut pundak Alex.

Alex menghela nafas.

"Putri semata wayang kita, aahhh rasanya sulit untuk melepaskannya kelak jika ia sudah dewasa dan memilih rumah tangganya sendiri."

Pikiran Alex tiba-tiba mengarah pada masa depan Alexa, dan itu membuat Hanna tanpa sadar meneteskan air matanya.

Hikss...

"Renoo..." lirih Hanna

Anak yang kabur dulu terlintas di pikirannya. Hingga sekarang ia masih belum ditemukan pihak polisi.

Plukk!!!

Alexa melempar ke sudut tembok kado yang di kasi Mada tadi siang di sekolah. Saat ini sebuah perasaan tak biasa sedang ia rasakan dan membuat emosinya tidak stabil. 

~

Tok tok tok!!!

"MASUUK!!!"

"Mada, ada telepon dari ibumu."

Masih di depan pintu Sabina menyerahkan ponselnya. Ia tidak ingin mendekati Mada dalam keadaannya sekarang. Ia tahu betul jika keponakannya itu sedang marah tidak biasa, apapun yang didekatnya bisa saja di lempar dengan semaunya.

"Halo Mada sayang..."

"Mada, ayah dan ibu disini sangat merindukanmu. Apa kamu juga merindukan kami?..."

"Halo...haloo...Mada, kenapa kamu tidak bicara? Kamu kenapa sayang?"

Lama Laras menunggu, Putranya sama sekali tidak menjawab apapun.

"Aku rasa dia kecewa dengan kita. Kamu tutup saja teleponnya, besok biar aku yang menghubunginya lagi." Saran Bardo.

Tuut tut tuut!!!

Sambungan terputus, dan itu sama sekali tidak merubah pikiran Mada. Ia masih tetap pada lamunannya sedari tadi.

Sebenarnya yang terjadi pada malam sebelum Valentine tiba, saat acara makan malam bersama dengan keluarga Hartono. Hal itu sudah menjadi tradisi ketika Aldo akan berangkat kembali ke Jakarta, mereka semua akan semangat untuk makan sambil mengobrol hangat bersama-sama.

Sahabat, kok romantis???Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang