Special Reno~
"Aku percaya padamu tuhan, akan indah pada waktunya engkau mempertemukanku dengan keluarga kandungku. Terimakasih engkau masih mengizinkanku untuk menjalani kehidupanku hingga sekarang dan telah mempertemukanku dengan keluarga yang aku sia-siakan kebaikannya dulu. Kini, hanya mama yang aku punya. Semoga beliau selalu dalam keadaan sehat walhafiat,"
Malam ini sebuah bintang bertepatan jatuh dikala doa tersebut ia panjatkan. Mitosnya apapun bisa menjadi nyata, manusia hanya bisa menunggu saja, akankah hal tersebut dapat terbukti?
Reno mengamati langit malam dengan kedua matanya yang disinari penuh bulan purnama. Ia tersenyum dikala memikirkan hal itu, dan berharap esok akan menjadi kenyataan.
Tok tok tok...
Seorang wanita paruh baya membuka pintu kamarnya yang tidak terkunci seraya tersenyum lembut kearah putra satu-satunya. Reno membalas dengan sebuah pelukan hangat untuk sang mama.
"Belum tidur kamu?" Tanya mamanya.
"Sekarang Reno akan tidur kok."
"Ingat, besok kamu sudah harus ke kampus." Katanya mengingatkan.
"Iya ma, Reno udah pasang alarm."
"Owh iya hampir aja mama lupa ngasi tau kamu, Reno, mulai besok mama akan kembali membuka butik. Jadi besok kalau Dea sama teman-temannya datang kesini, kamu suruh aja ke butik. Disana ada ruangan nggak kepakek buat latihan dance."
"Ma, mama nggak apa-apa?"
"Sayang, mama akan lebih baik-baik saja jika beraktivitas, jadi kamu jangan terlalu khawatir. Fokus saja pada kuliahmu sayang."
"Tapi kata dokter mama kan nggak boleh capek,"
"Mama janji mama tidak akan bekerja sampai kecapekan." Ujarnya seraya memberi sebuah kecupan kening pada Reno.
Kadangkala kemauan seseorang tidak sama dengan keinginan seseorang. Malam semakin larut dan melelapkan sepasang mata yang mulai merasakan kantuk.
***
Kriiiing!
Suara deringan weker membangunkannya tepat pukul 5.30 am. Reno segera bergegas mengemasi diri, memakai pakaian yang pantas nan sopan untuk menghadiri suatu acara di kampusnya.
Mamanya menyambut di meja makan dengan sarapan yang telah ia siapkan seperti biasa.
"Wah, masakan mama semakin hari semakin terasa enak di lidahku." Puji Reno begitu menyuapi satu sendok nasi goreng ke mulutnya.
"Bisa aja kamu nak, pasti ada maunya."
"Reno hanya minta doa restu dari mama."
"Tanpa kamu minta pun, doa mama selalu menyertaimu."
"Tapi Reno tidak ingin mama merestui perjodohanku dengan Stella. Wanita itu bukan tifeku ma." Bhatin Reno.
Setiap saat Reno selalu mengingat perjodohan tersebut. Begitu menginjak usia yang ke-28 tahun, ia harus menikahi Stella dengan cara paksa, apapun yang terjadi pernikahan tersebut harus tetap di gelar. Begitulah wasiat keluarga Stella untuk menitipkannya pada Ratna selaku teman kerja almarhum kedua orang tuanya.
"Stella, bisakah kamu ikut aku sebentar?"
Reno menghampirinya yang tengah berpacaran dengan pria lain dikala acara kampus telah usai. Hal itu sudah biasa terjadi, dan malah Reno hanya menganggap sebagai makanan sehari-harinya. Mengenyangkan namun habis itu tersedak dan membuat kerongkongannya sakit.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat, kok romantis???
Fiksi RemajaKisah ini diadaptasi dari imajinasi belaka author dimana tanpa sengaja terinspirasi di siang hari setelah bangun tidur. Enjoy the story😊 aku berusaha untuk menciptakan suasana cerita yang senyaman mungkin, dan sebisa mungkin sesuai ekspektasi alur...