XXVI

505 14 3
                                    

Dirimu sendirilah yang menciptakan suasana tidak akrab itu, orang lain sebagai figurnya.
---

"Silahkan yang namanya tidak ibu sebutkan, bisa menunggu di luar kelas."

Hari ini bu Maya telah membacakan hasil ulangan Fisika tempo hari yang terlaksana dengan begitu lancar, dan beberapa diantaranya sedang menjalankan remidi atau berkesempatan untuk memperbaiki nilai yang dianggap kurang mencapai nilai KKM.

"Kasihan Beni, seharusnya aku kasi aja dia nyontek punyaku waktu itu." Ucap Mita memperhatikan Beni yang tengah berjuang di dalam.

Dari raut wajahnya, gadis itu terlihat benar-benar begitu memperhatikan.

"Ciee, ada yang mulai jatuh cinta nih," goda Alexa di sebelahnya.

"Apaan sih Alexa, aku kan lagi sedih. Nggak bisa apa hibur aku? kasi solusi kek biar aku nggak sedih lagi." Katanya dengan bibir manyun.

"Ya udah sini sini sini aku peluk," didekapnya hangat tubuh temannya itu "lagian ni ya salah kamu sendiri sih sok jual mahal gitu sama Beni."

"Iih kamu mah malah ceramahin aku, memangnya salah gitu kalau aku sok jual mahal? Kan belum tentu juga dia suka sama aku, nanti yang ada malah pada akhirnya cintaku bertepuk sebelah tangan," hiks

Alexa hanya setia menepuk-nepuk punggung Mita. Ia tidak tahu lagi harus berkata apa, ia takut akan semakin membuat Mita bersedih.

"Mita kenapa nangis?" Tanya Dea menghampiri.

"Ini Mita katany--"

Ucapan Alexa terpotong setelah dibungkamnya mulutnya itu dengan cepat oleh Mita.

"Gue minta lo jangan bilang yang sebenarnya sama Dea!" Bisik Mita kala bersamaan ia membekap mulut Alexa. Ia tidak ingin Dea tahu bahwa ia menyukai Beni, sebab Dea pasti akan mengatakannya pada Beni karena mereka lumayan dekat.

Setelah ia mengangguk, akhirnya Alexa terbebas dari cengkeraman Mita yang mengejutkannya.

"Jadi kenapa?" Tanya Dea kembali.

"Gue cuman kelilipan aja, permisi ya gue mau ke toilet."

"Mita aneh banget, ada apa ya?" Bhatin Dea curiga.

"Kenapa lo?" Tanya Mada melihat Alexa mengusap-usap bibirnya.

"Kecium tangannya Mita!" Katanya mengadu.

Mada tertawa geli.

Sementara itu di toilet, Mita baru usai membasuh tangannya dan sempat berkaca sebentar memastikan matanya tidak terlihat bengkak usai menangis tadi.

"Sandra!"

Mita melihat bayangan Sandra terpantul di kaca. Ia kaget dan lalu berbalik badan.

"Lo ngapain disini?" Tanya Mita terlihat ketakutan.

"Tenang Mita, gue nggak akan ngapa-ngapain lo kok," Katanya seraya mendekati Mita.

"Gue bisa bantu masalah lo." Lanjutnya.

Mita bingung. Ia hanya mengernyitkan alisnya sebelah.

Sahabat, kok romantis???Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang