Hidup dipenuhi banyak drama, salah satu drama dalam hidupku ada engkau yang terlibat. Bisakah kau membawaku secepatnya pada ending? Aku ingin melihat bagaimana akhir dari teka-teki cintamu.
Seseorang tidak akan bisa memahami masalahnya dengan baik, jikalau ia lari dari masalah. Itulah mengapa engkau perlu menikmati alurnya dengan tenang. Buat dirimu merasa senyaman mungkin berada dalam masalah yang tengah kau hadapi.
"Alexa!!!"
"Dea, kupikir siapa. Ngagetin aku aja,"
"Hehehe, maaf. Habisnya dari belakang aku perhatiin kamu serius banget. Lagi baca buku apaan sih?" Tanya Dea seraya mengambil sebuah buku dengan sampul berwarna biru langit tersebut dari tangan Alexa lalu membacanya.
"Kamu paham dengan kata-katanya?" Tanya Alexa tersenyum menawan di sebelah Dea.
"Kupikir kalimat terakhir ini pernah tante Ratna ucapkan saat itu."
"Rupanya kamu mendengarnya saat itu. Kupikir yang ada dipikiranmu saat itu hanya-"
"Hey, udahlah. Mau bikin aku sedih lagi?" Dea tidak membiarkan Alexa mengungkit masa lalu. Beberapa kali ia juga menengok ke arah belakang, dimana disana terlihat dua insan yang tengah berpacaran, Beni dan Mita.
"Kamu cemburu?" Tanya Alexa menghentikan lamunan Dea.
"Tidak ada alasanku untuk cemburu."
"Maaf, aku rasa-"
"Alexa, anterin aku ke perpustakaan yuk. Aku juga ingin meminjam buku seperti ini juga, ayo!" Ditariknya tangan Alexa tanpa sempat dijawabnya dulu.
Dug! Dug! Dug!
Sebuah bola basket menggelinding kearah gadis yang tengah berjalan pelan di pinggir lapangan. Ia mengambil bola tersebut tanpa berniat untuk mengembalikannya pada seorang siswa yang menginginkan bola itu kembali. Padahal siswa tersebut sudah memintanya untuk melemparkan padanya berkali-kali, namun gadis itu tetap bersikeras diam ditempat dan menatap siswa tersebut penuh rahasia.
Dua puluh menit kemudian, tepatnya bel masuk kelas telah berbunyi dan bahkan keduanya masih tetap berada di lapangan. Bola basket yang masih berada diantara mereka seakan menjadi saksi hal apa saja yang telah mereka obrolkan.
"Ada yang tahu dimana Mada dan Sandra?" Tanya bu Maya.
Keadaan kelas setengah ricuh mendebatkan dua orang tersebut yang ketika pembelajaran akan dimulaipun, belum juga ada tanda-tanda keduanya datang ke kelas.
"Lo tau dimana Mada? Astaga, sepertinya mereka menghabiskan waktu berdua di luar sekolah-" ucap Mita terpotong dengan tiba-tiba Alexa berdiri.
"Izinkan saya mencari mereka bu!"
Alexa berlari menyusuri koridor sekolah yang telah sepi. Tidak peduli jika kepala sekolah sekalipun datang menegurnya agar tidak membuat kebisingan dengan suara langkah sepatu yang dapat membuat proses pembelajaran terganggu. Ia menyusuri setiap sudut sekolah dan berakhir pada lantai satu, tepatnya di lapangan basket.
"Sudah kuduga," langkahnya perlahan mendekati dua orang yang dicarinya. Ia menemukan Mada bersama Sandra tengah duduk berdua di tengah lapangan.
"Bu Maya mencari kalian."
"Katakan padanya bahwa kami tidak niat belajar sekarang," ucap Sandra diimbuhi tatapannya yang tajam terhadap Alexa.
"Owh iya, sekalian juga ya ambilkan tas kami." Lanjutnya tersenyum sungging.
Alexa berlalu tanpa mengatakan apa-apa. Ia kecewa pada sikap Mada yang tidak menatapnya sama sekali bahkan tidak membentak Sandra dikala dirinya merendahkan sahabatnya itu. Tanpa disadarinya, sebutir air mata telah jatuh membasahi seragam putihnya. Untungnya ia segera menyeka air matanya ketika suara langkah kaki hampir mendekatinya dan berakhir memeluknya dari belakang.
"Don't cry," ucap laki-laki itu membisikan di telinganya, hal itu malah membuat Alexa semakin deras menjatuhkan air matanya.
"Mada!!!" Teriak Sandra dari arah belakang.
"Jangan pedulikan. Kita lanjutkan saja menuju kelas." Pinta Mada.
***
"Kamu yakin akan mengajakku ke klub karate lagi?"
"Hhmm...sepertinya,"
"Apa kamu bilang? Coba katakan sekali lagi!"
"Hahahaha tidak tidak, aku hanya bercanda gadis manis."
Bel pulang sekolah telah berbunyi, dan sebelumnya Mada dan Alexa telah sepakat akan pergi bersama ke klub karate. Kini keduanya dalam perjalanan menuju kesana, dimana Mada mengemudikan mobil Alexa seperti biasanya mereka pergi kemana-mana berdua.
Alexa membuang nafasnya kasar, "hmmm....dulu kamu pernah janji sama aku, kamu nggak akan pernah ninggalin aku, apalagi nggak akan ngebiarin ada orang yang menyakitiku. Dan kamu sendiri yang malah menyakitiku berkali-kali. Kamu ingkar janji Mada."
"Mungkin bukan akunya, mungkin saja perasaan kamu itu yang membuatmu merasa sakit hati karenaku. Lalu jika kutanya, atas alasan apa kamu masih bersedia menunggu hingga sekarang?"
"Pertanyaanmu bodoh Mada. Yang kau tanyakan barusan seolah membuatku merasa mengemis cinta padamu, dan tidak kunjung ada balasannya."
Hening. Mada tidak tahu harus berkata apa. Ia hanya mampu menebak bagaimana perasaan Alexa saat ini melalui ekspresi wajahnya tanpa senyuman.
"Apa aku terlalu berterus terang?" Bhatin Alexa menggigit bibir bawahnya.
"Maafkan aku," ucap Alexa di tengah keheningan.
"Sepertinya yang salah bukan dirimu."
"Bukankah hal itu tidak menjadi masalah?"
"Tapi Alex'ss-"
"Ssst...aku hanya menginginkan perdamaian."
Mereka sama-sama tersenyum menawan. Perjalanan ini terasa begitu berbeda dari sebelumnya, walaupun kesamaan akan hal perasaan masih tetap Alexa rasakan. Ia begitu yakin akan ada sesuatu yang istimewa dari penantiannya selama ini terhadap Mada. Dan kuncinya hanya perlu menunggu, menjaga hubungan ini tetap baik-baik saja selama keegoisan tidak hadir didalamnya.
Criit!
Tiba-tiba Mada mengerem mobil mendadak.
"Sandra!"
"Alexa, jangan keluar! Alexa!"
...
To be continued~
Kira-kira apa yang terjadi dengan Sandra? Pantengin terus di cerita ini ya😊
Vote dan commentnya readers💕💕
![](https://img.wattpad.com/cover/169114443-288-k451826.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat, kok romantis???
Ficção AdolescenteKisah ini diadaptasi dari imajinasi belaka author dimana tanpa sengaja terinspirasi di siang hari setelah bangun tidur. Enjoy the story😊 aku berusaha untuk menciptakan suasana cerita yang senyaman mungkin, dan sebisa mungkin sesuai ekspektasi alur...