Kita tidak dapat bicara selama rasa bersalah itu masih ada. Jadi kumohon lenyapkanlah.
---"Alexa, kamu mendengarnya barusan? Dia mengatakan kamu sangat cantik dengan kostum tari buatan tante Ratna..."
"Bukankah tadi itu terlihat masih sama? Dia bahkan hanya menghampiriku dengan pujian yang umum setiap orang ucapkan..."
"...dia romantis ya padamu, sebagai sahabatnya. Apa kamu yakin dia tidak menyimpan perasaan yang lebih terhadapmu?"
"...ya tuhan, ini bukan kali pertama kami bertengkar, tapi kenapa pula perasaan aneh ini sangat menyiksaku? Dengan menyebutnya laki-laki brengsek, bisa dibaca dari raut wajahnya kala itu, dia benar-benar kesal terhadapku, dan sekarang apa yang harus kulakukan?"
"Alexa!!!"
"Ya," sontak Alexa kaget.
Dirinya masih berdiam diri di tempat, dimana lima belas menit yang lalu Mada berdiri dihadapannya dan tersenyum tulus padanya. Dea yang sibuk merias dirinya bersama dengan beberapa teman sekelas memandangi Alexa heran dari depan kaca yang terlihat dengan ekspresi yang susah dibaca.
"Hhmm... saking sibuknya dengan pikiran bhatinmu, kamu sampai menjatuhkan bunga yang diberikan Mada untukmu."
"Bunga?" Alexa melihat ke bawah, dan benar saja setangkai bunga mawar merah tepat berada di depan kakinya. Ia mengambilnya dengan perlahan lalu menciumnya. Ia baru ingat, tadi sebelum pergi, Mada sempat menyelipkan bunga mawar itu ditangannya dan tanpa berucap apapun lagi, ia berlalu pergi. Bunga itu tanpa sengaja jatuh ketika ia tengah melamun.
"Alexa, kamu harusnya buka hatimu untuk Mada, jangan biarkan Sandra merebutnya darimu." Kata Dea mendekati gadis yang tersenyum natural itu.
"Kamu tidak tau Dea, dari dulu aku sudah membuka hati untuknya. Aneh, secepat itukah aku bisa jatuh cinta kepadanya? Hingga sekarang perasaan itu masih tetap sama."
~
"Permisi, boleh tante bicara sebentar denganmu?"
Dengan mata berkaca-kaca, Hanna memegangi wajah yang seperti dikenalnya, wajah yang tidak asing baginya, yang telah berada dihadapannya.
"Kamu memiliki wajah yang mirip dengannya. Jika dia sekarang disini, sudah pasti sebaya denganmu."
"Mama, tanganmu begitu terasa hangat,"
"Reno, boleh tante memelukmu?"
"Dengan senang hati Reno akan memeluk mama, tapi Reno nggak bisa memberitahu mama yang sebenarnya sekarang."
Seraya akan memeluknya, tiba-tiba seseorang memanggilnya dari arah belakang. Keduanya terkesiap dan melihat ke arah wanita paruh baya yang sedang berjalan ke arah mereka.
"Sa-saya minta maaf, karena sudah lancang ingin memeluk Reno-"
"Reno, ayo pulang!" Ditariknya tangan Reno secepat mungkin agar ia menjauh dari Hanna. Mereka hanya bisa bertatapan semakin jauh hingga jarakpun tercipta.
~
Sementara itu di aula sekolah, Alex masih duduk dengan santai disana usai menonton pertandingan basket sahabat putrinya.
"Waah hebat kamu Mada, bisa mencetak point dengan sekali bermain!"
"Tidak om, ini semua juga berkat kerjasama tim. Mada tidak ada apa-apanya."
"Hei, janganlah merendah gitu. Om liat kamu bermain dengan sangat bagus tadi, benar-benar bagus, sampai-sampai om tidak berkedip melihatnya," kata Alex tertawa diikuti tawa dari Mada. "Lalu kenapa kamu tidak ikut acara tambahannya?"
![](https://img.wattpad.com/cover/169114443-288-k451826.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat, kok romantis???
Teen FictionKisah ini diadaptasi dari imajinasi belaka author dimana tanpa sengaja terinspirasi di siang hari setelah bangun tidur. Enjoy the story😊 aku berusaha untuk menciptakan suasana cerita yang senyaman mungkin, dan sebisa mungkin sesuai ekspektasi alur...