Alexa pov
Yeyyyy Bali!!! Asyiiiik, kita sudah sampai Bali!!! Khususnya aku, tidak paham harus mengekspresikan perasaan gembiraku seperti apa lagi, yang jelas aku sangat lelah sekarang. Kami akan menuju hotel yang telah di booking papa sebelumnya, lalu aku akan mencari kamarku, mandi, dan setelahnya aku berencana untuk tidur sebentar, sebelum menikmati malam pertama di Bali!!! Eit, yang aku maksud menikmati suasana malam hari di Bali. Kalian pikirannya jangan kemana-mana iya hihi;)
Pukul 7.45 pm, aku baru selesai mandi. Tadi kami pas tiba di hotel ini pukul 5.31 pm. Jika kalian pikirnya aku kelamaan mandinya, itu salah. Sebab yang sebenarnya tadi ketika sedang mengkonfirmasi benar bahwa kami dari keluarga Alex yang telah membooking 3 kamar di hotel ini, ada sedikit kesalahan. Untungnya kak Reno bisa menyelesaikannya dengan tuntas. Aku tidak akan menceritakannya, sebab aku tidak paham, hehe. Pikiranku hanya tertuju pada pantai...pantai...pantai...
Tok! Tok! Tok!
Kamarku dan Kamar Mada bersebelahan. Jadi Mada bisa dengan mudah menghampiriku, begitupun aku sebaliknya. Sedangkan kamar pengantin baru yang akan berbulan madu tersebut disebelahnya kamar aku, jadi kesimpulannya posisi kamarku ditengah-tengah. Baiklah lanjut, siapa itu tadi yang ketok pintu?
"Hai Alexa, are you ready?" Tanya Mada dari depan pintu. Padahal aku belum mengizinkannya untuk masuk loh.
"Astaga, aku kira siapa. Ready kemana?" Tanyaku bego.
Fyi : aku sedikit salah tingkah nih. Maklum, belum ada sebulan pacaran sama mantan sahabat. Dengan momen akward kayak gini, sumpah aku melihat dimensi lain dari seorang Mada, sedikit mesum maybe, hehe.
"Aduuh dasar cewek, ketimbang milih baju aja lama banget."
Eh eh eh ini Mada mau ngapain jalan kearah aku? By the way, ini aku cuma handukan doang, masih stay di depan lemari pakaian dari usai mandi tadi. Peka juga dia aku lagi kebingungan milih baju:)
"Pakai ini. Pas, cocok, sesuai buat kamu biar nggak masuk angin malam-malam."
"Nggak suka Mada. Orang bajunya udah nggak muat di badanku."
"Terus ngapain kamu bawa?"
"Yaa, aku kan nggak tahu, tiba-tiba ada dalam koper. Mungkin mama yang masukin deh."
"Yaudah, pakai ini."
"Hmmm aku lagi nggak mood pakai baju ini Mada."
"Kalau yang ini?"
"Kegedean, aku lupa ngecilin waktu itu."
"Astaga Alexandra Dewi Kusuma, ternyata susah juga mengerti fashionmu."
Rasain. Pusing-pusing dah dia. Siapa suruh so tau sih? Hehe
Bukannya gimana-gimana sih, cuma ada dia disini aku jadi risih. Mau pakai baju aja rasanya membingungkan dari biasanya aku di rumah.
"Nanti kalau udah selesai, kabarin aku ya."
Yess! Dia akhirnya keluar. Eh by the way, dia mau ngajak aku kemana emangnya?
Mada pov
Seumur-umur belum pernah ngerasain yang namanya mencampuri urusan fashion perempuan. Sumpah, Alexa itu ribet banget. Mungkin nggak hanya dia, sebagian besar cewek di muka bumi ini pasti mengalami hal yang sama, udah gue tebak.
"Hei Mada, gimana Alexa udah siap?" Tanya kak Stella menghampiri gue.
"M-masih dandan kak, 10 menit lagi selesai kok." Jawab gue beralasan.
"Owh gitu. Yaudah nanti kalau udah selesai, suruh aja langsung nyusulin ke restoran."
"Iya kak, Mada tungguin aja."
"Hei gimana, udah ready semua?" Tak lama kemudian kak Reno juga datang.
"Alexa masih di kamarnya Ren."
"Belum selesai juga dia?"
"Udah Mada yang akan nungguin kok. Yuk, kita duluan aja kesana. Nanti keburu penuh. Kita nggak ada booking juga sebelumnya kan?" Saran kak Stella ke suaminya.
"Yaudah. Mada kita duluan ya, ngga apa-apa kan?"
"Ngga apa-apa kak Reno."
Mereka pun berlalu. Sementara Alexa sampai detik ini dia belum juga keluar kamar. Masih ngapain sih?
Alexa pov
"Alexa sayang, berapa lama lagi selesainya? Kak Reno sama kak Stella udah nungguin tuh di restoran."
Astaga, ni anak masuk lagi tanpa ijin. Ketok pintu aja nggak, kan aku jadi kaget dan malah merusak eyeliner yang hampir sempurna aku goreskan. Ck! Terpaksa harus diulang lagi jadinya.
"Cepetan kenapa? Keburu malam Lexa-"
"Iih sabar dong, ngga tau apa dandan itu ribet? Coba kamu jadi aku."
Entah kenapa aku jadi sensi gini sama Mada. Mungkin gara-gara kak Reno mendadak ngasi tauin aku tadi lewat SMS, jadi katanya malam ini kita berempat bakalan dinner bareng. Ngeselin ngga sih aku dikasi taunya belakangan, kan jadi buru-buru gini. Niatnya usai mandi bakalan langsung tidur. Ck!
"Kalau udah bosan tinggalin aja!" Kataku judes.
"Lebay deh, kayak anak kecil aja ngambekan."
Dasar, Mada ngga romantis banget. Kesel deh dibilang gitu. Bukannya ngehibur, malah dikatain.
Mada pov
Gue emang udah geregetan dari tadi nungguin Alexa dandan. Sumpah lama banget, emang ya cewek itu rempongnya tingkat dewa. Mending kalau jadi cantik plus ditambah senyuman manis, eh ini malah cantik-cantik mukanya ditekuk. Mana gue dicuekin lagi. Untung sayang.
"Alexa, jalannya jangan buru-buru gitu dong. Kasian high-heels'nya jadi rusak-"
"Kasian? High-heels doang yang kasian?"
"Kamu kenapa sih? Dari tadi marah-marah terus. Aku nggak suka liatnya."
"Nah tu tau, maka dari itu jangan bikin gue tambah naik darah dong!"
Wow! Amazing. Apakah ini suatu keberhasilan yang patut dibanggakan karena telah membuat seorang perempuan marah? Kalau bukan pacar, udah gue tinggalin Alexa dari tadi.
Alexa pov
Kita sampai restoran. Tapi kita tidak duduk bareng dengan pasangan pengantin baru, dan mood kesal aku sama Mada tadi sedikit perlahan reda. Aku berusaha untuk tidak bicara sepatah katapun dengannya sekarang.
"Kamu mau pesan apa Alexa?" Tanya Mada sok perhatian.
"Mbak, aku mau pesan sama dengan apa yang kakak saya pesan disana ya." Kataku biar cepat, biar nggak usah juga aku jawab pertanyaannya.
Setelah itu kami diam-diaman kembali. Mungkin bagi orang sekitar yang lihat kita dalam keadaan seperti ini, mereka sudah maklum, maklum kalau yang cowok nggak pernah mau ngalah.
"Fine, everything is my mistakes. I'm sorry Alexa."
Aku masih diam dan cuma natap dia datar.
"Masih kesal?"
Iyalah. Pakai ditanya pula.
"Alexa, kita nggak bisa ngejalanin hari esok sama kayak gini. Please, don't be childish. Remember that you're mine."
"Ya maka gue itu pacar lo, jangan pernah bikin gue kesal kayak gini. Lo itu cowok, cowok berperan sebagai pelindung dan ngebasmi hal-hal yang tidak disukai pacarnya." Kataku mantap, sukses bikin dia mingkem.
Hening. Mungkin dia lagi nyusun taktik buat balas kata-kataku barusan.
"Ok, gue nggak mau memperpanjang masalah ini. Yang jelas gue paham kedudukan gue sebagai cowok, jauh sebelum lo ngasi tau gue hal itu tadi, malahan melebihinya."
Baiklah, Mada sok bijak atau emang beneran bijak? Intinya aku juga ngga berniat buat lanjutin percakapan absurd aku sama dia.
Makananpun datang, lalu kami makan malam dengan keadaan masih seperti yang bisa dimaklumi banyak orang.
Nggak tau esok bakalan terjadi seperti apa. Yang jelas aku berdoa, semoga hari esok lebih bermakna dari hari ini. Selamat malam Mada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat, kok romantis???
Novela JuvenilKisah ini diadaptasi dari imajinasi belaka author dimana tanpa sengaja terinspirasi di siang hari setelah bangun tidur. Enjoy the story😊 aku berusaha untuk menciptakan suasana cerita yang senyaman mungkin, dan sebisa mungkin sesuai ekspektasi alur...