(Bonus) Epilog 2

614 8 0
                                    

Fyi : ini hanya tambahan, bila tidak merasa nyaman dengan aku tambahin warning!!! 18++, jangan dibaca, gampang kan? Happy reading bagi yang penasaran😉
----------------

Alexa pov

Seperti yang kalian semua tahu bahwa pernikahan itu bersifat sakral, karena disatukan dengan jalan agama, dan satu sama lain bertanggung jawab atas pernikahan mereka. Hmm...kira-kira bagaimana ya rasanya punya kakak ipar? Setelah sekian lama aku hanya menjadi anak tunggal di keluarga ini, jadi sedikitpun aku tidak keberatan dengan perubahan keluargaku, aku tidak merasa kesepian lagi di rumah jikalau mama dan papa berangkat kerja.

Kakakku, Reno, baru saja menjalankan prosesi pernikahannya bersama kak Stella, calon istrinya yang dijodohkan tante Ratna. Aku merasa terkesima melihat keduanya duduk diatas pelaminan, terkadang aku juga berangan, nanti jika aku sudah menginjak usia 26 tahun untuk menikah, apakah saat itu aku masih bersama dengan Mada? Kuharap begitu. Baik, bukan saatnya membahas dia. Saat ini aku hanya khusus bercerita mengenai pasangan pengantin baru!!!

Pada suatu kesempatan, tanpa sengaja aku mendengar percakapan singkat keduanya. Dengan tatapan kejap saling memandang, dan kejap ke arah tamu undangan, aku yakin mereka berdua masih begitu canggung satu sama lain.

"Kamu bahagia?" Tanya kakakku.

"Mmm," seraya kak Stella mengangguk, ia juga tersenyum tulus.

Disini aku sangat menyukai merah pipi yang digunakan kak Stella. Tadi ketika tersenyum, pipinya nampak terlihat merona alami berpadu dengan make-up lainnya yang lebih berfokus pada bagian mata. Pantas saja laki-laki disebelahnya tidak bosan-bosan memandangnya.

~

Ini hari pertama aku satu atap dengan kakak iparku, mungkin dari kemarin ya seharusnya, tapi aku anggap mulainya pagi ini saja. Rupanya begini ya baru habis usai nikahan, pasti mereka merasa lelah, jadi pagi ini aku merasa anak terajin di keluarga ini dengan bangun lebih awal dari mereka berdua. Pada dasarnya sih aku orangnya pemalas jika hari libur begini. Waktu sudah menunjukkan pukul 7.45, setidaknya aku lebih awal sampai di meja makan ketimbang mereka, yeyy!!!

"Pagi mama, pagi papa!" Seruku mengecup masing-masing pipi mereka sebelum mereka berangkat bekerja.

"Pagi sayang!!!" Balas mereka berdua.

"Waah, aku mau dong ma-"

"Olesi sendiri rotimu ya, mama sama papa buru-buru, sudah telat ini. Bye, muach!" Dikecupnya pipiku oleh mama, kemudian papa juga.

Mereka terlihat sangat berantakan, begitu terburu-buru, dan tidak disiplin dari biasanya. Mungkinkah karena acara pernikahan kemarin? Sehingga mama dan papa tidak sempat mempersiapkan diri maupun barang-barang mereka sebelumnya jika hari ini mereka ada dateline pagi.

"Alexa, nanti kasitahu mereka ya kalau sudah bangun, jangan lupa sarapan. Kasihan, mereka dari kemarin tidak sempat makan." Pinta mama sebelum akhirnya benar-benar pergi.

Wajar juga sih, secara acara pernikahan kemarin lumayan banyak tamu yang datang, dan sebagian besar dari kerabat keluarga papa dan mama. Mereka sibuk menerima salam dari semua tamu. Pada akhirnya acara berakhir pada pukul 1 pagi, itu karena dibarengin dengan pesta resepsi pernikahan.

"Aaaaahh!!!"

Belum habis sepotong rotiku, sudah ada gangguan saja. Aku mendengar teriakan kak Stella dari atas. Aku segera menghampiri dan berusaha untuk tidak membuat suasana semakin gaduh dengan lari kecilku menaiki satu demi satu anak tangga.

Reno pov

Sudah pagi rupanya. Samar-samar jam dinding kulirik, semakin membuka mata lebar dan sempurna, kulihat sudah pukul 8.05 am. Percayalah, aku tidak semalas itu untuk bangun. Biasanya waktu tepatku bangun ketika masih tinggal dengan mama Ratna adalah pukul 6.00 am. Aku mengucek mata kemudian seraya mengarahkan pandangan kearah wanita yang masih tertidur lelap disebelahku. Tidak tega rasanya membangunkannya. Stella pasti sangat tepar. Lihat, tidur saja masih memakai gaun pengantin, segala make-up'nya juga belum sempat ia bersihkan. Apa dia tidur dengan nyaman semalam?

"Stella, Stell," seraya aku sedikit mengguncang-guncangkan tubuhnya.

"Mmm...masih ngantuk." Ucapnya dengan suara berat.

Kira-kira bagaimana cara membangunkannya ya? Karena dia harus secepatnya sarapan, hari semakin beranjak siang.

Kuperhatikan gaun yang dikenakannya melekat sempurna di tubuhnya. Hal itu pasti membuat tidurnya terganggu semalaman serta membuat dadanya sesak.

"Stella, bangunlah. Kamu harus mengganti pakaianmu,"

"Huuaaheeeem... aduuh dibilangin masih ngantuk." Ucapnya dengan kedua mata masih setia terpejam.

"Aku terganggu liatnya, apalagi kamu yang memakai, pasti terganggu juga,"

"Aaah...nggak,"

"Kalau perlu aku yang akan gantiin-"

"Terserah!"

"A-apa? Stella-"

"Aku bilang terserah, huuaaheeeem...."

"Owh iya udah..."

Ketika akan menarik risleting yang terletak di punggungnya akan menggantikan pakaiannya. Menurutku itu nggak apa-apa, sudah sah juga kan? Tiba-tiba dia melonjak bangun dan berteriak sekencang-kencangnya hingga dirasa gendang telinga mau pecah.

"Reno! Kamu mau apain aku?"

"Stella, apaan sih? Aneh banget. Tadi aku cuma--"

"Cuma apa? Modus? Sentuh-sentuh aku lagi tidur? Reno, dengar ya! Ini udah pagi, nggak enak nanti didenger keluargamu,"

"Heh, aku nggak ada niat begituan sekarang ya, lagian juga emangnya tadi kamu nggak sadar bilang terserah saat aku tanya mau gantiin pakaianmu?"

"Hah? Kapan?"

Aku menggeleng. Heran. Merasa aneh. Jadi begini rasanya kalau sudah berumah tangga? Awal mula keributan itu tidak ingin kulanjutkan. Jadi kutinggalkan saja dia keluar untuk mengganti pakaiannya sendiri.

"Ren," panggil Stella seraya memegangi tanganku sebelum beranjak keluar.

"Maafin." Ucapnya singkat kemudian.

"Mm...cepatlah ganti pakaianmu, lalu turun sarapan."

"Iya."

Ceklek! Pintu kubuka. Kaget. Merasa aneh lagi. Aku menampaki Alexa telah berada di depan kamar kami. Dia memasang ekspresi wajah tercyduk. Kupikir dia telah mendengar segala kegaduhan di dalam tadi.

Alexa pov

"Alexa, kamu ngapain disini?" Tanya kak Reno memergokiku masih berada di depan pintu kamar mereka.

Begitu pintu terbuka, aku seolah mati gaya. Aku mengedarkan pandangan kesegala arah mencari-cari alasan yang logik untuk menyamarkan kekepoanku.

"Tadi saat akan menuju kamar, Alexa nggak sengaja dengar kak Stella berteriak. Ada apa ya?" Itu bukan suatu alasan Alexa, tapi semoga kak Reno tidak menanyakanku apa-apa saja yang telah kudengar tadi setelah ini.

"Mmm...tidak ada apa-apa. Dia tadi hanya kebangun karena bermimpi ketemu idolanya, iya...begitu, makanya dia berteriak histeris tadi." Ujarnya berbohong.

Aku hanya menganggukkan kepala tanda paham tanpa berniat untuk bertanya hal itu lagi.

"Kamu tidak sarapan?" Tanya kak Reno mengalihkan fokusku tentang yang tadi.

"Sudah, Lexa baru saja selesai."

"Owh yaudah, kalau begitu kakak kebawah dulu ya."

Dia kemudian berlalu. Lega. Saatnya untuk benar-benar mengurung diri di kamar. Entah kenapa berasa malu sendiri jika memikirkan yang terkait pernikahan, sampai-sampai tanpa sadar aku senyum-senyum sendiri menatap ke luar jendela kamar dengan Mada yang terbayang-bayang di alam pikiranku. Laki-laki itu sukses membuatku bertingkah laku aneh sekali pagi ini. Jika mengingat hari dimana dia mengatakannya, dunia seakan milik berdua.

~~~~~~~~~~~~~~~
sukses untuk kalian yang thinking out loud😁😉

Vote sma commentnya jangan lupa iya😊😊💕💕 siapa tahu aku bisa kasi kalian bonus lagi... ditunggu saja, jangan hapus cerita ini dari perpustakaan kalian iya😊💙

Saranghae readers💖💖💖

Sahabat, kok romantis???Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang