Apapun keputusanku, apakah dia berhak menentangnya?
---Menyisakan embun semalam, pagi ini terasa lebih hangat ketimbang pagi-pagi sebelumnya. Akan ada banyak harapan muncul yang menggambarkan bahwa dirinya dalam suasana hati yang damai. Matahari masih belum sempurna menampaki dirinya, lantaran awan-awan putih bagaikan kapas dari ujung timur menutupi sebagian dari sinarnya. Para siswa dan siswi memasuki kelas mereka masing-masing.
Begitu memasuki kelas, sebuah kejutan menanti Alexa dari balik pintu kelas yang tidak biasanya masih tertutup ketika ia sudah datang sekalipun. Pelan-pelan ia membukanya, daan...
"SURPRISE!!!...WELCOME BACK TO THIS CLASS ALEXA!!!" seru teman-teman sekelasnya memeriahkan suasana yang tadinya sepi.
Mereka membawa sebuah kue yang cukup besar, dilengkapi lilin-lilin yang telah menyala, serta tidak lupa diatas kue tersebut bertuliskan Happy birthday Alexa!!! Benar. Disamping mereka menyiapkan kejutan untuk Alexa yang telah kembali bersekolah, sekaligus merayakan hari ulang tahunnya pada hari ini yang ke-17 tahun. Ia begitu bersyukur, lantaran tidak menyangka teman-temannya mengingat hari ultahnya. Ditiupnya lilin kemudian, setelah ia memanjatkan sebuah doa.
"Yeyyy!!! Selamat ulang tahun ya teman!!!"
"Selamat ulang tahun Alexa!!!"
"Happy birthday Alexa'ku, semoga panjang umur, sehat selalu, dan apa yang kamu inginkan, bisa secepatnya kamu dapatkan, sekali lagi selamat ulang tahun teman sebangku'ku!!!"
"Makasi banyak semuanya, aku benar-benar dibuat terharu. Kalian adalah teman terbaik yang pernah aku punya, i love you all!!!"
"Alexa, jangan nangis!!!"
"Hahaha aku nggak nangis kok"
Teman adalah segala-galanya. Bagi Alexa, ia begitu sangat beruntung berada di kelas tersebut, walau pada dasarnya, musuh bebuyutannya juga teman sekelasnya. Namun, ia sedang menjalani proses hukumannya di asrama. Mereka bisa bebas melakukan apa saja di kelas tanpa rasa takut ataupun khawatir selama perusuh kelas tidak ada.
"Hai Alexa!"
"Hai, sini sini!"
Dilihatnya gadis itu seorang diri di koridor kelas sambil membaca sebuah buku, Mada berniat menghampirinya. Sebelumnya, ia baru usai bermain basket. Walaupun berkeringat, bersama Alexa tidak membuatnya minder. Karena ia sahabatnya.
"Kebetulan ada lo, gue mau ngasi ini nih buat lo. Datang ya!" Ujar Alexa menyerahkan sepucuk surat undangan.
"Apaan nih? Lo mau nikah?"
"Huussh! Apaan sih, makanya di baca dulu!"
Sembari Mada membacanya, diperhatikannya laki-laki disebelahnya itu dengan seksama. Rambut, seragam, jam tangan, hingga sepatu. Rasanya begitu bahagia melihat sang sahabat kembali terpampang pada pandangannya. Tanpa sadar, Alexa tersenyum sedari tadi dengan tatapan yang tidak biasa ke arah Mada. Mada yang melihatnya langsung tidak berpikir dua kali untuk mencubiti pipi chubby Alexa, tidak peduli jika nanti Alexa marah.
"ADUUH!!!" Teriak Alexa dengan khas.
Lamunannya buyar seketika karena Mada. Alexa tidak marah sama sekali, ia bahkan menyisakan warna pink merona di kedua pipinya, membuat Mada tanpa henti menjahili sang sahabat.
"Owwh bagus, kalian asyik-asyik bermesraan, sementara gue luntang-lantung ke kelas lain buat memintai data-data semua siswa kelas X. Dikira gue modus apa minta nomer HP mereka." Dumel Beni yang tiba-tiba merusak suasana bahagia mereka.
"Kenapa sih Ben? Perlu gue bantuin?" Tanya Mada menggoda.
"Nggak, makasih. Yang ada rusak citra tampan gue jadi Osis kalau disatuin sama lo."

KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat, kok romantis???
Подростковая литератураKisah ini diadaptasi dari imajinasi belaka author dimana tanpa sengaja terinspirasi di siang hari setelah bangun tidur. Enjoy the story😊 aku berusaha untuk menciptakan suasana cerita yang senyaman mungkin, dan sebisa mungkin sesuai ekspektasi alur...