MIM 1

144K 4.4K 28
                                    

DILARANG PLAGIAT! PLAGIAT MINGGIR!
HARGAI KARYA ORANG JIKA KAMU INGIN DIHARGAI

JIKA TERDAPAT KESAMAAN DALAM NAMA TOKOH, TEMPAT, KATA-KATA DAN ALUR ITU UNSUR TIDAK KESENGAJAAN CERITA INI MURNI DARI IMAJINASI SAYA

Mohon jangan berkomentar kasar!! karena hal itu bisa membuat semangat saya luntur, kalau gak suka yaudah stop! Jangan di lanjutin baca dan jangan berkomentar kasar, Paham?
.
.
.
Selamat membaca

Seorang wanita bertubuh tinggi berjalan menyusuri koridor sekolah, sambil membawa map yang berisi ijazah yang baru saja ia terima. Matanya terus tertuju pada siswa-siswi yang sedang berolahraga di halaman sekolah. Ia tersenyum menatap mereka, suatu hari nanti pasti ia akan merindukan masa-masa sekolah. Baru beberapa bulan yang lalu ia menyelesaikan sekolahnya, kini kehidupan baru sudah menantinya, perjalanannya baru di mulai.

"Karin tunggu," ucap seseorang di belakangnya

Karin yang merasa di panggil segera menoleh kebelakang lalu tersenyum manis menatap wanita yang sedang berlari kearahnya. "Ketemu lagi," ucapnya

"Berbulan-bulan gak ketemu setelah perpisahan itu membuat aku rindu."

"Aku juga, kamu ngambil ijazah juga?" tanya Karin.

"Iya, baru saja dari ruang Pak Angga, kamu juga ya?"

Karin memperlihatkan map yang ia bawa. "Iya nih, baru juga datang dari sana. Kok bisa bareng gini ya? padahal gak janjian."

"Hehe entah, mungkin kita jodoh. Kamu jadi masuk ke Unida kan?"

"Entah, aku masih bingung," jawabannya dengan tatapan bingung.

"Kenapa? bukanya kamu sudah diterima?"

"Aku ragu Wan."

"Kamu kenapa kok kelihatannya beda, setelah berbulan-bulan gak ketemu, ada masalah?" tanya Wanda.

"Gak ada masalah kok, aku duluan Wan, bye," ucap Karin lalu pergi meninggalkan sahabatnya yang bernama Wanda.

Wanda menatap kepergian Karin, ia tidak tahu apa yang terjadi pada sahabatnya itu. Ia merasa ada hal yang aneh.

Sesampainya di parkiran mobil, Karin segera masuk ke dalam mobil dan meninggalkan parkiran sekolah.

"ARGH ... INI GARA-GARA DIA!" Karin menggenggam tangannya.

Ada sesuatu yang selalu membuatnya marah jika mengingat kejadian itu, kejadian yang tidak ia inginkan, dan yang pasti tidak bisa ia lupakan, kejadian yang buruk yang harus ia alami.

Karin membelokan mobil nya ke sebuah apotek, bukan hanya pertama kali ia pergi ke apotek tapi sudah 7 apotek yang ia kunjungi untuk membeli benda yang sama.

"Bu, ada?" ucapnya sambil berbisik pada penjaga apotek itu.

Wanita itu mengerutkan keningnya mendengar pernyataan Karin. "Yang benar kamu cari itu?" tanyanya seakan tidak percaya.

Karin mengangguk. "Iya Bu, beli satu ya Bu."

Ia langsung mengambil barang yang ingin Karin beli. "Hem ... Ini Dek."

Karin mengambilnya lalu menyodorkan uang. "Ini uangnya, ambil saja kembaliannya. Makasih Bu," ucap Karin lalu pergi meninggalkan apotek itu

Setelah karin mendapatkan apa yang ia inginkan, ia segera melanjutkan perjalanan menuju rumah nya.

Hanya membutuhkan waktu 10 menit Karin sudah sampai di rumahnya.

"Aku pulang," ucap Karin sambil menatap sang Ibu yang sedang menonton TV.

Takdirku "menjadi ibu muda" (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang