Beberapa menit yang lalu aku sudah pulang dari toko. Setelah mandi aku memutuskan untuk duduk di kursi sambil menonton TV, tidak ada kegiatan lain setelah pulang kerja selain bersantai sambil, beristirahat menghilangkan rasa lelah.
Tidak akan lama lagi aku akan mengambil cuti melahirkan, ini sudah aku bicarakan pada Pak Fadli dan Alhamdulillah beliau setuju.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam. Kak Atika."
"Lagi apa tuh?"
"Biasa nonton."
"Film hantu?"
"Iya Kak, Danur maddah."
"Kakak agak takut nonton beginian."
"Film kok Kak, Karin malah suka."
"Yang kakak takutin itu hantu nya selalu muncul tiba-tiba."
Aku terkekeh mendengarnya. "Kakak tumben pulang lambat."
"Iya tadi nunggu taksinya lama. Huh ... Lelahnya," ucap Kak Atika ikut duduk di samping ku.
"Mau minuman Kak? Biar Karin bikinkan."
"Enggak, tadi sudah minun beli di jalanan."
"Kakak gak pulang kampung? rindu gak sih sama keluarga?" tanyaku.
"Rindu pasti lah, ingin sekali bertemu tapi mau gimana lagi, belum ada libur panjang, mungkin bulan Ramadhan ini Kakak pulang biasanya libur panjangnya empat hari atau lebih."
"Sebenarnya Karin ingin ... sekali pulang tapi gak mungkin dalam keadaan seperti ini, hampir setiap malam mimpi ketemu Ibu, sudah sangat rindu."
"Sabar ya, nanti kalau sudah waktunya pasti Allah pertemukan kamu dengan Ibu."
"Aamiin Kak."
Aku sengat merindukan ibu, sudah Lima bulan lebih kami tak bertemu, ngobrol pun hanya lewat via suara, aku ingin melihat wajahnya ibu, bercanda dengan Ibu, bertengkar kecil dengan Ibu, rindu dengan omelan kecil Ibu, rindu masakan ibu dan rindu akan semuanya. Aku ingin memeluk ibu, sekarang baru aku sadari, begitu berharganya waktu bersama Ibu dan sekarang aku pun tidak tau apakah waktu yang dulu pernah ku lewati dengan ibu bisa terulang kembali, aku meragukan hal itu.
Tok tok tok
Suara ketukan pintu membuyarkan lamunanku. "Siapa ya Kak?"
"Gak tau, biar kakak yang bukain."
"Karin aja kak," Aku beranjak dari kursi dan melangkah membukakan pintu.
"Assalamu'alaikum," ucap orang di luar sana
"Wa'alaikumussalam," jawabku.
Deg
Mataku melebar menatap dua orang yang ada di depanku. Orang yang ada di depanku tersenyum manis melihatku namun, senyuman itu tidak bertahan lama, tiba-tiba saja memudar.
"Astaghfirullahaladzim Karin!"
"Ya Allah Ibu," ucapku tak kalah kaget, aku menatap mata ibu, ibu yang sudah hampir enam bulan tidak bertemu. Ibu yang sangat aku rindukan sedang berada di depanku, kehadirannya membuat ku bahagia namun, ia datang di saat waktu yang tidak tepat.
"Rin ... ka-kamu hamil? Astagfirullah." Ibu menatap perutku. "Apa Ibu mimpi? Karin bangunkan Ibu, Nak apa Ibu mimpi? Ini gak mungkin kan?"
"KARIN APA YANG TERJADI?" Suara Bang Wildan sangat keras membuat hatiku bergidik ngeri.
"Kenapa dengan kamu, Nak? kenapa bisa seperti ini? Astaghfirullah." Air mata ibu pun menetes, sungguh aku tidak sanggup melihatnya menangis.
"Maafin Karin Bu ... Maafin Karin." Aku memegang tangan Ibu.
"Ketakutan dan kekhawatiran Ibu selama ini terjadi? ya Allah Karin ... kenapa sampai begini? Ibu sudah gagal mendidik kamu." ucap Ibu tanpa menatapku
"Maafin Karin Bu."
"ANAK NAKAL! Kamu bukan anakku, anak ku tidak akan melakukan hal itu. Ayo Wildan kita pulang!"
"Bu ... dengerin penjelasan Karin dulu...Bu tunggu Bu jangan pergi..."
"Jangan panggil aku IBU! KAU BUKAN ANAKKU! AKU TIDAK PUNYA ANAK SEPERTI KAMU!" ucap Ibu yang sudah sangat emosi.
"Bu ... dengerin penjelasan Karin Bu." aku terus memohon sambil memegang tangan Ibu namun, tanganku Ibu lepaskan dengan paksa dari genggamannya lalu pergi meninggalkan ku.
"ABANG KECEWA SAMA KAMU KARIN!" ucap Bang Wildan sebelum pergi meninggalkanku.
Aku terduduk di lantai sambil menangis sejadi-jadinya.
"Karin ... bangun Dek,bangun," ucap Kak Atika
"Ibu Kak ... ibu pergi ... hiks ... ibu marah Kak."
"Nanti Karin jelasin yang sebenarnya terjadi ya, mungkin nanti ibu memaafkan Karin, Karin jangan menangis seperti ini, jangan tertekan seperti ini, takut terjadi apa-apa dengan kandungan kamu. Ayo bangun kita duduk di kursi."
Sulit aku percaya Ibu datang menghampiri ku ke Bandung, aku tidak percaya, Ibu dan Bang Wildan datang secepat ini, di waktu yang tidak tepat saat aku sedang mengandung. Hatiku teramat sesak mendengar ucapan ibu tadi, ibu tidak menganggap ku sebagai anak lagi, ibu membenci ku, ibu marah dan kecewa padaku, sakit rasanya hati ini mendengarnya, Ibu sudah tidak menganggap ku dalam hitungan detik saja.
Setelah aku mulai tenang, aku kembali duduk di kursi, diam, merenung, memikirkan kejadian yang baru saja terjadi padaku. Entah ujian apa lagi ini, rasanya aku ingin menyerah, tidak ada semangat hidup, orang yang membuat ku semangat hidup adalah keluarga namun sekarang? Ibu sudah tidak menganggap ku.
"Dek, ketika masalah hidup datang, kita itu seperti sebuah perjalanan, di mana kita akan menghadapi cuaca yang berubah-ubah, kadang hari nya panas, kadang hujan, sama seperti hidup ini, tidak selamanya kita berada di titik baik-baik saja, pasti akan ada marah, kecewa, senang, sedih, kita harus sabar menghadapi nya. Karin berdoa, semoga suatu hari nanti Ibu menarik perkataannya dan mau menerima Karin lagi, nanti Karin coba ketemu Ibu setelah melahirkan, ibu itu cuma syok, siapa yang tidak kaget, anaknya tiba-tiba hamil di usia muda, belum nikah lagi. Sudah Karin jangan terlalu di pikirkan, semua akan baik-baik saja." Kak Atika mengusap punggung tanganku.
"Iya Kak, makasih ya selalu ada untuk Karin," ucapku lalu memeluk Kak Atika yang ada di samping ku.
Aku tau ya Allah jalan yang Engkau pilihkan adalah selalu yang terbaik, namun, hamba kadang sulit untuk mengerti dan hati kadang sulit untuk menerima semua ini.
“Ya Allah sadarkan aku bahwa Rencana-Mu selalu lebih baik”
😭😭😭jangan lupa follow ig author @yuyun_erlinna 😭😭 see you
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdirku "menjadi ibu muda" (SUDAH TERBIT)
Teen Fiction📌Sudah terbit jika ingin memesannya bisa langsung hubungi saya Karin seorang ibu muda, ia hamil disaat umur 18 tahun karena suatu kejadian yang membuatnya hamil di usia muda. Ia hamil bukan karena pergaulan bebas namun ada suatu kejadian yang membu...