Selesai sholat isya, aku sibuk di dapur mempersiapkan makan malam untuk kami berdua. Aku sudah sangat terbiasa seperti ini, menjalankan tugas dan kewajiban ku sebagai seorang Ibu. Aku masih tidak percaya, di usiaku yang masih muda ini aku sudah memiliki anak yang berusia lima tahun namun, aku menikmati peranku sebagai orang tua, aku bahagia benar-benar bahagia dengan jalan hidup yang Allah berikan untuk ku. Andai semua ini tidak terjadi, mungkin aku tidak merasakan lelahnya bekerja, lelahnya menjadi seorang ibu, lelahnya berjuang sendiri, dan belajar menjadi mandiri, yang pasti aku sangat-sangat bersyukur atas segala sesuatu yang telah Allah berikan untukku, benar kata Kak Nazwa "Di balik masalah pasti akan ada suatu hal yang bisa kamu syukuri" Aku selalu membayangkan bagaimana hidup ku nantinya, pasti akan sulit menghadapi kehidupan yang selanjutnya namun, ternyata sangat mudah, karena Allah yang memudahkan semuanya, ada Allah yang selalu ada untuku.
"Bunda!"
"Ya Allah terkejut Bunda."
"Bunda masak sambil ngelamun, syukur gak gosong ayam nya. Bunda kenapa?"
"Gapapa, Nak sekarang Ara duduk di kursi, sebentar lagi ayam goreng masak."
"Siap Bunda, Ara dah lapar banget Bun."
"Kasian anak Bunda, tunggu sebentar ya."
"Iya Bunda."
Hampir Empat tahun lamanya aku tinggal bersama Kak Atika namun, kini Aku dan Kiara memutuskan untuk tinggal berdua, aku sudah bisa membeli rumah sendiri, hasil dari keringat sendiri. Sedangkan Kak Atika, Kak Atika tinggal bersama suaminya semenjak mereka resmi menikah, sudah hampir setahun Kak Atika menikah tapi kami sering bertemu karena dia masih tinggal dan bekerja di sini bersama sang suami, jika ada waktu kami pasti bertemu. Kalau Kak Nazwa? Kak Nazwa sudah tidak bekerja lagi setelah menjadi seorang Ibu, Kak Nazwa fokus pada tugas dan kewajibannya sebagai istri saja, dan kami pun masih sering bertemu, bahkan Ara sering meminta ku untuk berkunjung ke rumah Kak Nazwa agar bisa melihat anak Kak Nazwa.
Begitu banyak perubahan yang sudah terjadi pada hidupku, begitu banyak masalah hidup yang ku jalani yang bisa aku ambil sebagai pelajaran, semakin Allah mengujiku semakin aku kuat dan tegar menghadapi nya, aku biarkan waktu dan kehidupan berjalan sebagaimana mestinya, karena aku percaya, skenario Allah itu indah.
Aku ikut duduk di kursi meja makan lalu mengambil piring kosong dan mengambilkan nasi untuk Ara. "Segini cukup?"
"Cukup."
Aku meletakkan piring nasi di depan Ara. "Makan yang banyak."
"Siap Bun, biar besar seperti Bunda kan? Ara mau cepat gede dan dewasa," ucapnya.
"Ketahuilah Nak, sebenarnya jadi orang dewasa gak enak loh, ada banyak hal yang di pikirkan, masalah dan lainnya. Andai bunda masih bisa menjadi anak-anak seperti Ara maka bunda tidak ingin kembali dewasa seperti ini."
"Kok gitu Bun?"
"Dah makan, jangan bicara."
Kami berdua mulai menikmati makan malam kami. Seperti inilah malam, kadang sunyi karena hanya kami berdua yang tinggal di rumah ini.
Setelah selesai makan malam kami langsung keluar rumah. Aku membawa Ara jalan-jalan ke Mall, katanya ia bosan di rumah terus jarang jalan-jalan bersamaku, dan malam ini aku meluangkan waktu untuk mengajaknya ke mall.
Kini kami berdua sudah berada di mall, berjalan menyusuri mall dan melihat-lihat.
"Sayang mau gak baju baru?" tanyaku
"Kalau Bunda mau belikan Ara mau."
"Nah pilih Ara mau yang mana?"
"Terserah Bunda aja, yang penting pas untuk Ara," ucapnya
Aku mencari-cari baju yang pas untuk seumuran Ara, sudah lama aku tidak membelikan dia baju, Ara memang jarang minta di belikan baju, ia selalu memakai apa yang ada dan ia miliki.
"Aw." Rengekan itu mengejutkanku, aku melihat ternyata Ara terjatuh, aku segera menghampiri nya.
"Ara gapapa, Nak?"
"Maaf-maaf saya gak merhatiin jalan," ucap seseorang yang berada di depanku.
"Om Ayah Ara ya?" tanya Ara yang jika bertemu pria pasti bertanya seperti itu.
Aku menatap ke arah pria yang sedang berdiri tegak di depan kami berdua.
"Ya Allah. Ayo sayang Bunda gendong," ucapku langsung mengendong Ara dan membawanya pergi.
"Hei tunggu!" ucap pria itu
"Bunda dia memanggil."
"Biarkan saja," jawabku yang kini sudah merasa gemetaran.
"Bunda gemetaran, kenapa? Bunda sakit?Bunda juga keringatan, padahal di mall ini dingin." Rupanya Ara menyadari apa yang aku rasakan.
"Astaghfirullah ... Astaghfirullah ... Bunda tidak apa-apa sayang, Bunda hanya kaget. Ara kenapa nanya gitu tadi?"
"Ara cuma mau tau Ayah Ara Bun."
"Kan sudah Bunda bilang Ara tidak PUNYA AYAH!" tanpa sadar aku membentaknya.
"Bunda kenapa marah sama Ara?" tanyanya menatapku.
"Maafin Bunda. Sekarang kita pulang ya."
"Tapi kan baru saja kita sampai."
"Nanti kapan-kapan lagi kita ke sini. Bunda banyak kerjaan sayang."
"Yaudah iya."
"Makasih sudah mengerti Bunda."
"Iya Bunda. Bunda, itu Tante Atika," ucap Ara menunjuk ke arah sana.
"Eh Iya, kita ke sana yuk."
"Ayo Bun."
Aku dan Ara segera menghampiri Kak Atika yang sedang sibuk memilih baju.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam. Ya Allah Karin."
"Kakak."
"Ya Allah rindunya sama Karin."
"Karin juga Kak. Kakak baik aja kan?"
"Alhamdulillah baik. Hei Ara."
"Tante lagi apa?"
"Ini Tante lagi nyari baju. Kok jarang ke rumah?"
"Karin sibuk Kak, nanti Minggu Karin ke rumah Kakak."
"Harus Rin, sebentar lagi kamu punya keponakan," ucap Bang Ilham
"Kak Atika hamil?" tebakku.
"Iya Kakak hamil," jawab Kak Atika
"Alhamdulillah ya Allah ... Ra, Ara sebentar lagi punya Adik."
"Beneran Bun?"
"Iya, di perut Tante Atika ada dedek bayi."
"Yee ... Ara punya Adik."
"Ara bahagia banget, nanti sering-sering ke rumah Tante sama Om ya," ucap Bang Ilham
"Siap Om."
"Kakak sama Abang lanjutin aja, Karin mau pamit pulang dulu."
"Yah gak ngobrol dulu?"
"Nanti Karin ke rumah Kakak."
"Hem ... kakak tunggu."
"Karin duluan ya Kak, Bang Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam."
Kami berdua segera melangkah pergi meninggalkan mall ini. Memang baru saja kami sampai di mall ini, namum harus segera pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdirku "menjadi ibu muda" (SUDAH TERBIT)
Teen Fiction📌Sudah terbit jika ingin memesannya bisa langsung hubungi saya Karin seorang ibu muda, ia hamil disaat umur 18 tahun karena suatu kejadian yang membuatnya hamil di usia muda. Ia hamil bukan karena pergaulan bebas namun ada suatu kejadian yang membu...