MIM 24

39.3K 2.1K 43
                                    

Hari ini Karin datang lebih pagi dari bisanya, setelah mengantar Ara, ia  langsung menuju Kafe.

"Kenapa ngumpul?" tanya Karin

"Di suruh Pak Fadli Mbak."

"Iya di suruh Bos, sini ikut kami berdiri," ucap Zaza

"Kita di hukum?" tanya Karin

"Ya Allah gak lah."

"Teh Karin ada-ada aja," ucap Dimas

"Kita gak di pecat kan?"

"Positif thinking, semoga tidak."

"Pak Fadli nya sudah datang?" tanya Karin

"Sudah baru aja masuk ke ruangan."

Sambil menunggu, Karin begitu asik berbicara dengan Zaza, Karin cukup akrab dengan karyawan di sini, kadang Karin ikut turun tangan membantu pekerjaan mereka di dapur, mereka pun sangat baik pada Karin, ramah-ramah dan baik.

"Kemarin Ara di jemput Pak Fadli Rin?"

"Iya Kak, Pak Fadli yang mau."

"Aku rasa Pak Fadli suka kamu Rin," ucap Zaza sambil berbisik

"Ih jangan ngawur, gak mungkin lah."

"Hem ....mungkin Rin tapi kan kalau benar suka gimana? Kamu terima gak? Lagian Pak Fadli orang baik, ganteng, pengusaha sukses, soleh pokonya sempurna lah."

"Sudah ah bicara tentang dia, gak mungkin."

"Perhatian!"

"Eh tu" ucap Zaza sambil menuju ke depan, Karin langsung ikut menatap namun tiba-tiba Karin mematung menatap orang di depannya, badannya gemetaran, kakinya mulai terasa lemas.

"Karin," ucap Fadli

"I-iya Pak,"  ucap Karin dengan nada gemetaran.

"Sekarang atasan kalian bukan lagi saya tapi dia, dia yang akan mengambil alih Kafe ini, dia yang membantu saya, karena ada tiga kafe yang harus saya urus, jadi saya serahkan ini ke dia. Dia Rayan Altair, dia yang akan menjadi atasan kalian."

Deg

Karin membulatkan matanya mendengar ucapan Fadli.

"Ganteng ya?"

"Iya tinggi lagi," bisik Rani.

Sedangkan Karin? Ia masih terdiam mematung, ia masih tidak percaya dengan orang yang ada di depannya.

"Rin," ucap Zaza sambil menyenggol lengan Karin

"Astaghfirullah."

"Karin kenapa?" tanya Fadli yang merasakan perubahan Karin

Tanpa Karin sadari, pria itu terus menatapnya.

"Hanya pusing Pak."

"Sebentar lagi, Rayan dia Karin manager di sini. Saya harap kalian bisa menerima dia menjadi atasan kalian, saya harap kalian bisa bekerja sama. Baiklah cuma itu yang ingin saya sampaikan, silahkan bubar," ucap Fadli

Karin orang pertama yang pergi meninggalkan mereka. Ia langsung menuju ruangan nya tanpa memberikan ucapan selamat.

"Benar ternyata itu dia, dia kembali hadir dalam kehidupan ku, entah kenapa Allah harus mempertemukan aku dengan dia, aku tidak tau rencana Allah apa. Kenapa? kenapa harus dia? kenapa harus dia yang Engkau pertemukan ya Allah kenapa? Dia muncul, kehadiran nya menguak kenangan silam yang mati matian aku lupakan, kenapa harus bertemu dia lagi ya Allah"

Sesampainya di ruangan, Karin segera duduk sambil mengatur napasnya yang terasa sesak. Ia tidak percaya pria enam tahun lalu tiba-tiba muncul di hadapannya, pria yang tidak ingin ia temui, pria yang sangat ia benci, pria yang sudah membuatnya menderita, pria yang menghancurkannya, pria yang sudah merebut ke sucinya, masih sulit ia percaya.

"Bagaimana ini Ya Allah...rasanya aku tak mampu jika harus bertemu dia lagi" lirih Karin

Kejadian pahit enam tahun yang lalu kembali melintas di pikirannya, padahal ia sudah mulai bisa melupakan kejadian itu namun, sekarang ia akan sering teringat hal itu.

"Kenapa harus dia ya Allah...kenapa kami harus bertemu lagi? Rencana apa yang Engkau buatkan untuk ku" Karin gelisah, ia tidak tau keputusan apa yang akan ia ambil nantinya.

"Karin ....Karin ....kamu tidak apa-apa?"

"Kak Zaza."

"Hei kenapa nangis?"

"Gapapa Kak."

"Bohong, dari tadi Kakak perhatikan kamu, kamu diam aja, ngelamun aja, kenapa?"

"Nanti Karin cerita ya."

"Baiklaah. Dia ganteng ya Rin, kalah Pak Fadli," ucap Zaza, sedangkan Karin, ia hanya tersenyum tipis.

Kirin duduk di kursinya. Setelah ia rasa mulai tenang, Karin mulai menyibukkan dirinya membuat laporan yang akan ia serahkan pada atasannya.


Tok...tok...

Ketukan pintu membuat mata Karin beralih dari layar laptopnya.

"Masuk!" ucap Karin, lalu kembali melanjutkan tugasnya.

"Maaf ganggu," ucapnya, Karin terkejut ketika mendengar suara bariton itu.

"Astaghfirullah," ucap Karin yang berusaha terlihat baik-baik saja. "Ada apa?" tanya Karin

"Kamu tau? Sudah lima tahun saya mencari kamu," ucapnya mulai mendekati Karin, Karin tersentak kaget mendengarnya

"Ma-maksud kamu apa? untuk apa mencari saya?"

"Bukankah kita pernah bertemu?"

"Tidak!"

"Maaf," ucapnya

"Plis ... jangan temui saya! Saya sudah cukup menderita karena Anda!"

"Maaf!"

"Mudah sekali bilang maaf, kamu tidak tau, seberapa menderitanya saya, saya tidak tau apakah saya bisa memaafkan kamu, satu hal yang harus kamu tau, Saya BENCI KAMU!" Karin melangkah ingin pergi meninggalkan nya, namun tiba-tiba Rayan menahannya.

"Jangan sentuh saya!" Karin segera melepaskan tangannya dari Rayan

"Saya mohon maafkan saya ... maafkan."

"Saya benci Kamu ....kenapa kamu hadir lagi dalam kehidupan saya? hiks ... saya sangat-sangat benci, kenapa? Kenapa kamu harus kembali muncul?"

"Karin ... Karin dengarkan saya, saya benar-benar menyesal telah melakukan hal itu, saya sangat merasa bersalah, saya merasa tidak tenang sebelum saya mendapatkan maaf dari kamu, lima tahun, lima tahun saya mencari kamu, ke sana ke sini mencari, sampai ke Kalimantan pun saya mencari kamu Karin, Karin maafkan saya ... saya mohon maafkan saya."

"Saya tidak peduli. Jadi apa mau KAMU? Kenapa kamu tiba-tiba hadir lagi dalam kehidupan saya? Kamu belum puas membuat saya menderita?"

"Saya ingin menembus dosa di masa lalu, saya mau minta maaf Karin ... mohon maafkan saya."

"SAYA BENCI KAMU!" ucap Karin yang kini sudah marah.

"Maafkan saya Karin ... maafkan."

"Secepatnya saya akan mengajukan surat pengunduran diri!" ucap Karin, lalu pergi meninggalkan Rayan

Karin tidak menyangka, Rayan nekat menemui nya, Karin kira Rayan tidak mengingatnya, ternyata ia ingat dan malah mencarinya, Karin sangat-sangat syok dengan kehadirannya. 

Sebelumnya Karin sudah bertemu dengannya namun, ia kurang yakin bahwa itu dia tapi ternyata benar, itu dia, dia ada di kota ini, yang masih sangat sulit Karin percayai, tiba-tiba ia berada di sini.

"HAH ... KENAPA DIA YA ALLAH ... AKU BENCI DIA ..  AKU BENCI." Karin berteriak histeris di toilet, menghilangkan segala amarahnya.

Takdirku "menjadi ibu muda" (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang