MIM 32

35.5K 2K 29
                                    

Sedang aku usahakan, semoga Allah iya kan

❤️❤️❤️❤️

Matahari sudah mulai menyinari dunia seperti biasanya. Weekend kali ini Karin mengajak Ara jalan-jalan, niat Karin hanya ingin membuat Ara bahagia dan tidak bosan karena memang waktu untuk jalan-jalan tidak ada. Minggu ini Karin habiskan waktu bersama Ara, mengajak Ara bermain dan berbelanja apapun yang Ara inginkan.

"Habis ke taman ke mana Bun?" tanya Ara

"Ara mau ke mana?" tanya Karin yang sedang fokus pada jalan.

"Ara mau beli roti Bun, boleh?"

"Boleh sayang," jawab Karin.

"Makasih Bunda," ucap Ara sambil memeluk Karin.

Saat ini Karin dan Ara sedang di perjalanan menuju tempat utama yang ingin mereka tuju.

Bruk...

Karin kehilangan kesadaran saat dirinya tiba-tiba terjatuh, sebelumnya Karin sempat melihat Ara yang tidak jauh darinya berlumuran darah namun ia sudah kehilangan kesadarannya dan semuanya terasa gelap.

Orang-orang berdatangan melihat kondisi Karin dan Ara yang cukup parah. Tidak lama kemudian mereka langsung melarikan Karin dan Ara ke rumah sakit. Kejadian itu begitu cepat sehingga Karin tidak bisa menghindari mobil yang tiba-tiba melaju dengan cepat saat ingin mendahului mobil truk yang ada di depannya.

Sesampainya Karin dan Ara di rumah sakit mereka langsung mendapatkan penangan dari Dokter.

Setelah beberapa menit kemudian, Karin mulai membuka matanya, ia bingung dirinya sedang berada di mana, yang Karin lihat di depan matanya hanyalah ruangan kosong dengan bau obat-obat yang begitu menyengat di hidungnya.

"Alhamdulillah akhirnya kamu sadar juga. Kamu baik-baik aja? Ada yang sakit?" tanya seseorang yang ada di samping nya, Karin terkejut ketika menyadari keberadaannya.

"Sa-saya di mana?"

"Kamu di rumah sakit."

"Hah? Ara ... Ara mana Ara?"

"Kamu tenang, Ara sedang di atasi oleh Dokter"

"Astaghfirullah ya Allah," ucap Karin sambil mengusap wajahnya

"Ada yang sakit?" tanyanya dengan penuh rasa kekhawatiran.

"Tangan ini sakit."

"Iya tangan kamu cukup parah, maka dari itu jangan terlalu bergerak," ucapnya

"Permisi. Bagaimana keadaan kamu?" ucap Dokter.

"Alhamdulillah baik Dok, cuma tangan ini yang sangat sakit. Anak saya bagaimana Dok? Saya ingin melihat dia"

"Anak kamu belum siuman, dia banyak kehilangan darah, dan stock darah golongan A sedang habis, kini kami sangat-sangat memerlukan darah itu."

"Saya siap mendonorkan darah saya Dok," ucap Pria itu

"Mari ikut saya. Kamu istirahat saja tenangkan pikiran kamu dan berdoa semoga anak kamu baik-baik saja," ucap Dokter

"Baik Dok, lakukan yang terbaik," ucap Karin

Karin menatap kepergian Dokter dan pria itu, ia bingung kenapa dia bisa berada di sampingnya.

"Ya Allah selamatkan anak hamba ya Allah" Air mata Karin membasahi pipinya.

Karin sangat-sangat takut kehilangan Ara, Karin sangat menyaingi Ara, Karin tidak mau Ara terlebih dahulu meninggalkannya, Ara semangat nya, Ara kebahagiaannya, Ara permatanya yang sangat berharga.

Sambil menunggu informasi selanjutnya, Karin terus berdoa dan memohon pada Allah agar Ara cepat sadar, Karin begitu gelisah menunggu Dokter yang tak kunjung datang.

"Assalamu'alaikum," ucap seorang pria yang tiba-tiba masuk ke ruangannya.

"Kondisi Ara bagaimana?"

"Alhamdulillah dia sudah membaik, kamu gak usah khawatir, Ara pasti akan sembuh. Apa ada yang kamu inginkan?"

"Saya haus," ucap Karin terpaksa harus merepotkannya.

"Ini," ucapnya sambil menyodorkan sebotol air mineral yang sempat ia beli

"Makasih," ucap Karin 

Dalam kondisi seperti ini mampu membuat Karin tidak teringat dengan masa lalunya.

"Ada yang sakit lagi gak selain tangan?"

"Kepala saya pusing."

"Baik saya kasih tau Dokter dulu," ucapnya beranjak pergi

"Tunggu," cegah Karin

"Ada apa?"

"Kenapa kamu bisa berada di sini?"

"Kebetulan saya lewat sana," ucapnya lalu kembali melangkah pergi

"Tunggu," ucap Karin lagi

"Ada apa lagi?" tanyanya membelakangi Karin

"Makasih," ucap Karin tulus, tanpa Karin sadari pria itu tersenyum lebar. Ia sangat senang mendengar ucapan itu.

"Sama-sama" jawabnya lalu meninggalkan Karin

"Kamu memang orang baik, namun aku belum bisa memaafkan mu, aku belum bisa" lirih Karin

*******

Malam sudah mulai menyapa. Karin menatap Ara yang tidak jauh darinya, sampai saat ini dia belum sadar, Karin yang meminta agar Ara di tempatkan satu ruangan denganya agar ia bisa memantau dan melihat keadaan anaknya. Karin sangat sedih, ia menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang sudah terjadi hari ini.


"Assalamu'alaikum."

"Kamu? Kenapa ke sini lagi?"

"Saya ingin tau keadaan kalian. Ada seseorang yang bisa saya hubungi untuk menjaga kamu?" tanyanya

"Tidak ada."

"Hem ... bagaimana keadaan Ara? Sudah siuman?"

"Belum, kamu kenapa ke sini?" tanya Karin

"Saya sangat mengkhawatirkan kalian berdua."

"Kan bukan siapa-siapa," ucap Karin

"Kalian akan menjadi bagian dari hidup saya," ucapnya menatap Karin dengan sorotan tajam. Nada bicaranya selalu terdengar datar namun mampu membuat Karin terkejut.

"Jangan mimpi, dah sana pulang, kami baik-baik saja!"

"Tidak saya akan tetap di sini!" ucapnya lalu duduk di kursi yang ada di ruangan itu.

"Terserah. Jangan ajak saya bicara!" ucap Karin tanpa menatapnya, Rayan semakin gemes melihat tingkah Karin, rasanya ia ingin cepat-cepat menghalalkannya. Ia berharap Allah menjodohkannya dengan Karin. Karena wanita itu sudah menaklukan hati seorang Rayan yang tidak pernah mengenal apa itu pacaran dan jatuh Cinta.

Huhui...jangan lupa votenya

Takdirku "menjadi ibu muda" (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang