MIM 35

36.2K 1.8K 19
                                    

Hari ini Karin kembali bekerja setelah Tiga hari izin tidak bekerja. Sedangkan Ara, terpaksa ia bawa ke kedai, Ara belum bisa kembali bersekolah karena keadaannya belum stabil. Karin tidak bisa meninggalkan kedai terlalu lama, begitu banyak pekerjaan yang harus ia kerjakan di kedai, ia harus ikut turun tangan melayani pembeli.

"Vanilla dua."

"Baik," jawab Karin, langsung membuatnya
"Susu tinggal sedikit lagi ya?" tanya Karin.

"Iya Teh, cuma ini."

"Besok saya pesan, kopi masih banyak?"

"Masih, kan pesanan yang minggu kemarin baru datang."

"Oh syukurlah, berarti cuma susu aja yang mau habis?"

"Iya Teh," jawab Vera

"Ini Vanilla dua."

"Ini uangnya."

"Makasih."

"Iya."

"Rasa apa Pak?"

"Kopi original sedikit gula."

"Baik Pak."

"Teteh, Ara gapapa di tinggal sendiri di ruangan? Siapa tau ada yang dia inginkan."

"Gapapa, tadi dia sedang menggambar. Ini kopinya Pak."

"Makasih."

"Iya Pak."

"Teh, tangan Teteh itu masih sakit?"

"Iya, padahal sudah di urut tapi masih bengkak."

"Urut sekali lagi Teh, ini masih bengkak."

"Saya ada kepikiran untuk memijit sekali lagi, kamu tau di mana tukang urut yang nyaman?"

"Tau Teh, dekat rumah lagi, nanti Vera bawa Teteh ke sana."

"Wah makasih ya."

"Sama-sama Teh."

"Karin," ucap seorang pria yang ada di depannya.

Karin terdiam melongo tidak percaya, pria yang sangat ia rindukan ada di depannya. Karin segera melangkah menemuinya lebih dekat lagi dan langsung memeluk pria itu, ia sangat merindukannya.

"Abang ... Karin rindu," ucap Karin sambil terisak pelan di pelukannya.

"Abang juga rindu."

"Maafkan Karin Bang ... hiks."

"Karin ... Abang mencari Karin, sudah dua hari Abang di sini dan Alhamdulillah Allah pertemukan kita."

"Abang Ibu apa kabar?"

"Ibu baik Karin, Ibu juga merindukan kamu Dek, kenapa kamu gak pulang?"

"Karin takut Bang, Karin tidak ingin membuat Ibu marah seperti waktu itu. Vera saya tinggal dulu ya. Ayo Bang ikut Karin ke ruangan," ajaknya

"Ini beneran kamu?"

"Iya Bang, ini Karin. Masuk Bang."

"Ya Allah gak nyangka kamu seperti ini."

"Duduk Bang. Bang ini Ara, anak Kari"

"Ara?" tanya Wildan sambil menatap Ara.

"Ara, ini Om Wildan, dia Kakak Bund"

"Om Wildan? Bunda punya Kakak?"

"Hai Ara, ya Allah sudah besar kamu, cantik kaya Bundanya. Kamu sendiri yang mengurusnya?"

"Iya Bang Karin berjuang sendiri."

"Ya Allah ... begitu berat beban hidup kamu Dek, maafkan Abang Rin, maafkan Ibu juga. Maafkan Abang yang baru saja mencari kamu."

Takdirku "menjadi ibu muda" (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang