MIM 6

48.5K 2.4K 7
                                    

Perlahan aku sudah bisa menyesuaikan diri di toko ini, perlahan aku sudah mulai menguasai pekerjaanku ini, dan pastinya ini semua di bimbing Kak Nazwa, dia yang mengajarkan ku tentang pekerjaan ku ini, dia yang dengan sabarnya memberitahuku apa yang tidak aku ketahui. Aku begitu menikmati pekerjaan ku ini, sangat menikmati, pekerjaan yang tidak terlalu capek pas untuk ku yang sedang hamil.

"Sudah jam 12 kita istirahat yuk tapi kita sholat dulu di sebrang."

"Iya Kak ayo."

"Mas Andre kami istirahat dulu ya."

"Iya, ini aku juga mau keluar, jangan lupa di kunci."

"Iya."

Mas Andre juga karyawan yang ada di sini tapi tugasnya adalah bersih-bersih dan menjaga keamanan toko ini, cuma kami bertiga karyawan di sini. Walaupun toko ini kecil tapi sudah banyak orang-orang yang berlangganan membeli roti di sini, kadang setiap harinya penghasilan bisa lebih dari 500 ribu, kami juga menerima pesanan untuk acara-acara seperti hajatan, pernikahan, yasinan dan catering.

"Ayo Rin," ajak Kak Nazwa.

"Iya Kak," jawabku lalu mengikuti Kak Nazwa.

Adzan zuhur sudah berkumandang, seperti ini lah aktivitasku sebelum makan siang, kami menyempatkan untuk sholat zuhur terlebih dahulu setelah itu baru kami mencari makan siang.

Ketahuilah sebenarnya, aku bukanlah seorang wanita yang selalu taat pada Nya, aku bukanlah seorang wanita yang selalu mengingatNya, aku hanyalah wanita biasa yang penuh dosa. Sering kali aku terbuai dalam kenikmatan dunia yang sebenarnya hanyalah kenikmatan yang sementara, aku memang bukan wanita solehah, aku juga bukanlah seorang wanita yang selalu memakai pakaian syar'i seperti wanita solehah di luaran sana tapi bukan berarti aku melupakan segala kewajibanku sebagai muslimah, sebisa mungkin aku tidak melupakan sholat dan kewajiban lainya. Segala larangan Allah sebisa mungkin aku hindari tapi jika harus memakai baju syar'i aku belum bisa, jika harus memakai hijab yang lebar dan menutupi seluruh bagian dada ku aku belum bisa.

Sesampainya kami di mushola kami langsung mengambil air wudhu. Kak Nazwa adalah seorang wanita yang solehah ya sehari saja bersama Kak Nazwa saat pertama kali bekerja aku sudah bisa menilai bahwa Kak Nazwa seorang wanita muslimah yang solehah, pakaian kak Nazwa pun seperti seorang ustadzah, ternyata dia seorang lulusan pesantren dan pernah menjadi seorang ustadzah di pondok tempat kak Nazwa belajar, dia sama seperti kak Atika, orangnya humble, dewasa, penyabar, namun status Kak Nazwa dan kak Atika beda, Kak Nazwa sudah menikah sejak setahun yang lalu, sedangkan kak Atika dia masih single, kemungkinan mereka seumuran.

Aku masih tidak menyangka Allah begitu baik mempertemukanku dengan orang sebaik Mak Nazwa dan Kak Atika, ini bukti pertolongan Allah yang nyata untuk ku, mungkin dengan kehadiran mereka aku bisa bertahan menjalani hidup ku di kota ini, dan bisa menjadikan ku lebih baik lagi.

Selesai Sholat berjamaah, kami kembali berjalan menuju warung makan, tidak setiap hari kami makan di luar, kadang aku dan Kak Nazwa janjian untuk bawa bekal, agar tidak ada uang yang keluar.

"Kamu mau apa Rin?"

"Hem ... rawon aja kak."

"Rawon dua ya Bu, es teh dua."

"Iya Dek," ucap ibu itu

"Liat deh Rin, lucu banget anak kecil itu," ucap Kak Nazwa sambil menunjuk ke arah anak kecil yang sedang makan dengan sang Ibu.

"Iya Kak lucu, semoga anakku nanti selucu dia."

"Eh maksud kamu?"

"Bu-bukan apa-apa kak, maksudnya semoga nanti kalau sudah nikah terus di kasih kepercayaan sama Allah buat jadi Ibu," jawabku

"Oh gitu. Kakak ingin sekali cepat punya anak Rin tapi Allah menyuruh Kakak dan Mas Ali untuk bersabar, kedua orang tua kami juga sudah sangat ingin memiliki cucu dari kami walaupun sudah ikhtiar tapi belum waktunya bisa apa?" ucap Kak Nazwa. Nampak sekali raut wajah sedih itu, membuat ku ikut merasakan apa yang sebenarnya Kak Nazwa rasakan.

"Yang sabar ya Kak, semoga saja dalam waktu yang dekat ini kakak hamil."

"Aamiin ... makasih ya Rin."

"Iya kak."

Anak adalah titipin dari Allah, tidak semua wanita diberikan kepercayaan oleh Allah untuk menjadi seorang Ibu, tidak semua wanita bisa hamil dan mempunyai anak. Takdir itu unik, Allah memang suka memberikan kejutan yang tidak terduga. Hal yang tidak pernah aku pikirkan tiba-tiba aku di beri takdir seperti itu, ikhlas? Sabar? Atau nikmati? Aku akan mencoba untuk melakukan semua itu, ikhlas dengan takdir ku yang masih muda menjadi seorang ibu, sabar menjalani lika-liku setiap episode kehidupan ini, nikmati apa yang sudah Allah atur untuk hidupku, aku akan melakukan itu, positif thinking dengan skenario Allah yang sudah Allah rancang untuk hidupku.

Takdirku "menjadi ibu muda" (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang