Ini hari ketiga Karin berada di rumah Fatma, seorang Dokter Psikiater yang terkenal sangat baik dan ramah, Karin sangat di perhatikan oleh Fatma, Fatma pun dengan ikhlas merawat dan mengobati Karin sampai nanti dia pulih. Ara bersyukur ada Fatma yang membantunya merawat sang Bunda, Ara sudah tidak khawatir lagi dengan keadaan sang Bunda, ia yakin Bunda nya akan sembuh.
"Bunda makan dulu ya," ucap Ara sambil menyuapkan sesendok nasi. Akhir-akhir ini menyuapkan makanan pada Karin adalah tugas Ara, Karin tidak mau makan jika Ara tidak memaksanya untuk makan.
"Anak pintar, ibu suka melihat Ara yang perhatian sama Bunda." ucap Fatma
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam."
"Eh dia siapa Ma?" tanya wanita yang baru saja datang.
"Dia Karin pasien mama," jawab Fatma
"Pasien mana lagi yang Mama bawa ke rumah ini?" ucap seorang pria yang juga baru datang
"Dia mengalami trauma berat Nan, Mama khawatir dengannya apalagi dia hanya tinggal berdua sama anaknya."
"Itu siapa Ma?"
"Itu Ara anak Karin."
"Ya Allah lucunya, tuh Azzam itu teman Azzam."
"Ara ini Tante Arini ini Om Afnan anak Ibu, dan yang ini Azzam cucu Ibu, oh iya Ara jangan manggil Bu Dokter lagi ya, panggil Nenek."
"Gapapa panggil Nenek?" tanya Ara
"Iya gapapa, malahan Nenek senang."
"Si Ara lagi si Ara lagi," ucap seorang anak laki-laki bernama Azzam.
"Asam lagi Assam lagi," ucap Ara.
"Asam mulu manggilnya Azzam Ara!" ucap Azzam
"Terserah Ara," ucap Ara yang membuat Arini dan Fatma tertawa.
"Azzam kenal sama Ara?" tanya Afnan
"Iya, Ara satu sekolah sama Azzam," jawab Azzam
"Wah, beneran Ra?" tanya Arini
"Ara satu sekolah sama Azzam?" tanya Fatma.
"Iya Tan, Nek, Asam suka jahil di sekolah."
"Nah kan Zam ... akhirnya ada yang ngasih tau ke bunda, kan sudah bunda bilang jangan jahil."
"Iya Bunda, Azzam gak jahil lagi janji."
"Awas ya kalau jahil, Ara kalau Azzam jahil bilang ke Tante!"
"Siap Tan."
"Mama mau bawa Karin ke kamar dulu, kalian lanjutkan ngobrol nya. Oh iya kalau mau antar Azzam ke sekolah sekalian ya bawa Ara ke sekolah," ucap Fatma sebelum pergi .
"Baik Ma, nanti Ara bareng Azzam ke sekolahnya ya cantik."
"Iya Tan makasih ya Tan."
"Sama-sama sayang. Gih sana main sama Azzam, di atas banyak mainan tapi banyak mainan robot."
"Azzam berteman baik ya sama Ara," ucap Afnan
"Iya Ayah."
Disisi lain, Fatma sudah mempersiapkan obat untuk Karin minum, obat yang membantu masa pemulihan nya.
"Sekarang minum obat dulu," ucap Fatma sambil menyodorkan obat, lalu karin menerimanya dan meminumnya.
"Ibu gak maksa Karin untuk cerita, tapi kalau Karin mau cerita, cerita saja, luapkan segalanya agar Karin bisa tenang," ucap Fatma, Karin menatap Fatma, ia tidak tau harus berkata apa, ia juga bingung dengan dirinya sendiri.
"Karin kamu harus bangkit, jangan mengingat kembali masa lalu itu, jangan terlalu di pikirkan, kamu harus yakin, setiap masalah pasti ada jalan keluarnya"
"Jadi," ucap Karin yang mulai menceritakan semuanya, Karin sudah mulai sedikit terbuka dengan Fatma.
Ara sedang duduk termenung sendirian di taman belakang, masih kecil ia sudah bisa melamun memikirkan keadaan sang bunda.
"Ara kenapa ngelamun?" tanya Arini menghampiri Ara.
"Ara rindu Bunda yang dulu," ucapnya
"Ara, Bunda Ara pasti akan sembuh, Ara jangan lupa selalu doakan Bunda ya, minta sama Allah agar Bunda kembali sehat, In Syaa Allah Allah pasti akan mengabulkan doa Ara," ucap Arini
"Baik Tante, Ara akan selalu mendoakan Bunda. Ara boleh meluk Tante gak?"
"Boleh sini," ucap Arini, Ara langsung memeluk Arini, ia rindu dengan kasih sayang dari Bundanya.
"Ara anak yang baik, Bunda sangat bangga punya anak seperti Ara, jadi Ara harus jagain Bunda ya, jangan buat Bunda menangis."
"Iya Tante."
"ARA kenapa meluk Bunda aku!" ucap Azzam berdiri di ujung sana. Anak itu cemburu melihat bundanya di peluk orang lain.
"Ih gapapa sayang, Ara rindu pelukan Bundanya," ucap Arini
"Tante Arini gak marah, kenapa Asam yang marah blu," ucap Ara sambil menjulurkan lidahnya.
"Sini Azzam Bunda peluk juga," ucap Arini
"Gak mau Azzam marah sama Bunda!" ucap Azzam melangkah pergi meninggalkan Sang Bunda dan Ara di taman belakang.
"Azzam memang begitu Ra, sangat manja, suka merajuk. Sekarang kita ke dalam yuk, kita temui Bunda Ara," ajak Arini
"Iya Tan," ucap Ara
Mereka berdua melangkah pergi masuk ke dalam rumah besar itu.
"Ara."
"Tante Ara sudah pulang?" ucap Ara
"Eh ada dua Ara di rumah ini," ucap Arini
"Iya Mbak, Ara si comel Ara si cantik," ucap Rara
"Ara Cantik? Pede banget bilang diri sendiri cantik," ucap Afnan
"Terserah Ara. Azzam mana?"
"Gak tau, tadi merajuk, gak tau di mana sekarang, ada liat Azzam Mas?" tanya Arini
"Mungkin di kamar. Sayang Mas mau keluar sebentar."
"Mau ke mana?" tanya Arini
"Ada urusan."
"Iya urusan apa?"
"Rahasia."
"Awas kalau macam-macam ya!" ancam Arini.
"Gak akan sayang. Mas pergi dulu," ucap Afnan sebelum pergi mencium Arini terlebih dahulu.
"Ayo Ara kita liat Bunda."
"Ara yang mana nih yang di ajak?" tanya Rara
"Ara si comel lah," ucap Arini
"Mau ikut gak Tan?"
"Enggak Tante mau istirahat dulu," ucap Rara
Arini dan Ara kembali melanjutkan langkahnya menuju kamar Karin.
Sesampainya di kamar, Ara langsung menghampiri Karin yang sedang bersandar duduk di atas kasur.
"Bunda cepat sembuh ya, Ara kangen main sama Bunda," ucap Ara sambil memijit tangan Karin.
"Karin.....jangan siksa diri kamu sendiri dengan mengingat hal itu, ingat di sini ada Ara yang membutuhkan kamu," ucap Arini yang ikut perihatin dengan keadaan Karin.
Besok lagi ya...see you
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdirku "menjadi ibu muda" (SUDAH TERBIT)
Teen Fiction📌Sudah terbit jika ingin memesannya bisa langsung hubungi saya Karin seorang ibu muda, ia hamil disaat umur 18 tahun karena suatu kejadian yang membuatnya hamil di usia muda. Ia hamil bukan karena pergaulan bebas namun ada suatu kejadian yang membu...