MIM 18

38.3K 1.9K 8
                                    

Sabar itu memang melelahkan, tapi percayalah sabar akan membuat semuanya Indah pada waktunya

~Atika~

🥀🥀🥀🥀

Hari ini aku tidak masuk kerja karena sakit, kejadian kemarin membuat ku tidak bisa tidur semalaman yang membuat ku drop. Ujian kembali datang menyapaku, di saat aku sudah mulai menerima takdir ini namun, tiba-tiba saja aku kembali di uji lewat keluarga ku. Aku tidak tau kedepannya nanti seperti apa, aku tidak tau apakah ibu akan menerima ku lagi, aku tidak tau apakah ibu akan memaafkan ku, dan aku tidak tau apakah aku ibu dan bang Wildan bisa berkumpul lagi bersama seperti dahulu.

Ya Allah...begitu berat ujian hidup yang Engkau berikan, kuatkan hamba ya Allah, berikan kesabaran dan keikhlasan hati untuk menerima setiap ujian dari Mu

"Dek ... makan ya ... malam tadi kamu gak makan, jangan siksa anak kamu seperti ini, dia butuh asupan, sedikit aja makannya ya asal perut kamu berisi," ucap Kak Atika sambil menyodorkan sesendok bubur ayam yang ia buat sendiri. Aku menatap wajah Kak Atika, ia begitu mengkhawatirkan ku.

"Sini Kak, Karin bisa makan sendiri, sekarang Kakak berangkat kerja aja, Karin tidak apa-apa sendirian."

"Kakak gak tega ninggalin kamu sendiri d
Dek, takut jika kamu melakukan hal yang tidak-tidak."

"Ya Allah Kak ... Karin gak akan melakukan itu, Karin baik aja, dah Kakak kerja."

"Beneran gak ngelakuin itu?"

"Iya Kak, jangan takut."

"Yaudah kalau gitu Kakak berangkat kerja, kamu baik-baik di rumah, istirahat dan tidur."

"Iya Kak."

"Kakak pergi Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

"Ingat jangan ngelakuin itu!"

"Ya Allah, iya-iya Kak," jawabku berusaha tersenyum.

"Bunda tidak menyalahkan kamu, Nak kamu bukan anak pembawa sial, ketahuilah Bunda sangat menyayangi kamu, Bunda sudah tidak sabar melihat kamu, kita berjuang bersama ya, Nak berjuang menjalani kehidupan yang penuh lika-liku ini, Bunda berusaha ikhlas menerima kenyataan ini, perlahan Bunda pasti akan bisa menerima takdir dengan ikhlas. Bunda bertahan demi kamu, Nak Bunda tidak membenci kamu, hanya saja Bunda sangat membenci orang yang sudah membuat Bunda seperti ini, baik-baik di dalam ya"

Aku mulai menyantap bubur ayam buatan Kak Atika. Aku harus makan karena anakku juga butuh makanan, aku tidak boleh egois karena masalah kemarin membuat nafsu makan ku hilang dan sekarang aku paksakan untuk makan.

Aku selalu teringat perkataan ibu kemarin, itu pertama kalinya aku melihat ibu semarah itu padaku, itu pertama kalinya ibu marah dan meninggikan suara tentu hal itu membuatku kaget dan takut mendengarnya. Sampai-sampai perkataan ibu terngiang-ngiang di telingaku.

Setelah ada beberapa sendok bubur masuk ke dalam perutku dan aku sudah merasa kenyang, aku meletakan bubur itu di atas meja, lalu kembali membaringkan tubuhku. Rasanya aku ingin tidur lagi, jika bisa aku ingin tidur selamanya saja.

***
A

ku terbangun dari tidurku setelah beberapa jam terlelap membuatku merasa sedikit lebih baik. Aku menatap jam dinding yang rupanya sudah hampir jam 5 sore. Lama banget aku tertidur sampai-sampai aku tidak mendengar suara adzan.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu itu, memaksa ku untuk beranjak dari tempat tidur.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Aku membuka pintu dan menatap Kak Nazwa yang ada di depanku.

"Surprise"

"Kak Nazwa? Kok gak bilang mau ke sini?"

"Hei kalau bilang bukan surprise namanya. Kakak gak di suruh masuk nih?"

"Masuk-masuk Kak. Sendiri aja?"

"Iya."

"Bang Ali?"

"Kakak hari ini bawa motor sendiri."

"Duduk Kak."

"Kamu sakit apa? Kakak khawatir banget sama kamu."

"Cuma demam Kak, sama pusing."

"Kenapa bisa seperti ini?"

"Karin lagi mikirin ibu Kak. Kemarin ibu dan Bang Wildan datang ke sini, mereka kaget melihat keadaan Karin yang sekarang, mereka kecewa dengan Karin Kak, bahkan ibu sudah tidak menganggap Karin lagi."

"Astagfirullah ... jadi mereka sudah tau? Ya Allah kenapa mereka bisa sampai ke sini?"

"Karin pun tidak tau mereka ke sini, mereka gak ada ngasih tau kalau mau jengukin Karin ke Bandung. Beberapa bulan yang lalu Karin pernah ngasih alamat rumah ini ke Ibu, ibu yang nanya, ya Karin jawab, Karin gak mikir kalau bisa saja ibu datang ke sini. Ibu marah besar sama Karin Kak, bagaimana ini?"

"Karin sudah jelaskan kejadian yang sebenarnya?"

"Ibu tidak mau tau dan langsung pergi, padahal Karin sangat ingin memeluk ibu namun, ibu langsung pergi karena kecewa dan sedih."

"Sudah Karin jangan stres mikirin itu, nanti akan berpengaruh pada bayi. Kamu harus yakin dan percaya semua ini pasti ada jalanya, pasti akan terselesaikan, yang harus kamu lakukan saat ini adalah fokus pada kesehatan kamu, dan kandungan kamu, kamu gak boleh mikir yang berat-berat jangan. Ada Allah Karin, Allah pasti akan bantu kamu untuk menyelesaikan masalah ini, nanti kalau dia sudah lahir baru kamu jelaskan yang sebenarnya terjadi, Kakak yakin Ibu kamu pasti akan menerima kamu lagi karena memang semua ini bukan salah kamu, bukan kehendak kamu, harus yakin Ibu pasti akan menerima kamu lagi."

"Semoga saja Kak apa yang Kakak bilang tadi akan menjadi kenyataan, Karin pun berharap nya seperti itu. Makasih ya Kak makasih atas nasehatnya."

"Iya sama-sama kamu itu sudah Kakak anggap seperti adik sendiri, nanti kapan-kapan Kakak kenalkan kamu pada keluarga Kakak, oh iya Kakak juga sering menceritakan tentang kamu ke Mama, Mama penasaran dengan wanita yang kuat dan setegar kamu, nanti Kakak pertemukan."

"Aa Kakak ... jadi tambah sayang, Karin dengan senang hati ke rumah Kakak."

"Nah ini Kakak bawakan kamu pisang keju, tadi sekalian belikan Mas i
Ali yang tiba-tiba mau pisang keju, di makan ya."

"Makasih Kak," jawabku sambil tersenyum menatap Kak Nazwa. Dijenguk Kak Nazwa membuat ku bahagia, dia sangat perhatian padaku, aku merasa orang yang beruntung bisa dipertemukan dengan seorang wanita sebaik Kak Nazwa dan Kak Atika.

Takdirku "menjadi ibu muda" (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang