MIM 38

33.9K 1.8K 41
                                    

Allah selalu mempunyai cara tersendiri dalam menyatukan seseorang yang memang baik berjodoh dan memisahkan seseorang yang memang tidak baik berjodoh.

*****

Karin terdiam menatap rumah yang sudah lama ia tinggalkan, rumah itu tidak ada bedanya dari lima tahun yang lalu. Karin merasa berat untuk melangkah masuk ke rumah itu, ia takut, jika kedatangannya ke sini hanya sia-sia, ia takut jika orang rumah ini masih marah dan tak mau melihatnya lagi.

"Ayo masuk," ajak Rayan.

Karin mengangguk pelan lalu melangkah maju.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam. Masuk Rin, Yan," ucap Wildan

Mereka langsung masuk ke dalam rumah itu, tiba-tiba Karin terdiam menatap seorang wanita paruh baya yang sudah lama ia rindukan, ingin rasanya Karin memeluk sang ibu tapi ia merasa takut. Karin menatap wajah sang Ibu yang sudah mulai tua, hati Karin bergidik ngeri melihat ekspresi Rina yang datar dan seperti tidak suka dengan kehadirannya.

"Mau apa kamu ke sini?" tanya Rina sambil menatap tajam ke arah Karin.

"Ka-karin rindu Ibu," ucap Karin tertunduk.

"Mau apa ke sini Karin? Kenapa?"

"Ka-Karin mau minta maaf."

"Mau minta maaf? Kenapa gak dari dulu ke sini Karin ya Allah Ibu rindu ... sama kamu." Rina langsung memeluk Karin, membuat Karin kaget ketika sang Ibu memeluknya.
Saat itu juga tangisan mereka pecah, sudah lima tahun lebih mereka tidak bertemu dan tidak saling sapa, sekarang keadaannya mulai membaik. Allah luluhkan hati Rina untuk memaafkan Karin dan menerima Takdir Putrinya yang harus menjadi seorang Ibu muda. Ini rencana Allah, Allah yang memisahkan mereka dan Allah pula yang menyatukan mereka kembali.

"Maafkan Karin Bu ... hiks."

"Maafkan Ibu yang tidak mau mendengarkan penjelasan kamu Rin. Ibu sudah tau semuanya Bang Wildan yang menceritakannya, Ibu merasa sangat bersalah Karin ... maafkan Ibu."

"Maafkan Karin juga yang tidak mau menjelaskannya pada Ibu, Karin di hantui rasa takut Bu, Karin sangat takut jika Ibu tidak percaya dengan ucapan Karin, Karin takut melihat Ibu marah karena Karin, Karin takut Ibu tidak menerima Karin lagi Karin takut semuanya Bu."

"Dari sekarang kita mulai melupakan kejadian masa lalu itu, yang terpenting sekarang Allah sudah satukan kita lagi seperti dahulu," ucap Rina sambil mengusap air mata Karin.

"Iya Bu. Bu ini Ara cucu Ibu."

"Ya Allah lucunya, cantik lagi, mirip kamu waktu kecil Rin."

"Salim dulu sama Nenek," ucap Karin

"Ya Allah lucunya."

"Dan ini Rayan Bu pria itu."

"Duduklah. Tenang saja ibu gak marahin kamu, jujur sebenarnya ibu ingin sekali marah, mukul tapi hal itu tidak akan memperbaiki keadaan, ibu masih bisa menahannya, tak ada gunanya juga ibu marah, semua sudah terjadi."

"Saya minta maaf Bu, minta maaf yang sebesar-besarnya atas apa yang saya lakukan pada Karin."

"Entah bisa atau tidak ibu memaafkan kamu, gara-gara masalah ini ibu harus terpisah dengan Karin, harus membenci nya, dan dia harus berjuang sendiri hidup di kota sana. Ibu mau tanya sama kamu, kamu benar-benar ingin menikah dengan Karin? Kamu benar-benar serius?"

"Saya serius Bu, saya ingin menebus dosa saya di masa lalu, saya berjanji pada diri saya sendiri bahwa saya akan membahagiakan Karin dan juga Ara, saya akan berusaha menjadi suami yang baik untuk Karin Bu!"

"Dari tatapan mata kamu Ibu mampu melihat rasa tulus itu, Ibu merestui saja, namun apa Karin sudah menerima kamu?"

"Belum."

"Kamu sudah ada jawabannya Dek?" tanya Wildan

"Iya Bang," jawab Karin

"Jadi apa jawabannya?" tanya Rayan. Karin menatap Rayan lalu mengalihkan pandangannya.

"Ibu mau dia yang menjadi suami Karin setelah apa yang dia lakukan pada Karin?" tanya Karin menatap Rina.

"Iya Ibu mau, meskipun Ibu tidak kenal dia, tapi Ibu yakin dia pria yang baik Rin, kita percayakan dengan skenario Allah, Allah yang memudahkan langkahnya ke sini untuk menunaikan hajat baiknya untuk meminang kamu, mungkin dialah lelaki kiriman Allah untuk menjadi suami kamu Rin," ucap Rina.

Karin terdiam mencerna ucapan sang ibu. "Ara mau Om Rayan jadi Ayah Ara?" tanya Karin beralih menatap Ara.

"Mau banget Bun, Ara mau kita tinggal bersama," jawab Ara

"Baiklah."

"Baik apa?" tanya Rayan

"Saya terima kamu."

Rayan tersenyum manis menatap Karin. "Alhamdulillah ... beneran? Gak bohong?"

"Ya, saya menerima kamu."

"Alhamdulillah," ucap mereka

"Terima kasih sudah menerima saya, terima kasih Karin ... besok saya akan suruh keluarga saya datang untuk meminang kamu secara resmi."

"Bunda menerima Ayah?" tanya Ara. Karin mengangguk mengiyakan nya

"Hore ... makasih Bunda, Ara bahagia Bunda dan Ayah bersatu."

"Ini semua Bunda lakukan untuk kamu, Nak, demi kamu!" ucap Karin sambil memeluk Ara.

"Alhamdulillah kalau begitu. Rayan malam ini menginap lah di sini, masih ada kamar kosong," ucap Rina.

"Eh, Rayan cari hotel aja Bu."

"Gak usah, sayang sama uang, lebih baik nginep di sini."

"Baiklah Bu, makasih" ucap Rayan tersenyum bahagia. Ia tidak menyangka Karin dan keluarganya menerimanya dan mau memaafkannya.

Takdirku "menjadi ibu muda" (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang