Setelah kontrol kandungan ku dengan Dokter Alisha, aku memutuskan untuk berkunjung ke sebuah kedai minuman, yang tidak jauh dari rumah sakit. Cuaca hari ini cukup panas yang membuat tenggorokan ku terasa kering.
Sesampainya di Kedai aku langsung memesan minuman cokelat susu, ini baru pertama kalinya aku ke sini, karena penasaran dengan rasanya dan orang-orang pun banyak yang minum di sini, aku pun tertarik untuk mencobanya. Sudah lama aku tidak bersantai seperti ini, dahulu bersantai dan minum bersama-sama teman-teman salah satu hobiku, salah satu kegiatan untuk menghilangkan rasa bosan karena terlalu banyak tugas sekolah, dan tidak hanya siang, malam pun kadang kami bisa nongkrong namun, tidak pernah kami ke club malam. Salah satu tempat favorit kami berkumpul adalah Kafe, sungguh aku merindukan momen bersama teman-teman ku.
"Ini minumannya Teh."
"Asila?"
"Ya Allah Karin?" ucapnya ikut kaget.
"Ya Allah apa kabar kamu? Aku rindu." Aku langsung memeluknya.
"Alhamdulillah baik, aku pun rindu, lamanya kita tidak berjumpa, ternyata di sini kamu sekarang?" tanya Asila dia salah satu sahabat ku, jangan kira aku tidak punya, setiap orang pasti mempunyai seorang sahabat dalam hidupnya begitupun dengan ku. Asila salah satu sahabat terbaikku yang selalu bersamaku di sekolah dulu namun, sekarang perpisahan sekolah itu membuat kami pun harus terpisah dan berjarak, mengejar impian masing-masing.
"Iya, aku kerja di kota ini. Kamu kerja di sini?" tanyaku
"Iya, setelah pembagian ijazah aku langsung kerja di sini, bantu-bantu Paman mengurus kedai ini. Gak nyangka bisa ketemu kamu di sini. Wanda, dan Zara apa kabar ya? Kamu pernah ketemu mereka lagi?"
"Gak tau kabar mereka Sil, aku juga setelah beberapa hari mengambil ijazah langsung ke sini. Kontak mereka pun sudah tidak ada, karena aku ganti nomor."
"Kamu di sini tinggal di mana?"
"Di gang Permai yang di depan gang nya ada toko roti, nah masuk situ gak jauh kok, nanti kapan-kapan ke rumah ya, lama sekali kita tidak berkumpul, gapapa lah cuma kita berdua, yang penting bisa mengobati rasa rindu waktu masih sekolah."
"Iya-iya nanti aku akan mampir, boleh minta nomor whatsapp kamu?"
"Sini handphonenya."
"Nih. Ih masih gak nyangka bisa ketemu kamu Rin, kamu sudah nikah?"
"Eh gak lah."
"Kamu hamil?"
"Nih sudah aku save. Iya aku lagi mengandung."
"Haha ... mengandung anak siapa kamu? Pacar aja gak punya, apa kamu benar-benar sudah menikah? Kok gak ngasih tau sih, jahat!"
"Ya Allah ... bukannya aku jahat Shil, aku memang belum menikah," ucapku terus terang
"Hah? Jadi? Tapi gak mungkin melakukan itu?" ucapnya menggelengkan kepalanya.
"Kamu sibuk gak?"
"Enggak."
"Duduk rileks, akan ku ceritakan semuanya."
"Baiklah aku siap mendengarnya."
"Jadi hal ini lah yang memaksa ku untuk pergi meninggalkan rumah, dan harus merantau mencari kerja."
"Astagfirullah, bagaimana bisa terjadi? Kamu gak bisa pacaran, malah dekat sama laki-laki pun tidak pernah, bagiamana coba bisa terjadi?"
Aku sudah lelah menyembunyikan semua ini, biarlah orang-orang yang ku kenal saja yang tau cerita sebenarnya, aku tak perduli dengan tanggapan orang lain tentang diriku, namun aku tak mau, teman alias sahabat ku sendiri yang mengira hal yang tidak-tidak padaku, lebih baik aku jujur.
Ku ceritakan semuanya pada Asila, tidak ada rasa ragu, yang ada rasa lega, bisa curhat dengannya, dan aku pun tak lagi memendamnya sendirian.
"Astagfirullah ya Allah ... Kamu sudah cari pria itu?"
"Boro-boro mencari dia, ketemu dia aja Nauzubillah, aku tidak ingin bertemu dia apalagi sampai mencarinya, biarlah aku yang menanggung ini sendirian, aku rasa ini semua memang sudah takdir ku menjadi ibu muda. Memang awalnya aku terpuruk, dan tidak bisa menerima takdir ini, kamu tau kan aku mempunyai impian jadi seorang pengacara tapi semua impian itu aku musnahkan namun, semakin ke sini aku sudah mulai ikhlas dan sadari, ada sesuatu yang tidak bisa di tolak dan di elak ialah takdir, aku sudah bisa mulai menerima ini semua."
"Ya Allah aku kagum dengan kamu Rin, aku seperti menemukan sesuatu yang baru ada pada diri kamu, jujur aku sangat-sangat suka dengan kamu yang sekarang, bukannya aku tidak suka kamu yang dulu tapi sekarang bagiku, kamu itu wanita yang kuat, tegar dan perubahan yang kamu alami ini sulit aku percaya tapi mampu membuat ku bahagia. Rin sabar ya sabar itu pahalanya lebih besar dari ujian yang kamu hadapi saat ini, In Syaa Allah, kamu harus semangat!"
"Alhamdulillah kalau aku sudah ada perubahan, makasih ya atas support nya."
"Sama-sama, andai kamu gak ke sini mungkin kita tidak bertemu Rin, aku pun tidak tau apa yang sebenarnya terjadi pada kamu, ini semua rencana Allah Rin, Allah pertemukan kita kembali agar hubungan persahabatan kita tetap terjaga, aku akan sering menemui mu Rin dan kamu pun juga."
"Iya In Syaa Allah kalau ada waktu luang aku akan menemui mu Sil, kita tetap sahabat."
"Sahabat until Jannah."
"Aamiin."
"Aamiin ya Allah ... sepertinya aku harus belajar lebih banyak dari kamu Rin"
"Belajar apa?"
"Belajar menjadi manusia yang lebih baik lagi, aku butuh bimbingan dan juga nasehat Rin."
"Bismillah aku akan membantu, kita sama berjuang Sil aku juga masih proses menjadi aku yang lebih baik lagi."
"Bismillah Rin, semoga Allah mudahkan kita dan kuatkan iman kita."
"Iya Sil, Aamiin," jawabku. Sungguh aku senang bisa bertemu dengan Asila lagi, ada orang yang aku kenal yang juga tinggal di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdirku "menjadi ibu muda" (SUDAH TERBIT)
Fiksi Remaja📌Sudah terbit jika ingin memesannya bisa langsung hubungi saya Karin seorang ibu muda, ia hamil disaat umur 18 tahun karena suatu kejadian yang membuatnya hamil di usia muda. Ia hamil bukan karena pergaulan bebas namun ada suatu kejadian yang membu...