MIM 7

45.4K 2.3K 4
                                    

Tidak ada yang tahu kita akan Allah beri takdir seperti apa, tapi kita harus selalu yakin bahwa setiap takdir yang Allah persembahkan kepada kita adalah sebaik-baiknya takdir.

******

Seperti biasanya, jam tujuh lewat sepuluh aku sudah berada di toko, kadang aku yang terlebih dahulu datang, terkadang juga Kak Nazwa yang datang lebih awal.

"Eh kamu Rin? Saya kira Nazwa."

"Pagi Pak."

"Ini kue-kue yang baru, kamu susun ya," ucap Pak Fadli.

"Iya Pak, oh iya sebentar Pak." Aku mengambil uang penghasilan tiga hari.

"Bagaimana penjualan kita akhir-akhir ini?"

"Alhamdulillah selalu ramai pengunjung yang membeli roti dan kue-kue kita Pak. Ini uang penghasilan tiga hari ini."

"Alhamdulillah, terima kasih Rin sudah bekerja dengan baik di sini."

"Sama-sama Pak."

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

"Eh ada Pak Fadli? pagi Pak."

"Pagi Naz, itu kue-kue baru sama roti, susun yang rapi ya."

"Baik Pak."

"Saya pergi dulu, saya titip toko."

"Iya Pak," jawab kami berdua

Setelah pak Fadli pergi, aku dan Kak Nazwa segera menyusun kue-kue ke dalam lemari kaca.

"Sudah lama Rin?"

"Baru aja Kak."

"Mas Andre belum datang?"

"Belum."

"Waduh, selalu saja telat, syukur Pak Fadli gak cari dia."

"Iya Kak mungkin karena Lak Fadli ingin cepat-cepat."

"Iya mungkin."

Pak Fadli adalah pemilik toko ini, beliau masih muda tapi sudah bisa menjadi pengusaha yang sukses. Kata Kak Nazwa Pak Fadli sudah mempunyai empat cabang toko roti ini, yang berada di berbagai daerah, meski tokonya kecil tapi banyak orang-orang yang menyukai produksi roti dan kue di sini, aku sudah membuktikan bahwa memang benar roti dan kue nya enak-enak harganya pun murah.

"Oh iya Kakak bawa bekal yang banyak, nanti kita makan siang bersama ya, sengaja masak banyak biar kamu bisa merasakan masakan Kakak."

"Ah kakak baik banget sih, siap Kak."

"Semangat banget sih kamu."

"Iya ya Kak, aku juga bingung apa yang membuat ku sebahagia ini, mungkin karena aku sudah mulai bisa menerima takdir ini?"

"Maksud kamu?"

"Eh ... bukan apa-apa Kak," jawabku

Hampir saja keceplosan, belum saatnya orang-orang tau tentang hal ini, nanti, nanti akan ada waktunya aku jujur dan menceritakan segalanya.

"Hei kok ngelamun? Tadi ceria kini cemberut."

"Gapapa Kak, cuma teringat keluarga."

"Begitulah kalau jauh dari keluarga, Kakak paham, pokoknya kamu di sini jangan lupa doakan mereka, dan kamu harus tetap semangat menjalani kehidupan kamu di sini."

"Iya Kak, makasih ya Kak."

"Sama-sama."

*******

Jam 5 sore aku sudah pulang ke rumah, seperti itulah setiap hariku. Pergi kerja sebelum jam 8 dan pulang jam 5 sore.

"Wangi sekali baunya, ya Allah jadi ngiler."

"Eh Karin?"

"Kakak masak apa sih?" tanyaku mendekati Kak Atika yang sedang sibuk memasak.

"Cumi asam manis."

"Ya Allah jadi ingin cepat-cepat makan, memang sudah lama sekali Karin mengidam mau makan cumi."

"Ngidam?" tanya Kak Atika

"Eh ... maksudnya ingin."

"Kamu ini, jujur kakak kaget loh mendengar kata itu. Yaudah duduk manis di situ Kakak siapkan."

"Makasih Kak."

Hari ini cukup melelahkan sangat lelah, sekarang aku sudah merasakan bagaimana lelahnya mencari uang, sebelumnya aku adalah seorang yang hanya bisa menikmati uang Ibu, tidak tau rasanya mencari uang sendiri, berjuang demi memenuhi kebutuhan. Tapi sekarang aku sudah merasakannya, dulu hidupku enak, mau jajan minta sama Ibu mau ini mau itu tinggal minta namun sekarang apa saja yang aku inginkan aku harus kerja dulu cari uang sendiri.

"Nah ayo makan," ucap Kak Atika meletakan lauk-pauk di atas meja.

"Bismillah." Aku mulai menyantap cumi masakan Kak Atika.

"Bagaimana? enak?"

"Ugh ... ini enak banget Kak, jujur enak banget ....ih jadi tambah lahap makannya."

"Alhamdulillah ... makan yang banyak."

"Siap Kak."

"Gimana kerjaan kamu? Lancar?"

"Alhamdulillah lancar Kak, hari ini pelanggannya tambah banyak dari hari biasanya."

"Pasti lelah?"

"Iya Kak, nih kaki pegal."

"Kasian ... tapi harus tetap semangat ya."

"Iya Kak In Syaa Allah masih semangat."

"Dah lanjutin makannya."

"Iya kak."

Kaki ku terasa berdenyut-denyut, mungkin karena hari ini terlalu lama berdiri melayani pembeli yang membuat kaki ini pegal.

Takdirku "menjadi ibu muda" (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang