MIM 13

38.3K 1.9K 5
                                    

Suara adzan subuh membangunkanku dari mimpi beruk bertemu dengan pria itu. Syukurnya, apa yang terjadi tadi hanyalah mimpi, aku harap tidak akan jadi sebuah kenyataan sebab, aku tidak ingin bertemu dia lagi, aku tidak ingin melihatnya lagi, cukup satu kali dalam hidupku bertemu dengannya.

"Loh, Kak Atika?" ucapku menatap Kak Atika yang tiba-tiba ada di kamarku.

"Kamu kenapa? Kakak dengar kamu teriak, makanya ke sini."

"Astagfirullah ... Karin mimpi buruk Kak ... Karin mimpi bertemu dia Kak, Karin takut ... takut mimpi itu jadi kenyataan, Karin tidak ingin bertemu dia!"

"Sudah kamu harus tenangkan dirimu kamu, lagian itu cuma mimpi, bukan kenyataan, dan sekarang Karin sholat. Kakak kaget loh dengar kamu teriak-teriak, kakak kira ada apa."

Aku mengusap wajahku yang berkeringat. "Iya Kak" jawabku lalu mengambil handuk dan melangkah menuju kamar mandi.

Aku masuk ke kamar mandi dan mulai mengguyur tubuhku dengan air. Aku masih teringat dengan mimpi tadi, mimpi itu seakan seperti nyata, membuatku sangat ketakutan. Bertemu dia dalam mimpi saja membuatku merasa takut, apalagi jika nanti Allah kembali pertemukan aku dengan dia? Bisa-bisa aku lebih takut dari sekarang tapi aku harap Allah tidak akan mempertemukan kami lagi.

Setelah selesai mandi dan melaksanakan kewajiban ku, aku melangkah menemui Kak Atika yang ternyata sudah menyiapkan sarapan pagi.

"Maa Syaa Allah ... kamu cantik pakai baju seperti itu Rin." Kak Atika menatapku dari ujung kaki sampai ujung kepala.

"Karin mau hijrah, Karin sudah memantapkan diri Karin untuk berubah menjadi lebih baik lagi, Sholat sudah mulai Karin perbaiki, kini saatnya penampilan Karin yang harus di perbaharui, cocok gak Karin makai baju syar'i begini?"

"Tambah cantik Dek ... ih senang kakak liatnya, Bismillah Dek semoga istiqomah."

"Aamiin Kak."

"Dah sekarang makan dulu, kasian dedek bayinya sudah lapar, ibunya gak makan-makan."

Aku tersenyum mendengar ucapan Kak Atika, Kak Atika begitu perhatian denganku, kadang aku merasa tidak enak hati, karena sering sekali membuatnya repot.

Sekarang aku memantapkan diri ku untuk menjadi lebih baik, sedikit demi sedikit merubah diri ini, dulu aku memang tidak siap untuk memakai baju syar'i dan hijab besar, aku lebih suka dengan gaya hijab jaman sekarang namun, setelah aku pikir lagi ini yang terbaik untuk ku, ini hidayah, hidayah dari Allah. Aku tidak menyangka aku akan mengenakannya tapi ini kuasa Allah, tidak memandang siapa pun, tidak memandang kapanpun tidak memandang seberapa banyak dosa yang dimiliki. Seutuhnya memang hak-Nya untuk diberikan kepada siapa hidayah itu. Allah telah memilihku aku sangat bersyukur, Allah memberikan waktu untuk berubah menjadi lebih baik karena yang aku tau, tidak semua orang diberikan kesempatan untuk berubah. Allah memerintahkan wanita muslimah untuk mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka itu demi kebaikan mereka sendiri, untuk membantu para lelaki untuk menjaga pandangannya.

Setelah selesai makan, aku langsung pergi ke toko untuk kembali bekerja, ku lihat jam sudah menunjukan pukul setengah delapan pagi, aku yakin kak Nazwa sudah sampai.

Tit...

Suara klakson motor mengejutkan ku, aku menoleh ke belakang ternyata itu dia, pria kemarin.

"Kamu mau ke mana?" tanyanya

"Kerja," jawabku singkat dan terus berjalan.

"Ayo naik, saya antar."

"Tidak usah, sebentar lagi sampai."

"Naik aja, anggap saja ini ucapan terima kasih saya karena kamu kemarin memberi plastik," ucapnya. "Ayo naik. Saya mau bantu kamu," ucapnya lagi

Setelah lama aku berfikir panjang, ada baiknya aku menerima tawarannya, biar aku bisa datang lebih cepat.

"Hem ... yaudah kalau maksa," jawabku, lalu naik.

Setelah aku duduk manis, dia langsung menjalankan motornya. Tidak lama kemudian akhirnya aku sampai di toko roti.

"Stop!"

"Lah kenapa?"

"Sudah sampai."

"Loh, memang kamu kerja di mana?"

"Tuh di toko roti itu."

"Ya Allah ... ini sangat dekat."

"Kan, sudah saya kasih tau kalau dekat."

Pria itu tertawa mendengar ucapanku. "Gapapa deh yang penting saya bisa antar kamu."

"Makasih," ucapku segera turun dari motornya, lalu melangkah pergi meninggalkannya.

"Aw Karin, kamu cantik loh pakai baju seperti ini, bener cantik, memang sih pakai celana juga cantik tapi kali ini lebih cantik."

"Karin mau hijrah Kak."

Kak Nazwa tersenyum mendengar ucapan ku. "Alhamdulillah ... kakak senang dengarnya, kamu beneran?"

Aku mengangguk pelan. "Iya Kak."

"Alhamdulillah."

"Bantu Karin untuk berubah menjadi lebih baik ya Kak."

"Kakak pasti akan bantu kamu, dan jangan sungkan bertanya-tanya pada kakak, kakak pasti jawab. Nah sekarang kita sama-sama berada pada titik hijrah, sama, kakak juga merasa ada di titik hijrah. Kekuatan niat itulah kunci dari hijrah Rin, pesan Kakak jangan tergoda lagi dengan bujukan dari masa lalu, kita sudah selesai dengan masa lalu, tidak ada yang kita tinggalkan di sana, kecuali hanyalah dosa yang membuat kita malu, satu-satunya yang berarti dari masa lalu adalah pelajaran yang bisa kamu ambil. Jika sudah baik, maka di masa yang akan datang berharap menjadi lebih baik lagi. Jika ternyata buruk, maka di masa yang akan datang jangan terulang lagi. Karin ... tidak semua orang punya masa lalu yang baik, tidak semua juga punya masa lalu yang buruk, maka, menilai seseorang cukuplah dengan melihat kebaikan-kebaikan yang dia tampilkan pada saat ini, Bismillah Semoga kamu bisa istiqomah dan menjadi pribadi yang baru semangat Karin!"

Aku semakin semangat karena ada dua orang yang selalu ada di belakang ku memberikan dukungan dan semangat untuk ku, aku tidak tau seperti apa aku jika Allah tidak pertemukan aku dengan orang-orang baik seperti kak Atika dan Kak Nazwa.

Takdirku "menjadi ibu muda" (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang