Kini ada pekerjaan baru yang sudah menanti, hari-hariku akan ku habis kan di tempat ini, tempat yang baru, suasana baru dan orang-orang baru. Tidak lama bagi Kak Arini untuk membangun sebuah usaha kedai kopi, sekarang aku sudah kembali bekerja seperti dahulu namun, tempat dan suasana nya saja berbeda, pekerjaannya sama, tugasnya sama, mengelola Kedai ini, mengawasi para karyawan dan memenuhi kebutuhan Kedai ini.
Kak Arini percayakan aku untuk mengelolanya, Kak Arini begitu tulus membantuku, aku sangat-sangat bersyukur atas apa yang sudah Allah berikan untuk ku. Untuk saat ini, kami hanya memiliki tiga karyawan, nanti kalau sudah mulai ramai kami akan menambah jumlah karyawan, mulai dari hal kecil dahulu, rezeki siapa yang tau mungkin nanti bisa menjadi sebuah kedai kopi yang sukses.
"Ada kesulitan membuat kopi nya?"
"Alhamdulillah gak ada Teh, perlahan sudah mulai terbiasa."
"Alhamdulillah. Vera gimana? Sudah bisa mengukir di atas kopinya?"
"Sedikit Teh, tapi gak sehebat ukiran punya Teh Nisa."
"Gapapa, nanti bagus kok yang penting terus belajar."
"Siap Teh."
"Teh Nada gimana penjualan selama kita buka?"
"Alhamdulillah semakin hari semakin meningkat pembelinya, mereka menyukai kopi di sini Teh."
"Alhamdulillah ... saya senang mendengarnya."
"Iya Teh Alhamdulillah."
"Mas mau rasa apa?" tanyaku pada pembeli
"Mocca satu."
"Tunggu sebentar ya Mas," ucapku, lalu mulai membuatkan kopi yang dipesan. Tidak jarang aku hanya diam saja, aku pasti ikut membantu membuatnya, sekalian meringankan tugas Vera dan Nisa sebagai pembuat kopinya.
"Ini Mas."
"Ini uang nya, makasih."
"Makasih kembali," jawabku
"Teteh mau rasa apa?"
"Vanilla satu sama Cappucino satu."
"Tunggu sebentar Teh."
Beginilah kesibukan ku setiap hari, jika jam dua belas waktunya kami istirahat sebentar dan waktuku untuk menjemput Ara.
"Ini Teh."
"Makasih."
"Iya."
"Teh Karin gak jemput Ara?"
"Oh iya ya. Saya tinggal sebentar ya."
"Iya Teh, tenang saja."
Aku meninggalkan kedai itu dan pergi menjemput Ara. Ara akan marah jika aku terlambat menjemputnya ia tidak suka menunggu.
"Assalamualaikum Ara sayang," ucapku sesampainya aku di sekolah Ara.
"Wa'alaikumussalam Bunda."
"Eh ada Azzam juga, siapa yang jemput Azzam?"
"Tuh Ayah."
"Eh Bang Afnan?"
"Rin, apa kabar?"
"Alhamdulillah Baik Bang."
"Kata Arini kedai semakin ramai."
"Iya Bang Alhamdulillah."
"Gimana gak ramai kalau yang mengelolanya kamu, sudah mahir dalam membuat kopi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdirku "menjadi ibu muda" (SUDAH TERBIT)
Teen Fiction📌Sudah terbit jika ingin memesannya bisa langsung hubungi saya Karin seorang ibu muda, ia hamil disaat umur 18 tahun karena suatu kejadian yang membuatnya hamil di usia muda. Ia hamil bukan karena pergaulan bebas namun ada suatu kejadian yang membu...