MIM 2

72K 3.2K 17
                                    

Hidup itu memang penuh warna dan penuh rasa, seperti pelangi...
Hari ini kita tertawa, bisa jadi besok menangis,
Hari ini kita susah, bisa jadi besok kita senang...
Tergantung bagaimana kita menikmati hidup ini, kopi yang pahit pun bisa menjadi manis jika kita pandai mencampurnya dengan sedikit gula

Namun bagaimanapun,
Ingatlah pelangi itu hadirnya sementara,
Sama seperti hidup ini.

♥♥♥♥♥

Pagi ini aku sudah siap untuk pergi ke Bandung. Merantau dan memulai kehidupan baru tanpa keluarga. Setelah berpikir panjang akhirnya aku memberanikan diri untuk keluar dari rumah ini sebab, ada hal yang aku takuti jika bertahan di rumah ini.

"Semuanya sudah beres?" tanya Ibu menatapku.

"Sudah Bu, Bang Wildan kapan datangnya sih Bu?"

"Sebentar lagi, dia cuma ada urusan sebentar di kantor."

Aku menghela napasku sambil mengusap wajahku.

"Sudah gak sabar ya?"

"Nanti kemalaman sampai nya."

Suara deru mesin mobil terdengar, aku yakin itu Bang Wildan, Abang satu-satunya yang aku punya.

"Tuh sepertinya Abang ya Bu?"

"Iya, sini ibu bantu angkat barang-barang kamu."

Kami berdua melangkah keluar sambil membawa barang-barang yang akan ku bawa.

"Ingat pesan ibu, jaga diri baik-baik! jangan sembarangan bergaul, kalau ada apa-apa bilang, kalau sudah dapat pekerjaan nya kabarin ibu!" ini sudah kelima kalinya ibu mengatakan hal yang sama padaku.

"Iya Bu, Karin ingat. Karin pamit dulu ya Bu. Ibu jangan kecapean ngurusin warung makan."

"Ibu gak pernah capek, gak kaya kamu sedikit dikit sudah capek, dah sana pergi."

"Ngusir nih?"

"Kamu sendiri kan tadi yang mau cepat- cepat?"

"Hehe ... Karin pergi dulu, Assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam."

"Ayo Bang."

"Aku antar Karin dulu ya Bu."

"Iya Dan, jangan ngebut!"

"Iya Bu."

Hari ini aku akan pergi ke Bandung untuk mencari pekerjaan di sana dan tinggal di sana. Aku tidak menyangka secepat ini aku meninggalkan ibu padahal, aku tidak ingin berpisah dengan Ibu dan Bang Wildan tapi karena keadaan ini aku harus bisa hidup mandiri tanpa mereka dan karena keadaan ini yang memaksaku untuk pergi. Aku tidak ingin ibu mengetahui apa yang saat ini terjadi padaku, biarlah derita ini aku tanggung sendiri, biarlah kepahitan hidup ini aku jalanin sendiri. Aku yakin badai pasti berlalu, perjuanganku akan terbayarkan dengan kebahagiaan dan aku percaya itu

Maafkan Karin Bu, Karin tidak bisa jujur dengan Ibu, karin akan berjuang sendiri membesarkannya, maaf Bu, belum saatnya Karin menceritakan ini kepada ibu, Karin takut mengecewakan Ibu.

"Dek kamu kenapa?" suara Bang Wildan membuyarkan lamunanku.

"Gapapa Bang," jawabku tersenyum simpul.

"Cari kerja yang benar!"

"Iya Bang."

"Jangan macam-macam di sana, jangan pacaran! Pergaulan harus dibatasi jangan sampai terhasut rayuan setan! Kamu wanita, harus bisa jaga kehormatan kamu!"

Aku terdiam mendengar nasehat Abang, dia memang tidak bosan menasehatiku dan mengingatkanku.

Iya Bang, aku tau tapi apa yang Abang khawatirkan sudah terjadi padaku.

Takdirku "menjadi ibu muda" (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang