MIM 14

37.7K 1.9K 9
                                    

Istirahat kali ini kami gunakan untuk pergi ke mall, yang pasti ini semua ajakan kak Nazwa yang ingin membawa ku jalan-jalan. Setelah sholat zuhur tadi kami berdua langsung pergi menuju mall. Ini pertama kalinya aku pergi ke mall ini, selama berada di Bandung aku bukanlah wanita yang suka jalan-jalan seperti dahulu, hanya beberapa tempat saja yang pernah aku kunjungi, entah apa karena malu dengan keadaan saat ini atau malas untuk keluar yang memaksa ku untuk di rumah aja.

"Kak baju ini Bagus gak?"

"Bagus Rin, cocok untuk kamu, gak kepanjangan?"

"Pas kok kak, tapi bagusan yang mana, yang ini atau yang ini?" tanyaku meminta pendapat Kak Nazwa.

"Menurut kakak bagus yang warna biru muda ini."

"Aku juga suka yang ini, yaudah yang ini aja, kakak gak mau beli?"

"Bukan gak mau, kakak sudah banyak punya baju, nanti kakak kena marah Mas Ali gara-gara beli baju mulu."

Aku tertawa pelan mendengar ucapan Kak Nazwa. "Yaudah aku mau bayar dulu Kak."

"Iya."

"Berapa Teh?"

"Yang itu Seratus sepuluh."

"Ini Teh."

"Pas ya?"

"Iya. Makasih."

"Iya. Mau kemana lagi Kak?"

"Kita jalan aja dulu. Kamu beli apa lagi?"

"Karin gak mau apa-apa tapi Karin mau minum kopi Kak."

"Tuh kedai kopi, yuk ke sana."

"Iya Kak," jawabku langsung mengikuti kak Nazwa menuju kedai kopi

"Kamu suka rasa apa?"

"Vanilla lette Kak."

"Cappucino Satu Vanilla latte satu."

"Baik Mbak, silakan duduk dulu."

"Iya," jawab kami berdua, lalu duduk di kursi yang sudah du sediakan

"Kakak sering ke sini?"

"Lumayan, kalau Mas Ali libur kalau gak ke sini ke taman ngajak kakak, kamu pernah ke sini?"

"Baru pertama kali Kak."

"Hem ... setelah ini mau apa lagi?"

"Sudah capek Kak, apa sebaiknya pulang?"

"Oke deh kita pulang, kakak juga capek."

"Ini pesanannya."

"Berapa?" tanyaku

"Dua puluh ribu."

"Ini."

"Eh biar kakak aja yang bayarin."

"Untuk kali ini Karin yang bayarin, sudah ... Kakak itu terlalu sering nraktir Karin, kini giliran Karin."

"Makasih ya."

"Sama-sama Kak."

"Yuk pulang."

"Ayo Kak."

"Karin."

"Lisa?"

"Di sini lo? aduh ... aduh ... hamil lo? Ya ampun ... kok bisa? Pasti gara-gara bergaul dengan lelaki yang sembarangan kan? Ih gak nyangka, makanya kalau berteman itu dengan orang yang baik, kan jadi nya begini, pantas saja gak pernah liat lo lagi, ternyata sembunyi di sini. Orang tua lo tau gak? Pasti gak kan? Is ... pasti mereka kecewa sama lo, pasti mereka malu sama kelakuan lo, pasti ini anak haram kan?"

"Amboi pedasnya ucapan kamu, kamu itu cantik loh tapi kenapa omongan kamu seperti ini!" Bukan aku yang bicara namun Kak Nazwa

"Emang masalah buat Lo? Memang benar kan dia ini bukan wanita yang baik."

"Hei sudah bicaranya?" ucapku

"Ya," jawabnya.

Aku langsung menarik lengan Kak Nazwa pergi meninggalkan nya, jauh-jauh ke sini bertemu dia juga, apa dunia ini sempit?

Lisa musuh ku, jangan kira aku tidak mempunyai musuh, sebenernya aku tidak mau mempunyai musuh di dunia ini namun, dia selalu saja menggangu ku, dia selalu saja mencari masalah denganku, dan masih banyak lagi yang sering ia lakukan padaku sejak masih sekolah, bukan tidak mau melawan, aku sudah lelah melayani orang seperti dia, jikapun aku menasehatinya dia tidak akan pernah berubah. Dia sangat iri padaku, karena aku salah satu murid yang berbakat di sekolahku dulu, dan dia salah satu sainganku di sekolah, nasibnya tidak seberuntung aku, yang selalu jadi juara kelas dan selalu menang jika berlawan denganku.

Takdirku "menjadi ibu muda" (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang