Resentment

39 2 10
                                    

Author POV

Dua bulan setelah menikah...

Shirohana mengumpulkan kayu bakar dengan Kouta. Dengan perasaan bahagia tentunya. Senyuman manis terpampang di wajahnya. Kouta juga terlihat lebih 'hidup'. Ia sudah mulai bisa tersenyum. Dan senyumannya sangat menawan. Sesekali penduduk di desa itu menggoda Shirohana dan Kouta seperti....

"Kau enak banget ya setiap hari melihat senyuman yang menyilaukan itu, Nyonya Ryota."

"Punya istri dengan wajah manis seperti itu.... hati hati dengan diabetes."

"Cieeee pengantin baru cieeee."

Dan itu semua dibalas dengan senyuman keduanya. Membuat orang orang yang menggoda mereka tersiksa ke surga. Kapan lagi melihat kedua idolamu atau lebih tersenyum padamu di saat yang bersamaan?

Kouta juga menjadi sosok suami yang perhatian. Setiap kali melihat Shirohana kelelahan ia selalu menanyakan kondisinya. Seperti sekarang, Shirohana sedang terengah engah kelelahan. Entah kenapa, belakangan ini, tubuhnya terasa lebih lelah.

"Kau tidak apa apa Shiro?" tanya Kouta seraya menopang tubuh Shirohana.

Shirohana menggelengkan kepalanya. Berusaha membuat suaminya tidak khawatir. Tapi, itu malah membuat suaminya semakin cemas.

"Kau harus ke tabib untuk diperiksa sepertinya," ujar Kouta.

"Ah tidak perlu. Aku hanya butuh istirahat yang cukup," balas Shirohana.

Tidak lama kemudian, ada sebuah ledakan yang menyerang mereka. Kouta dengan cepat menggendong tubuh Shirohana dengan gaya bridal style menjauh dari ledakan itu. Setelah itu, ia menurunkan Shirohana dengan pelan. Mengeluarkan pedangnya dari sarung pedang itu dan mengacungkannya pada seseorang yang berada di hadapan mereka saat ini.

Tatapan tajam dengan mata yokainya, memberi kesan membunuh padanya. Shirohana juga mengeluarkan cambuknya, Yakuzen dengan ilmu spiritualnya di tangan kiri dan pedangnya dari sarung pedangnya yang ia beri nama Heiwa. Pedang yang diberikan Aori memiliki roh, jadi sebagai penghormatan pada pedang roh itu ia memberi nama Heiwa, yang artinya kedamaian, diambil dari nama Kouta yang artinya kedamaian juga. Heiwa berada di tangan kanannya.

Orang bertopeng dengan baju ninja beserta pedang di tangan kanannya, mendekati mereka. Aura aura hitam akibat ilmu sesat mengelilinginya. Kouta dengan cepat berdiri di depan Shirohana, sebagai tameng.

"Siapa kau?" tanya Kouta.

Masih tidak dijawab. Membuat Kouta tenggelam amarah.

"AKU BILANG SIAPA KAU!" bentak Kouta.

Orang tersebut menyerang. Berusaha menebas Kouta. Kouta menahan tebasan itu dengan pedangnya. Dan orang itu menjauh. Kini aura pertempuran semakin terasa. Dan mereka beradu perang.

Dentingan pedang terdengar ramai di hutan itu. Kouta pun mengeluarkan ilmu spiritualnya. Ia melakukan bela diri dengan menyalurkan tenaga dalamnya melalui bela diri tersebut.

Di tengah pertempuran bela diri tersebut, ia menepuk dada kiri orang tersebut dengan tenaga dalamnya, sehingga orang tersebut terpental. Ia memegang dada kirinya, terbatuk batuk. Tenaga dalam Kouta sangat kuat sehingga selain membuat luka dalam pada musuh, ia juga bisa mengurangi tenaga dalam musuh. Ini bisa menyangkut hidup-mati musuh.

Orang tersebut menghilang dan berada di belakang Shirohana. Shirohana tahu, ia berbalik dan mencambuknya dengan Yakuzen. Membuat orang tersebut terjatuh.

Merasa terancam ia menghilang entah kemana.

"Apa apaan itu," komentar Shirohana.

Nafas Kouta terengah engah. Lelah. Shirohana merasa dirinya pusing. Ia memegang pelipisnya. Kouta yang melihatnya, segera mendekatinya.

"Sebaiknya kau harus ke tabib," ujar Kouta.

"Tidak," balas Shirohana.

Pusingnya bertambah parah. Dan tak lama kemudian, pandangan Shirohana berubah menjadi gelap. Kouta dengan cepat menopangnya.

"HANA!"

Sedangkan di tempat lain....

Di sebuah goa, dimana Kasumi menemui seorang penyihir. Datanglah orang berbaju ninja dan bertopeng tadi. Ia memasuki goa tersebut dengan luka dalam yang parah.

Ia menemui Kasumi yang berada di dalamnya bersama Sang Penyihir. Takut. Itulah yang dirasakannya saat ini. Ia memberi hormat pada Kasumi dan Sang Penyihir.

"Soka, bagaimana hasilnya?" tanya Kasumi.

Soka adalah seorang siluman suruhan Kasumi. Dengan ragunya ia menjawab.

"Maaf Kasumi. Saya tidak bisa membunuhnya. Dewa Yokai terlalu kuat," jawab Soka.

Kasumi mengepalkan tangannya. Tapi, ia tersenyum. Soka mengerti maksud senyuman itu. Kematian akan segera datang kepadanya. Soka menegukkan ludahnya. Berkeringat dingin. Kasumi, dengan ilmu hitamnya. Mencekik Soka.

"GYAAAAA! AGH! ARRRRHHHH! HUUUUUUUU!"

Suara hantu milik Soka keluar. Tersiksa dengan hukuman yang Kasumi berikan.

"Aku menyuruhmu untuk membunuhnya dengan ilmu hitam yang kusalurkan padamu. Jadi, inilah hasil yang kau dapat," ujar Kasumi.

"GRAAAAAH,"

Soka pun lenyap menjadi debu berwarna hitam. Ilmu hitan Kasumi yang telah disalurkannya pada Soka telah kembali kepadanya.

Dengan tawa penuh kesedihan. Ia membanting semua barang yang ada di situ. Sang Penyihir hanya diam. Memilih untuk tidak ikut campur.

"KENAPA KAU TIDAK MUDAH UNTUK DIBUNUUUUHHHH!"

Air mata penuh kedengkian keluar dari kedua kelopak mata itu.

"SHIROHANA!"

-to be continue-

The Legend Of Shirohana [FRS-1] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang