A Longing

35 2 4
                                    

Author POV

Kano melihat Shirohana yang duduk di ruang tamu pun semakin girang. Ia berlari menuju Shirohana, melompat lalu memeluknya. Menggesekkan kepalanya pada Shirohana.

"Ibu! Ibu! Ibu!"

Sungguh anak yang menggemaskan. Hana tidak tahan, ia mengelus kepalanya, sambil tersenyum.

'Aah... senyuman yang sangat jarang diperlihatkan. Kano, sungguh beruntung kau masih bisa melihat senyumnya,' pikir Kyora.

Shirohana tidak perlu bertanya lagi bagaimana keadaannya. Ia cukup tahu jika Kano sangat berhasil dalam hal belajar dan ia merindukannya.

"Ibu akan menginap di sini selama... 3 hari," ujar Hana.

Kano melompat-lompat girang.

"Benarkah?! Benarkah?!" tanya Kano dengan penuh semangat.

"Iya benar," jawab Hana.

"Yeeey Ibu menginap di sini!"

Kyora tertawa kecil melihat tingkah Kano.

Setelah melakukan kebiasaannya, Kano membantu Hana untuk memijatkan punggungnya. Kano dengan penuh semangat melayani Hana.

"Ibu, apakah rasanya enak?" tanya Kano.

"Iya, kau melakukannya dengan baik," jawab Hana.

Kano senang. Lalu, dengan semangat memijat kembali punggungnya.

"Kano, besok ibu akan mengantarmu ke sekolah dan menjemputmu pulang. Kau tunggulah aku jika aku belum datang," ujar Hana.

"Baik bu," balas Kano.

Hana berpikir sejenak. Lalu, ia teringat satu hal.

"Kano, kau masih ingat Kanuushi HongMo?" tanya Hana.

Kano mengingat-ingat kembali. Lalu mengangguk seraya berkata, "Iya, aku masih ingat."

"Lusa, kita akan pergi ke Kuil Dewi Shuuji," ujar Hana.

Kano mengangguk.

"Ibu, apakah kau ingin minum dan makan sesuatu?" tanya Kano.

"Tidak," jawab Hana.

"Ibu.... apakah aku bisa tidur bersamamu?" tanya Kano.

Meskipun ekspresi Hana tetap dingin, tapi di dalam lubuk hatinya menyimpan banyak sekali pertanyaan. Kenapa anakku tiba-tiba menanyai itu? pikir Hana.

"Memangnya kenapa?" tanya Hana balik.

Kano merasa ragu. Ia sangat rindu dengan ibunya. Ia takut, saat besok ia mencarinya di dalam kamarnya. Ibunya akan menghilang tanpa sepucuk surat pun. Kano membuka lalu mengatupkan kembali mulutnya. Ia menunduk, rambut putihnya menutupi wajahnya. Hana selalu seperti itu, jika ia berjanji kepadanya untuk menginap selama 3 hari, jika ada tugas penting dadakan ia akan meninggalkan rumahnya tanpa jejak.

"Aku hanya takut... jika ibu pergi meninggalkanku tanpa sepucuk surat pun."

Kano akhirnya jujur. Mata Shirohana membesar, alisnya melengkung ke atas. Ia kaget, bahwa sekejam itukah dirinya kepada anaknya? Sedingin inikah dirinya kepada anaknya? Kano kurang perhatian, ia anak yatim saat ia baru berumur satu bulan. Dan sekarang ibunya yang dingin, jarang sekali pulang untuk menjemputnya dari sekolah dan mengantarnya ke sekolah.

Kano mandiri, ia pergi dan pulang dari sekolah sendiri. Tidak diantar Bibi Kyora. Kano pun tahu, ia tidak boleh menjadi seorang gadis manja. Ibunya pasti menanggung beban yang berat. Jika ia menjadi manja, pasti ia akan menyusahkan ibunya.

Kano menghargai Hana. Seperti Kouta menghargai Hana.

Tanpa disadari, Hana meneteskan air matanya. Kano terkejut, ia mendekati ibunya.

"Ibu... kenapa kau menangis?" tanya Kano.

'Aku melihat diri Kouta dalam dirimu Kano....' pikir Hana.

Hana mengusap matanya. Lalu, ia memeluk Kano erat. Kau tangguh... kau tangguh.... kau tangguh.... pikir Hana. Kouta selalu menghargai Hana, ia selalu ingin melindungi Hana dan membantunya. Sebagai suami dan ayah yang baik, Kouta bahkan rela mengorbankan nyawanya untuk melindungi mereka. Tapi, sayangnya Kano hanya bisa melihatnya dalam mimpi. Kouta hanya tinggal nama saja. Bahkan jika ada yang bernama sama, ia tidak akan mirip dengan Kouta.

Terkadang Kano menceritakan bahwa ia pernah bermimpi tentang seorang pria dengan rambut berwarna merah, mata yokai, bekas luka di hidung dengan baju kaisar mendekatinya dan memeluknya. Seraya berkata anakku sudah besar, ia mirip dengan ibunya. Ia mewarisi mata merahku tapi tidak berbentuk yokai. Ia sangat cantik dengan tanda bunga misterius di keningnya.

Pria itu terus mengulangi kata-kata itu setiap kali ia bertemu. Hana tahu, jika digambarkan... ia mirip dengan Kouta. Tapi, sayangnya setiap kali Hana bertanya apakah pria itu memberitahu namanya? Kano selalu bilang jika pria itu akan berkata bahwa ia adalah teman baik... panggil saja ia teman baik. Hana tahu itu pasti Kouta.

"Kau.... mirip dengan ayahmu. Yang tidak mau merepotkan orang lain, selalu membantu orang lain," jawab Hana.

"Ibu, bagaimana dengan tampang ayah?" tanya Kano.

"Ia rupawan dengan hati yang baik," jawab Hana.

"Aku penasaran," rengek Kano.

Sayang... rupa ayahmu seperti di mimpimu....bisik Hana dalam hati.

Tapi, tetap saja Hana memerlukan waktu untuk menghapus dukanya tentang Kouta. Supaya ia tidak menangis lagi saat mengingat sosoknya.

-to be continue-

The Legend Of Shirohana [FRS-1] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang