Author POV
Ia sampai di depan sebuah spanduk tanda daerah. Spanduk itu bertuliskan 'Tanah Waryu'. Yang mana artinya ia telah sampai di tujuannya. Ia melihat ke langit sebentar.
Ini memang takdirku. Aku telah sampai di sini padahal aku asal jalan.
Tetap pada wajah dinginnya, ia menatap anaknya yang tertidur sebentar. Bayi berusia satu bulan itu memiliki sedikit darah hitam iblis tadi di mukanya. Aku harus membeli rumah, lalu mengisi air di mangkuk porselen dan mencelupkan kain untuk mengusap wajah anak ini, pikirnya.
Ia pun memasuki daerah itu dan berkeliling. Monster-monster itu kehilangan jejaknya. Dan tampaknya monster-monster itu sudah tak memiliki alasan lagi untuk mengejarnya. Jika saja mereka masih mengejarnya, mereka pasti sedang berkencan dengan kematian.
Shirohana merasa bersyukur jika monster-monster itu memiliki akal untuk berpikir. Jika tidak, itu hanya akan membuatnya semakin repot saja. Tiba-tiba seorang wanita tua dalam kerudung merah dengan postur tubuh yang sedikit bungkuk menghampirinya.
"Siapa kau?" tanya Shirohana dingin.
"Nona muda ini... adalah warga sipil baru 'kan? Saya yakin jika Anda mencari tempat tinggal. Bagaimana jika Anda ikut saya pergi ke sebuah penginapan?" tanya wanita tua itu.
"Saya lebih tertarik jika itu adalah rumah yang baru saja dibuat tanpa ada orang yang membelinya," jawab Shirohana.
"Tapi, tak apa. Asalkan ada tempat tinggal saya akan menerimanya," lanjutnya.
"Oh! Soal rumah ada yang baru saja dibuat. Tapi, sayangnya sang pembeli meninggal lebih dulu karena serangan Yokai. Apalagi, dia hanyalah seorang pemuda tampan yang belum memiliki keluarga. Jadi, rumah ini dalam kondisi 'tidak bertuan'," jawab wanita tua itu.
"Bawalah saya ke rumah itu," balas Shirohana.
Wanita tua itu mengantar Shirohana ke rumah tersebut. Rumah itu cukup besar dan sedikit mewah. Tapi, itu tidak semewah rumah pejabat maupun kaisar. Bisa dibilang ini adalah rumah seorang pedagang kaya.
"Di mana orang yang menjual?" tanya Shirohana.
"Orang itu ada di rumah sebelah nona," jawab wanita tua itu.
"Terima kasih nyonya tua," respon Shirohana.
Wanita tua itu pergi dan Shirohana pergi ke rumah sebelah. Dan ia pun berhasil membeli rumah itu. Uang Kouta sedikit kelebihan untuk membeli rumah di sini.
Rumah tersebut bersih. Pasti sering dibersihkan oleh sang penjual. Apalagi, kebutuhan rumah itu ada. Air, perabotan, dan alat keperluan lainnya ada. Kecuali makanan dan pakaian. Shirohana pergi ke salah satu kamar, meletakkan Kano. Ia pun mengambil air dengan sebuah mangkuk porselen. Ia mencari kain dan menemukannya. Lalu, ia Mencelupkan dan meremas kain itu. Lalu, ia pun membersihkan wajah anaknya.
Sudah selesai, ia membuang air itu.
'Ah.. pakaian,' pikir Shirohana.
Ia menggendong anaknya lalu mengunci pintu rumah utama. Ia keluar lewat pintu rahasia yang telah dicarinya.
Ia berkeliling di Tanah Waryu. Hari sudah cukup malam, sehingga Tanah Waryu sudah sepi. Akhirnya ia menemukan sebuah toko baju. Untung saja uang Kouta masih tersisa. Ia membeli baju. Dan habislah uangnya demi membeli bajunya dan anaknya. Ia pulang memandikan anaknya. Setelah itu ia pun mandi dan mengganti bajunya.
Kano menangis. Hana segera menggendongnya. Ia ingin menyusui Kano. Tapi, sayangnya Kano sama sekali tidak ingin meminumnya. Hana merapikan pakaiannya lagi. Ia menggoyangkan Kano dan menepuknya pelan.
"Uuuu Kano apa yang terjadi? Kenapa kau menangis?" bujuk Hana.
Sudah lama Kano menangis, dan tangisannya semakin kencang. Wajah dinginnya pecah. Ia menangis juga. Kini ia terlihat sangat menyedihkan.
"Ibu di sini.... ibu di sini.....," ujarnya.
Lututnya lemas dan ia terduduk di lantai. Tubuhnya bergetar.
"Tenanglah..... ibu di sini...... ibu di sini..."
Ia masih tak ingin berhenti menangis.
"Kano!!!" teriak Hana panik.
Ia segera keluar dari rumahnya. Mengingat bahwa ada Kuil Dewi Shuuji di sini. Ia segera mencari lokasinya. Dan sampailah ia di kuil tersebut.
Seorang kanuushi menghampirinya.
"Ada apa Nyonya?" tanyanya.
"Tolong.. anakku... sepertinya ia memerlukan pertolongan spiritual," jawabnya panik.
Kanuushi tersebut segera membawa Hana ke dalam aula utama Dewi Shuuji. Dan kanuushi itu memanggil kanuushi utama, HongMo-sama. Dia adalah kanuushi orang ras tionghoa.
HongMo-sama menggendong Kano dan berdiri di depan patung Dewi Shuuji dengan Shirohana di samping HongMo-sama. Lalu, tiba-tiba patung itu bersinar dengan cahaya yang menyilaukan. Membuat semua orang menutup matanya. Setelah sinar itu menghilang, di hadapan mereka kini....
Adalah Dewi Shuuji.
"Hormat Dewi Shuuji," ujar HongMo-sama.
-to be continue-
KAMU SEDANG MEMBACA
The Legend Of Shirohana [FRS-1] ✅
FantasyFantasy Romance Series- 1 Shirohana hanya seorang gadis malang yang tak diinginkan oleh masyarakat di tempat tinggalnya. Namun, nasibnya berubah ketika bertemu dengan Dewi Aori dan Dewa Kenzo. Segala hal mistis terjadi. Shirohana tidak mengerti deng...