Malice

43 3 12
                                    

Author POV

Sudah tujuh bulan kandungan Shirohana. Shirohana duduk di ranjangnya dengan senyuman bahagia, melihat perutnya yang membuncit sambil mengelusnya. Tabib sudah memeriksa melalui nadinya. Sayangnya, bayinya itu perempuan. Tapi, Kouta cukup bahagia walaupun anaknya bukan laki laki.

Kouta datang mendekati Shirohana setelah selesai mengumpulkan kayu bakar dan bekerja di sebuah toko. Sejak menikah dengannya, Kouta juga sudah mulai bekerja secara ekstra. Walaupun kelelahan ia bahagia, asalkan anaknya dan istrinya bahagia. Apa pun akan dilakukannya.

Ia mengelus perut buncit Shirohana. Senyuman terpancar di wajahnya. Anak itu menendang nendang perut Shirohana. Membuat Shirohana sedikit kesakitan.

"Anak ini.... pasti anak yang aktif, pintar dan nakal," komentar Kouta.

Shirohana terkekeh.

"Ada ada saja kau ini. Belum tentu!" balas Shirohana.

Shirohana melepaskan tangannya. Membiarkan hanya tangan Kouta yang memegangnya. Tendangan itu bertambah kuat, tepat menendang tangan Kouta.

"Anak ini.... antara membenciku atau terlalu tak sabar untuk menemui ayahnya," komentar Kouta dengan wajah datar.

Shirohana tertawa.

"Anak ini tak mungkin membencimu!" balas Shirohana.

Kouta tertawa kecil.

"Tenanglah aku hanya bercanda," balas Kouta.

Shirohana merasa mual. Kouta segera mengambil ember kecil dan Shirohana muntah di ember itu. Kouta lalu pergi membersihkan ember itu. Dan Shirohana sendirian di sana.

"Hana," panggil Kasumi.

Shirohana menengok Kasumi dengan senyuman manis.

"Kasumi? Ada apa?" tanya Shirohana.

Kasumi membawa nampan yang menampung sebuah teko dan gelas. Kasumi duduk di sebuah meja tak jauh dari ranjang Shirohana. Ia menuangkan teh untuk Shirohana. Lalu, ia memberikan itu pada Shirohana.

Dengan senyuman yang tak dapat dijelaskan, tapi terlihat bahagia.

"Ini untuk menguatkan janinmu," ujar Kasumi.

Shirohana mencium bau teh itu dulu. Tak ada apa apa. Shirohana lalu meminumnya.

"Minumlah sebanyak yang kau inginkan," ujar Kasumi lalu meninggalkan Shirohana. Shirohana sendirian disana.

Entah kenapa Shirohana tiba tiba merasa sakit pada perutnya. Ia terkejut melihat air di selangkangannya.

Teh itu ada racun! Racun yang tak dapat diprediksi!

Shirohana mengepalkan tangannya. Kenapa ia bisa begitu bodoh?! Ia berteriak.

"TOLONG SIAPA PUN! AKU SUDAH MAU MELAHIRKAN!!!!"

Berulang kali. Dan tak ada yang datang. Nihil. Tak ada yang datang. Kouta masih mencuci ember itu. Terpaksa ia harus melahirkannya sendiri.

Dengan ilmu spiritualnya, ia mengambil sebuah kain yang terletak jauh dari ranjang itu. Ia mengetahui sedikit teknik melahirkan tapi itu akan sulit dipraktekkan sendiri. Dengan terburu buru ia langsung melahirkan. Melihat tak ada baskom berisi air hangat.

"GAAAAAAHHHHH!"

Di tempat lain...

Kasumi tersenyum.

"Anak yang lahir prematur..... takkan bisa terlahir dengan selamat. Apalagi jika sudah berusia 7 bulan. Kemungkinan ibunya akan mati juga," gumamnya.

Ia terkekeh pelan.

"Aku benar benar menunggu petimu, Hana."

Kedengkian seperti itu..... benar benar akan membuat bencana bagi dunia ini. Tapi, sepertinya itu...... takkan berlaku bagi Shirohana.

Dewa dan Dewi di langit murka. Dewi Shuuji terutama. Ia melihat Kasumi dari langit dengan mengepalkan tangannya. Tatapan ingin membunuh terpancar di wajahnya. Lalu, ia turun ke bumi. Pergi menuju Rumah Tsuki lalu memasuki ruangan Shirohana yang melahirkan.

Dengan ilmu spiritualnya, Dewi Shuuji mengacungkan tangan kanannya ke depan. Tenaga spiritualnya muncul di tangan kanannya. Menyerupai debu berwarna emas. Dan mentransfer tenaga itu ke perut Shirohana.

"AAAAAAAHHHHHHH!" teriak Shirohana.

Ia menangis. Berjuang sendirian. Demi anaknya.

"Anak ini..... akan memiliki takdir yang besar."

Bayi itu akhirnya menampakkan kepalanya. Lalu badannya, kemudian kakinya. Tangisan bayi itu sangat kencang. Shirohana tidak sekarat. Dia menggunakan kain yang dia pegang. Ia merasakan sakit setelah melahirkan, tapi ia tetap berusaha mengelap darah di tubuh anaknya.

Dengan air mata yang berjatuhan. Bercampur rasa sakit dan bahagia.

Anaknya memiliki tanda lahir menyerupai sebuah bunga di keningnya. Bentuk muka mirip dengannya, bentuk matanya bercampur antara mata ayahnya dan matanya. Hidungnya mancung semancung ayahnya. Mulutnya semungil miliknya dan kulitnya berwarna krim yang putih dalam keadaan normal. Tidak seperti dirinya. Dengan tanda lahir seperti itu, satu kata. Cantik.

Dewi Shuuji menghela nafasnya. Ia tak bisa terlihat oleh manusia. Yang mana artinya tak ada yang bisa melihatnya, bahkan Kouta maupun Shirohana sekalipun. Ia merasa lega dengan kondisi putrinya dan cucu putrinya yang seharusnya masih hidup dalam hitungan waktu di surga.

Shirohana dan anaknya selamat. Shirohana tidak mengalami pendarahan. Itu sudah cukup untuk disyukuri.

Kouta datang dan alangkah terkejutnya melihat ranjang Shirohana yang berdarah. Dan lebih terkejutnya lagi, seorang bayi berada di samping Shirohana. Shirohana berusaha untuk tersenyum. Darah di tubuh anaknya telah bersih. Anak yang cantik itu menangis tak karuan. Kouta segera mengambil kain lainnya. Membungkus tubuh mungil itu. Menggendongnya.

Kouta menangis dalam diam. Dalam wajah terkesan senang. Rona merah yang tipis menghiasi wajahnya.

"Kano Ryota," ujar Kouta.

Shirohana yang berbaring di ranjangnya, merasa senang. Nama yang cantik dan enak didengar.

"Yang artinya, Alunan Kecapi milik Ryota yang indah," lanjut Kouta.

Anak itu berhenti menangis, digantikan dengan suara tawa. Tangan kanannya memegang wajah ayahnya. Dewi Shuuji melihat mereka senang. Lalu, kembali ke langit.

Kouta memegang pipi mungil itu dengan jari telunjuk tangan kirinya. Tangan kanannya menggendong Kano.

"Aku ingin melihatnya," ujar Shirohana.

Kouta memberikan Kano pada Shirohana. Shirohana tersenyum senang. Kano sangat cantik. Sangat cantik.

Kano tiba tiba menangis. Meminta makan. Kouta segera keluar meninggalkan mereka. Ia tahu dan peka terhadap anak dan istrinya. Tapi, Kouta juga mulai curiga kenapa Shirohana bisa lahir prematur. Ia bukannya tidak melihat teko dan cangkir itu. Diam diam ia menyelidikinya.

Kasumi oh Kasumi. Niat jahatmu takkan bisa mengenai mereka.

-to be continue-

The Legend Of Shirohana [FRS-1] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang