Sore ini Darrel baru saja keluar dari tempat lesnya. Baru dua hari dirinya pergi ke tempat tersebut karena mengurus tempat bimbingan belajar rujukan sang ayah. Laki-laki dengan jaket denim hijau tua serta kaus putih sebagai dalamannya itu memperbaiki letak tali tas yang sedikit merosot dari pundak. Untuk melewati beberapa orang yang berjalan lambat di depannya, Darrel berjalan tergesa.
Clarissa mungkin sudah menunggu di depan gerbang rumahnya sekarang, terbukti dari satu pesan yang masuk dan mengabarkan bahwa gadis itu sudah siap. Darrel memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celana, lalu menghampiri kendaraan yang berada satu meter dari tempatnya berpijak.
Sedan berwarna hitam mengilap adalah benda yang Darrel kemudikan. Jemari lentik tersebut menyentuk handle pintu sebelum menariknya. Darrel harus segera menemui Clarissa. Kekasihnya pasti sudah menggerutu tidak jelas karena kedatangannya yang sedikit terlambat.
Materi yang dibahas tadi lumayan menguras waktu. Darrel bahkan harus membaca hampir seluruh referensi yang diberikan. Namun, tidak ada pilihan lain. Darrel harus les sore hari dan pergi ke tempat bimbingan belajar ketika malam tiba. Kegiatan seperti itu akan terus berulang hingga beberapa bulan ke depan.
Darrel menyimpan ponsel di atas dashboard ketika mobil sudah meninggalkan parkiran gedung cokelat bertingkat dua. Kendaraan itu melaju dengan kecepatan sedang membelah jalan raya yang perlahan dipadati orang-orang yang baru pulang bekerja. Sepanjang mata memandang hanya pengguna seragam formal rapi juga seragam buruh biasa yang memadati trotoar serta halte, entah untuk menunggu angkutan umum, sekadar beristirahat sejenak, maupun menunggu jemputan masing-masing.
Kemudi di tangan Darrel dibelokkan ke arah kiri saat melewati lampu lalu lintas. Ponsel yang tersimpan rapi di tempat tadi kembali bergetar. Darrel enggan mengambil benda itu. Dia takut konsentrasi yang berusaha dipertahankan akan runtuh. Bukan hanya akan merugikan diri sendiri jika hal-hal tidak diinginkan terjadi, melainkan orang lain juga akan terkena imbasnya. Darrel tidak menginginkan hal itu terjadi, tetapi ponsel itu kembali menghasilkan suara yang sama.
Darrel mengembuskan napas kasar. Ketika mengangkat pandangan, lampu lalu lintas di depan sana akan berubah merah dalam kurun waktu dua detik lagi. Darrel mengumpat pelan dengan tangan memukul stir ketika kelajuan mobilnya kalah cepat dengan lampu tersebut berubah. Sia-sia saja, pikirnya.
Laki-laki yang sangat menyukai penelitian itu memilih untuk mengambil ponsel yang sedari tadi ribut menampilkan notifikasi pesan dan panggilan. Nomor tanpa nama yang sudah Darrel hapal di luar kepala mengisi layar kunci. Clarissa meninggalkan pesan beruntun berisi hal yang sama, menanyakan keberadaan Darrel dan kepastian dia akan datang atau tidak. Selain itu, ada lima panggilan tidak terjawab darinya.
Pesan itu hampir saja mendapatkan balasan, tetapi bunyi klakson dari belakangnya membuat Darrel tidak melanjutkan pergerakan jemarinya di atas keyboard. Darrel melihat kembali ke arah lampu lalu lintas. Benda itu masih berwarna merah dan menunjukkan angka 1 detik lagi. Entah di mana letak kesadaran pengendara di belakangnya itu.
Sedikit kesal membuat Darrel melemparkan ponselnya ke atas dashboard. Persetan dengan benda itu bisa terjatuh dan rusak. Darrel paling tidak suka seseorang yang tidak patuh pada aturan, meskipun dia juga bukan sosok penurut sepenuhnya.
Darrel melajukan kendaraannya dengan kecepatan lebih tinggi. Langit senja biru mulai dikuasi jingga. Namun, Darrel masih belum bertemu dengan Clarissa. Urusan sekolah hanya tinggal menunggu pembagian raport esok hari sehingga mereka sudah dibebaskan. Darrel tidak berangkat begitu juga dengan sang kekasih. Gadis itu tidak segan membujuk Darrel untuk tidak datang ke sekolah pagi tadi. Alasan yang digunakannya adalah karena Clarissa belum mempunyai tempat bimbingan belajar.

KAMU SEDANG MEMBACA
AM
Teen FictionKalau saja Clarissa tidak pernah terlambat pulang sore itu. Kalau saja mereka tidak pernah terikat sebuah hubungan. Kalau saja Darrel tidak membelikan Clarissa banyak bunga iris. Kalau saja Clarissa tidak memulai kembali. Mungkin mereka tidak akan...