AM | 42

3.1K 177 1
                                    

Detakan jantung berpacu dengan cepat. Dadanya bergemuruh seiring dengan napas terengah. Darrel terduduk di atas tempat tidur dengan keringat membanjiri wajah. Pikiran linglung membuatnya melupakan segelas air di atas nakas. Mimpi itu lagi. Darrel memijat pangkal hidung seiring dirinya yang bangkit, kemudian berjalan membuka pintu kamar. Ia tidak punya tujuan. Namun, tangannya tanpa diminta bergerak membuka pintu kulkas saat melewati dapur.

Air mineral tinggal tersisa setengah kala Darrel duduk di sofa merah bludru di depan televisi berlayar empat puluh inci yang mati. Iris kecokelatan itu memandang jam di dinding. Pukul dua belas malam. Ah, padahal rasanya dia sudah tertidur lama sekali. Darrel menyandarkan tubuh dengan mata terpejam. Sedetik kemudian, mata itu kembali terbuka. Kemeja putih masih melekat. Darrel tidak sempat untuk berganti pakaian, mandi, serta makan malam.

Usai dengan bimbingan belajar di pukul sembilan, Darrel mengunjungi rumah kekasihnya. Gadis itu tidak mempunyai jadwal malam untuk hari ini. Darrel memberikan sebotol vitamin serta beberapa roti keju. Clarissa jelas protes akan hal itu. Katanya, dia sudah bosan. Namun, dengan janji bahwa besok malam Darrel akan mengajaknya makan di luar, dia tersenyum riang. Darrel pulang pukul sepuluh dan dirinya segera memasuki kamar setelah membereskan ransel hitam serta tumpukan buku. Ternyata berniat berbaring sebentar berujung tertidur pulas.

Mungkin karena selama lebih dari setahun selalu terbangun di dini hari, Darrel menjadi sulit memejamkan mata kembali. Terkadang dia merasa mengantuk sekaligus lelah, tetapi matanya sama sekali tidak bisa terpejam. Pening mendera kepala. Selain makan siang, perutnya belum terisi lagi. Darrel terlalu malas untuk memasak, dia berdiri dan membuka laci meja televisi. Di sana terdapat beberapa bungkus camilan, roti, serta rokok. Benda terakhir memang milik Darrel, setidaknya dulu. Ia berhasil berhenti merokok karena ibunya dan mungkin juga Clarissa. Tiga tahun lalu, sang ibu selalu mengomel jika mendapati bau asap rokok yang tertinggal di kemeja putih Darrel.

Darrel rindu. Mendiang Tania sangat membenci asap rokok. Ah, mata Darrel selalu memanas ketika mengingatnya. Clarissa juga memiliki beberapa kebiasaan yang sama. Membenci perokok aktif, kurang menyukai minuman bersoda, serta suka mengoleksi bunga. Jujur saja, saat melihat Clarissa berada di halaman rumah dengan gaun rumahan selutut dan sibuk memetik daun bunga iris yang layu membuat Darrel mengenang memori masa lalu.

Suara seseorang mengetikkan nomor password pintu membuat Darrel menoleh. Tangannya kembali mendorong laci putih itu. Aarav datang dengan penampilan kacau. Kemeja putihnya kotor dan terdapat bercak darah di bagian dadanya. Sudut bibir masih menguarkan darah segar serta pipi bagian kiri yang memerah sempurna dan tampak memar. Laki-laki itu berjalan tertatih setelah menghentikan langkah dan memandang Darrel yang menatapnya.

"Lo tau ini ulah siapa?" Aarav tertawa sinis setelah menyeka darah yang berada di sudut bibir. "Bukan cuma Papa yang ciptain ini, tapi lo juga."

Darrel tidak berniat menjawab, sekalipun Aarav terluka cukup parah. Rasanya aneh untuk bersikap seperti dulu. Rasa benci Darrel makin menguat setiap harinya. Bagaimana mungkin ada manusia yang bisa hidup damai setelah menyebabkan seseorang menderita? Darrel marah karena Aarav hidup dengan baik setelah melukai orang lain.

Rasa laparnya mendadak hilang. Darrel bangkit. Kembali ke kamar adalah jalan terbaik untuk saat ini. "Gue mau tidur."

"Lo seneng selalu jadi kebanggaan Papa?" Darrel tidak berbalik mampu menjawab. Aarav kembali membuka mulut. "Jawab, Darrel!"

"Pulang, Aarav!" Darrel masih dalam posisi yang sama. Ia bergegas menuju pintu kayu yang tertutup beberapa langkah di depannya. Kedua tangan laki-laki itu mengepal erat di samping tubuh. Sungguh, rasa ingin melayangkan tinjuan pada wajah babak belur itu masih kuat. Namun, Darrel berjanji untuk tidak terluka. Kecil kemungkinan untuk Aarav akan diam menerima pukulannya.

AMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang