8th page

184 35 0
                                    

Aku sudah lama bersahabat dengan Sabrina dan Angel. Satu tahun bukanlah waktu yang singkat, teman.

Selama aku menjadi teman mereka, aku tau apa-apa saja tentang mereka. Seperti misalnya, Angel yang sangat jarang sekali pulang ke rumah dibawah jam sepuluh malam.

Dia jagonya nongkrong di mall hanya untuk menghabiskan waktu. Tak jarang, ia mengajak kami. Tapi, yaa, kebanyakan kami tidak ikut. Kami punya kesibukan masing-masing.

Seperti halnya Sabrina. Tak jarang, tiap pulang sekolah ia pergi ke panti asuhan. Tempatnya tinggal dulu.

Ya, Sabrina dulu anak yatim piatu sebelum akhirnya ia bertemu dengan orang tua kandungnya. Dulu, sewaktu umurnya masih lima tahun, Sabrina adalah anak yang hilang. Lalu ditemukan oleh seorang pemuda dan dibawa ke panti asuhan itu. Enam tahun berlalu, akhirnya keluarganya menemukannya di panti asuhan itu.

Enam tahun bukan waktu yang singkat. Di enam tahun itu, Sabrina bermain bersama anak-anak di sana. Itu membuatnya merasa dekat dengan mereka. Juga para pengurus panti.

Maka dari itu, hingga kini, ia selalu mengunjungi panti. Dan tak jarang, ia selalu mengajak kami ke sana bersama-sama.

Kami tidak menolak. Lebih tepatnya, tidak bisa menolak. Selain karena aku yang sangat suka anak kecil, kami juga tidak bisa mengabaikan tempat kedua bagi teman kami. Bagaimanapun juga, panti itu masih dianggap sebagai 'rumah' bagi Sabrina.

Dan aku tau kecemasan Sabrina. Kedua orang tuanya selalu menuntut ia agar menjadi anak yang pintar. Karena suatu saat nanti, ia dipercayakan untuk memegang firma hukum milik ayahnya.

Anehnya, alih-alih masuk kelas sosial, ia malah masuk kelas alam. Hingga kini, aku bahkan masih tidak bisa mengetahui apa maksud dan tujuannya.

Iya, ayahnya adalah seorang pengacara. Ia mampu memenangkan banyak kasus para kliennya, tapi tak bisa mengetahui keberadaan Sabrina lebih cepat, dulu.

Jadi, saat Pak Kimia itu mengancam untuk memberikan nilai pas KKM, wajar saja bila Sabrina cemas.

Memang, orang tuanya tak pernah menyiksanya secara fisik. Mereka hanya menuntut banyak pada Sabrina. Dan Sabrina terlalu baik untuk menolak. Ia takut membuat mereka kecewa.

Dan aku. Bukannya aku tidak mau membantu mereka. Terutama di pelajaran kimia.

Hanya saja, mereka sendiri yang enggan. Entah kenapa? Besok-besok, mungkin aku akan mengetahui alasannya.

Gimana? Jadi?

Ketikku di kolom group chat antara aku dan kedua temanku di Whatsapp.

Sabrina mengetik...
Ya, ayo!

Angel mengetik...
Sekarang? Aku masih di mall!

Aku memutar kedua bola mataku jengah.

Ini sudah jam lima sore! Terlambat satu jam dari yang direncanakan. Lusa kalian perbaikan ulang!

Tak ada yang membalas pesan singkat dariku. Aku menghela nafas.

Sebenarnya, sesulit apa, sih, kimia menurut mereka? Kimia itu unik dan menyenangkan! Pelajaran apalagi yang mampu menerapkan operasi hitung antara angka dengan huruf sekaligus?!

Sekian lama menggantung, akhirnya Sabrina memberikan respon.

Sedang dalam perjalanan 🚗

Tragiko [SEASON 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang