"Ngapain ke sini, Al?" tanya Kak Velly pada Alan. Ia lantas menengok ke arahku dan terpekik pelan, "Oh, hai! Aku Velly, kamu?"
Aku tergeragap mendengar seruan mendadak darinya. Tanpa sadar, aku mencuri tatap ke arah Alan. Tanpa kuduga, Alan hanya memasang wajah datar andalannya.
"Ooh, mm, a-aku ..." balasku masih tergeragap.
"Tidur. Mumpung belum ada guru. Nanti aku hubungi kamu lagi," ucap Alan tiba-tiba. Lantas, ia berbalik ke luar dari kelasku bersama Kak Velly yang masih bergelayut manja di sebelah lengannya.
Walaupun mereka telah jauh di hadapanku, aku masih sanggup mendengar Kak Velly bertanya pada Alan. "Itu siapa?"
Sayangnya, aku tak dapat mendengar jawaban dari Alan sama sekali.
Atau mungkin, Alan memang sama sekali tak menjawab pertanyaan itu.
Seperti apa yang Alan perintahkan barusan, aku memilih untuk kembali tidur. Tanpa Alan tahu, aku merasa resah dalam tidurku.
***
Aku menghabiskan waktu sekolahku dengan sia-sia. Tentunya, itu sama sekali 'bukan aku'.
Aku sempat akan dikeluarkan dari jam Pak Didi, guru Agamaku karena ketahuan tidur. Tapi tidak jadi, karena dia terlalu baik.
Aku benar-benar kacau sekali hari ini. Dan aku tahu dengan pasti apa penyebabnya.
Bahkan, ia juga tak menghubungiku sama sekali hingga detik ini! Cih! Semua omongannya memang benar-benar tidak bisa dipercaya!
Bel pulang terdengar begitu nyaring dari speaker kelas. Terdengar sangat indah di telingaku yang memang sedari tadi menanti-nanti bunyi bel itu.
Dengan gerakan cepat, aku membereskan peralatan tulisku di atas meja. Memasukkannya ke dalam tas dengan semangat empat lima. Tentunya, aku tak melewatkan tatapan aneh dari kedua sahabatku.
Huft! Aku tahu aku harus bercerita pada mereka. Tentang apa yang terjadi padaku satu harian ini. Jelas saja, aku memang tipe orang yang seperti itu. Tak kuat menyimpan masalahku untuk diri sendiri. Terberkatilah kedua sahabatku ini.
Kami bertiga tidak keluar kelas bahkan setelah semua teman satu kelasku pergi. Kali ini, ada sesuatu yang lebih penting daripada pulang. Dan kedua sahabatku tak bisa menunggu lebih lama lagi.
"Alan?" tembak Angel begitu saja. Bahkan di saat aku tengah menghela nafas pertamaku, bersiap memulai cerita.
Aku mengangguk lamat-lamat. "Dia menyatakan perasaannya padaku tempo hari."
"Tapi dia malah dekat dengan Velly?" lanjut Angel. Sabrina menepuk pelan lengan bagian atas Angel. "Kak Velly!"
"Aku tidak memberikan embel-embel 'Kak' pada sembarang orang, Sab!" seru Angel ketus lengkap dengan decakan kesalnya.
Angel menaruh atensinya lagi pada diriku. Matanya menyiratkan keseriusan.
"Aku sudah memberitahumu sebelumnya, Lena. Mereka berdua telah lama dekat. Apa yang kamu harapkan? Kamu pikir mereka akan berjauhan setelah Alan mendekatimu? Well, pengaruhmu mungkin tidak sedahsyat itu bagi Alan, Lena."
Kedua bola mataku meredup tanpa kusadari. Angel terkekeh pelan. "Oh, baiklah. Sebagai sahabat yang baik--dan tentunya sebagai seorang profesional, aku akan beri kamu bantuan. Sedikit, hmm, lebih banyak mungkin?"
Seketika Angel mendekatkan wajahnya pada wajahku dan berbisik pelan. Dari ekor mataku, aku mampu melihat Sabrina yang ikut penasaran.
Angel memundurkan kepalanya tepat setelah ia mengucapkan ide gilanya. Aku memelototkan kedua mata sebagai respon. "Tidak mau! Dasar sinting!"
Aku menatap ke arah Sabrina. Meminta pembelaan karena biasanya, Sabrina berada di pihakku dan selalu menjadi orang yang waras di tengah kegilaan kita berdua. Namun, nihil. Yang ada, aku malah menemukan Sabrina yang mengangguk pelan dengan gerakan patah-patah.
"Sulit untuk diterima memang. Tapi, aku juga memikirkan hal yang sama dengan Angel. Tidak ada cara lain, Lena."
"Ada! Tentu ada! Kita hanya belum menemukannya!" seruku ngotot. Sabrina mengelus pelan pundak kananku. "Akuilah saja, Lena. Kamu telah mencintai Alan. Mungkin tidak banyak, tapi cinta itu tetap ada."
"Oh, dan akui saja, Lena. Akui bahwa sedari tadi, kamu menunggu kabar darinya."
Apa?! Yang benar saja! Cinta? Dengan tingkat kewarasanku, satu-satunya lelaki yang kucintai hanyalah Kenzo!
***
To Be Continued
Selamat hari Senin dan selamat beraktivitas setelah seharian kemarin mati listrik! Hayoo siapa yang kemaren mati listrik juga? Nyampe gaada sinyal masa:(
Berasa jadi suku Baduy (Dalam) dalam sehari😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Tragiko [SEASON 2]
RomanceSeason 1 [FINISH] Season 2 [DISCONTINUED for some reasons] ••• Tragikó/adj causing or characterized by extreme distress or sorrow. ••• Mungkin seharusnya, kita tidak usah bertemu bila itu hanya menimbulkan luka yang bahkan hingga kini masih terasa...