"Len, kantin?" ajak Sabrina padaku begitu bel istirahat berbunyi. Aku mengangguk menyetujui.
"Eh, udah dapet kabar dari Kenzo?"
Sabrina berdecak kesal. "Kabar apalagi, Len? Terakhir yang kudengar, yaa, itu. Dia pindah."
Aku menghela nafas kecewa. Angel yang melihat rasa kecewaku seketika menepuk pundakku pelan. Seakan memberi semangat padaku.
Sesampainya di kantin, tiba-tiba saja Sabrina menyikutku pelan. "Itu bukannya Alan?"
Aku mengikuti arah pandangnya. Dan benar saja. Itu memang Alan.
"Sama siapa dia?" tanyanya lagi. Aku menggedikkan kedua bahuku tak tahu. Angel mendesah frustasi.
"Itu Kak Velly! Kak Velly! Kalian gak tau siapa dia?" Aku dan Sabrina dengan kompak menggeleng.
Sebelum menjelaskannya secara rinci, Angel membawa kami ke bangku yang letaknya tidak jauh dari tempat Alan dan Kak Velly itu duduk.
Setelah kami duduk tenang dan nyaman, Angel mulai membuka penjelasannya.
"Kak Velly itu senior kita di IPS 2. Dia anak paskibra juga. Otomatis, mereka berdua dekat."
Aku mengangguk paham dan memutuskan untuk pergi memesan makanan sebelum Angel menarikku untuk kembali duduk di sampingnya.
"Tunggu dulu! Ceritanya belum selesai."
Akhirnya, aku kembali duduk dan menyimak penjelasan Angel.
"Setahuku, dia satu-satunya perempuan yang dekat dengan Alan selama ini. Mereka telah lama dekat, jauh sebelum Alan mendekati kamu. Dan sejauh yang kudengar, Velly menyukai Alan. Wajar saja. Aku sudah bisa menebak dari awal kedekatan mereka.
"Aneh juga sebenarnya. Selama ini, Alan adalah laki-laki yang tidak bisa dekat dengan perempuan manapun. Suatu keajaiban dia bisa dekat dengan Kak Velly dalam kurun waktu yang lama.
"Saranku, berhati-hatilah. Dia bisa jadi lawanmu yang paling tangguh."
Sabrina berdecak. "Kenapa tidak mengatakannya dari awal? Sejak Alan pertama kali mendekati Alena? Mungkin dengan begitu, Alena bisa mempersenjatai dirinya."
Angel meringis. "Maaf. Aku lupa. Aku juga baru melihatnya hari ini. Kemarin-kemarin, dia tidak ada di sekolah. Entah kemana. Kupikir, dia pindah."
"Ah, sudahlah. Tidak apa. Setidaknya, kita bisa bantu mempersenjatai Lena mulai hari ini."
Aku tak mengacuhkan ucapan Sabrina. Yang ada, aku melirik meja tempat Alan dan Kak Velly itu duduk. Tanpa dapat kuduga sebelumnya, rupanya Alan telah menatapku lebih dulu.
Aku dengan jelas menantangnya beradu pandang. Ternyata, ia kalah saat Kak Velly meraih rahangnya dan menyuapkan sesendok makanan untuknya.
Karena muak melihatnya, aku menundukkan wajah. Tanpa kuduga, Angel yang berada di sampingku mengelus pelan punggungku. "Oh, dear."
Mengerti dengan tanda 'pengasihan' itu, dengan cepat aku mendongakkan kepala dan menatap mereka berdua tajam.
"Tidak. Bukan. Aku baik-baik saja. I'm fine. Lagipula, he's nothing for me. Nothing."
Tapi, kenapa aku merasa sedikit janggal. Sedikit. Mungkin sedikit lebih banyak?
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Tragiko [SEASON 2]
RomanceSeason 1 [FINISH] Season 2 [DISCONTINUED for some reasons] ••• Tragikó/adj causing or characterized by extreme distress or sorrow. ••• Mungkin seharusnya, kita tidak usah bertemu bila itu hanya menimbulkan luka yang bahkan hingga kini masih terasa...