Aku merebahkan diri di atas kasur sambil menghela napas berat. Entah mengapa hari ini berjalan dengan begitu melelahkan. Rasanya seperti ada batu besar yang menimpa pundakku dan aku tidak dapat melepaskan diri hingga terpaksa harus membawa beban berat itu sepanjang hari. Di setiap langkah. Ke mana pun itu.
Apa aku terdengar terlalu berlebihan?
Aku mencoba menutup kedua mataku, mencoba merilekskan tubuhku yang terasa lelah sekali. Namun tiba-tiba saja aku teringat dengan surat yang diberikan guru BK di sekolah tadi.
Dengan berat hati, aku kembali bangkit dan menegakkan tubuh. Mengambil tasku yang tergeletak mengenaskan di atas lantai dan mulai mencari surat itu.
Aku mengacak-acak isi tasku karena tiba-tiba saja, surat itu hilang entah ke mana. Sialan. Ini semua gara-gara kedua teman laknatku itu!
Seketika, aku teringat bahwa surat itu aku selipkan di suatu buku yang aku sendiri pun tidak tahu buku apa itu?
Aku pun membuka lembar demi lembar semua buku yang ada di dalam tasku.
Aku akhirnya menemukannya tak lama kemudian. Ternyata surat itu terselip di buku catatan Bahasa Indonesia.
Kubuka surat itu perlahan setelah memastikan bahwa tidak ada identitas yang tertulis di amplopnya.
Mungkin saja penulisnya memberi nama di dalam suratnya.
Kubaca isi surat itu pelan-pelan dengan penuh rasa penasaran.
Halo, Alen.
Apa kabar?Kalau kamu menerima surat ini, itu artinya aku sudah mewujudkan mimpiku. Itu artinya 'perubahan rencana' yang dulu pernah kusebutkan itu telah menjadi kenyataan.
Maaf karena menghilang tiba-tiba. Padahal aku sedang dalam masa pendekatan denganmu.
Aku juga sengaja menitipkan surat ini pada Pak Husen. Dia tidak pernah mau kutitipkan, tapi untuk surat ini, aku bersikeras hingga ia menyerah.
Alen, aku tahu aku ini pengecut. Untuk mengungkapkan perasaanku padamu saja harus melalui surat. Tapi, mau bagaimana lagi?
Aku tidak punya banyak waktu. Aku sudah harus meninggalkan Indonesia secepatnya.
Ya ampun, Alen. Percaya tidak kalau tanganku saja sampai bergetar saat menulis surat ini? Padahal aku hanya menulis sebuah surat! Benar-benar payah.
Intinya Alen, aku cinta kamu. Sudah sejak lama hingga aku tidak yakin kapan tepatnya perasaanku bermula.
Aku tidak tahu apakah kamu menyukaiku juga atau tidak. Tapi sejak Alan mendekatimu secara terang-terangan, aku mengambil resiko dan mulai memberanikan diri untuk mendekatimu juga.
Ah, ya. Aku juga ingin meminta maaf karena tanpa sepengetahuanmu, kami membuat taruhan. Sebenarnya, taruhan itu belum selesai. Kami masih punya satu hal lagi yang harus dibereskan, tapi aku memilih untuk tak melanjutkannya. Aku merasa bersalah.
Alasan lainnya karena aku tahu kamu menyukai Alan juga. Kamu memang tidak pernah mengatakannya secara langsung, tapi orang buta sekali pun akan tahu bagaimana perasaanmu pada Alan. Karena aku melihatnya dengan jelas.
Jadi, pada akhirnya aku menyerah. Aku menyerah pada cintaku dan memilih untuk fokus pada mimpiku yang lain. Kuharap kamu mengerti.
God will blessing you where ever you are.
I always love you, Alen.
Dari kalimat pembukanya saja aku tahu siapa penulis surat itu.
Alen.
Siapa yang memanggilku dengan nama itu?
Tentu jawabannya sudah jelas.
Itu Kenzo. Dan hanya Kenzo.
Tanpa kusadari, aku telah menitikkan air mata. Dan tetes demi tetes itu mulai berubah menjadi isakan kecil.
Astaga. Kenapa aku tidak pernah tahu kalau Kenzo menyukaiku juga? Kenapa selama ini aku bisa berpikir bahwa cintaku itu hanya bertepuk sebelah tangan?
Bodohnya diriku.
Sekarang, aku harus bagaimana?
Aku bingung. Jujur saja, aku ... ini terlalu mengejutkan bagiku.
Kenzo sialan! Bagaimana bisa ia mengatakan cinta secara tiba-tiba dan dengan cara yang tidak jantan seperti ini?
Melalui surat, huh?
Bahkan sosoknya saja tidak ada di sini. Hilang, entah ke mana. Tapi dari isi suratnya, aku yakin ia tengah berada di belahan bumi lain yang entah di mana itu.
Ya ampun.
Kenapa hidupku ini rumit sekali?
***
To Be Continued
Yes. Finally I'm decided to continue this story. Sebenernya cerita ini emang bakal aku lanjutin apapun yang terjadi, gaakan aku unpub tiba-tiba juga. Tapi setelah dipikir-pikir, oke aku lanjutin sekarang aja.
Part ini cuma 500 an words, dikit banget emang. I know. Yaa anggap aja pemanasan karena aku udah lama bangettt ninggalin lapak ini. So sorry🙏😭
Ntar dulu. Aku mau ngetag someone spesial di part ini wkwk SantiNurlaela1
Hope you guys like it💖
KAMU SEDANG MEMBACA
Tragiko [SEASON 2]
RomanceSeason 1 [FINISH] Season 2 [DISCONTINUED for some reasons] ••• Tragikó/adj causing or characterized by extreme distress or sorrow. ••• Mungkin seharusnya, kita tidak usah bertemu bila itu hanya menimbulkan luka yang bahkan hingga kini masih terasa...