11th page

152 34 1
                                    

Part ini adalah kado khusus untuk SantiNurlaela1 yang lagi sweet seventeen an. Love ya❣

Udah... Jangan nagih dulu, yaa.. Gue mau fokus buat cerpen dulu bentar hehe

***

Aku datang ke sekolah dengan langkah yang ringan. Lebih ringan dari biasanya. Mungkin bisa disebut dengan langkah kaki kebahagiaan. Haha. Aku aneh, ya?

Hari ini adalah hari aku dilahirkan ke dunia. Tepat tujuh belas tahun yang lalu.

Tahun lalu, aku juga berulang tahun. Tapi tahun ini, rasanya berbeda. Sangat berbeda. Mungkin, karena ini adalah sweet seventeen-ku.

Sebelumnya, aku selalu menganggap bahwa umur tujuh belas itu biasa saja. Tidak ada hal yang istimewa. Sama sekali.

Tapi, sekarang?

Kenapa saat aku mengalaminya, aku malah berpikir bahwa angka tujuh belas itu istimewa?

Aku memasuki kelas dengan senyum yang merekah. Senyuman paling lebar yang kubisa.

Dari tempatku berdiri, aku bisa melihat situasi kelas yang cukup kacau. Ribut di sana-sini padahal hari baru saja dimulai. Namun, aku masih mampu menemukan Angel dan Sabrina di tengah-tengah kelas yang tengah meributkan suatu hal. Entah apa itu?

Aku mendatangi mereka berdua dengan tatapan penuh rasa ingin tahu. Seketika, mereka berdua terdiam.

"Kenapa?" tanyaku. Mereka tak menjawab. Angel justru menarikku untuk duduk di sampingnya. Di sebuah kursi yang kosong.

Mereka saling menatap satu sama lain. Seakan memberi sebuah kode yang sama sekali tak kumengerti. Lalu kemudian, mereka berseru, "HAPPY SWEET SEVENTEEN!!"

Seketika, kelas yang tadinya rusuh karena suatu hal yang tidak jelas, kini terdiam. Dan kemudian, lagu yang cukup familiar terdengar begitu jelas di telinga. Memenuhi kelas yang seketika senyap. Rupanya, Andi tengah memutarkan sebuah lagu dari laptop miliknya.

Aku menutup mulutku dengan kedua tangan. Terkejut begitu mendengar lirik lagunya.

Lagu Selamat Ulang Tahun yang dinyanyikan grup band Jamrud itu kini terdengar semakin jelas. Apalagi, kini seluruh anak kelas ikut menyanyikan lagu itu sambil bertepuk tangan.

Aku menatap teman-teman sekelasku dengan pandangan tak percaya. Sedikit tersipu, aku mengucapkan terima kasih terus menerus.

"Happy sweet seventeen, Alenaa!!" Abel, salah satu temanku yang senang menulis cerita wattpad, berseru kepadaku begitu lagu selesai dinyanyikan.

Seketika, ucapan selamat dan doa mengalir deras setelahnya.

Benaran. Aku berterimakasih sekali hari ini.

***

Sebelum pergi ke kantin, Angel dan Sabrina mencegatku. Aku mengangkat kedua alis heran. Tidak biasanya.

Lalu kemudian, Sabrina memberikanku sebuah kotak berbungkus kertas kado ke arahku. Aku membalasnya dengan senyuman riang. "Terima kasih!"

Sabrina menggeleng. "Itu bukan dari aku."

Lalu, aku menatap Angel. Tapi, ia ikut menggeleng seperti Sabrina. "Lalu? Dari siapa?" tanyaku kemudian.

Jujur saja, aku sedikit kecewa. Tapi, kado bukanlah segalanya. Asal ada mereka berdua hingga selama-lama-lamanya di sampingku, itu sudah cukup. Lagipula, doa yang paling penting.

"Itu ada di laci meja kamu," jawab Angel. "Aku liat kado itu waktu mau ambil catatan Biologi."

Aku memandangi kado itu dalam-dalam. Sedikit takut untuk membukanya. Bukan apa-apa, tapi, siapa yang tau itu adalah...mm...teror?

"Mending kamu buka."

Aku menggeleng. Menolak saran Sabrina mentah-mentah. "Kenapa? Coba buka saja!"

Aku menggeleng, lagi.

"Aku saja yang buka, ya?" tawar Angel sembari merebut kotak itu dari genggamanku.

Aku memperhatikan Angel yang tengah membuka kado itu lamat-lamat. Sedikit khawatir saat Angel terlihat mengerutkan kedua alisnya.

Angel kemudian melirik padaku saat kotak itu tak terbungkus apapun lagi. "Kamu punya penggemar rahasia?"

Aku menggeleng. Ia kemudian memberikanku kotak yang telah ia buka tadi.

Di dalamnya, ada sebungkus coklat berpita dan sebuah kartu ucapan. Aku mengambil kartu itu dan membacanya di dalam hati.

"Eksperimen pertama kita di taman dekat lobi, ya? Pulang sekolah."

Kini, tanpa ada tanda pengenal sekalipun, aku tau pasti siapa pengirim kotak ini.

Dengan sekali sobekan, aku membuka coklat itu dan memakannya pelan dengan tak menghiraukan tatapan penasaran dari kedua sahabatku itu.

***

Pulang sekolah, aku segera menuju taman di dekat lobi.

Ini adalah taman kedua yang ada di sekolahku. Taman yang pertama, ada di depan sekolah. Kedua taman ini penuh dengan pepohonan dan dilengkapi kolam ikan juga gazebo untuk sekedar duduk-duduk santai.

Biasanya, para murid kekurangan modal kuota yang suka duduk di sini tiap pagi-pagi buta. Yah, apalagi kalau bukan untuk cari wifi gratis?

Aku menemukan Alan tengah duduk sendirian di salah satu gazebo di taman ini lengkap dengan beberapa peralatan di hadapannya. Dengan mempercepat langkahku, aku menghampirinya.

"Lama?" Ia menggeleng sebagai jawabannya. Aku melihat beberapa macam peralatan yang tampak familiar.

Pipet, gelas ukur dan peralatan milik laboratorium kimia lainnya.

Aku mengernyit, "Semua peralatan ini boleh kita pinjam?"

"Ini semua milikku." Aku sedikit terkejut mendengar jawabannya. Dan dengan spontan, aku bertanya, "Semua ini?"

Dan ia menjawabnya dengan anggukan mantap.

"Jadi, eksperimen apa kita hari ini?"

Alan tak menjawab. Ia justru menyuruhku untuk melakukan beberapa hal.

Pertama, aku memisahkan bubuk zink ke dalam tabung reaksi. Lalu, kutetesi dengan sedikit iodin menggunakan pipet secara perlahan.

"Ahh! Jadi ungu!" pekikku girang begitu melihat asap-asap ungu dari bahan eksperimenku.

"Kenapa memangnya kalo jadi ungu?" tanya Alan. Dengan mata penuh binar, aku menjawab, "Itu warna kesukaanku!"

"Yang benar? Kalau begitu, ayo kita bereksperimen lagi! Kita munculkan warna ungu dari bahan-bahan kimia yang lainnya!"

Aku menatapnya penuh minat. "Kamu yakin?" Ia mengangguk mantap.

"Kita punya puluhan tahun untuk selalu bereksperimen bersama, Alena. Kita punya waktu selamanya."

Aku terdiam. Tak tau mesti membalas apa.

Jarak antara wajahku dan wajahnya yang cukup dekat membuat nafasku memburu. Apalagi di saat ia melengkungkan bibirnya hingga membuat segaris senyuman indah.

Ia mendekatkan wajahnya lagi ke wajahku. Lalu kemudian berbisik pelan, "Selamat tanggal 23 di bulan Januari, Le. Selamat yang ke tujuh belas."

***

To Be Continued

Tragiko [SEASON 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang