30th page

115 15 0
                                    

Aku bukanlah seorang penyimpan cerita yang baik, terutama pada kedua sahabatku.

Maka, aku menceritakan semuanya kepada mereka. Mereka senang, akhirnya mereka berhasil menjodohkanku dengan Alan. Ya, memang terdengar sialan.

Tapi, kegelisahan masih tetap berlanjut. Hingga saat ini, begitu melihat Alan yang tengah duduk semeja dengan Kak Velly di kantin.

Oke, baiklah.

Mereka hanya teman, Alena. Tidak lebih. Alan hanya mencintaimu. Hanya kamu.

Kuucapkan kata-kata yang berupa mantra itu berulang kali di dalam hati. Berharap rasa resahku akan hilang.

Tapi sialnya, Angel malah semakin membuat rasa gelisahku bertambah kala ia memanas-manasiku dengan bantuan Sabrina.

Jarak mejaku dengan meja mereka yang tak cukup dekat membuatku tak dapat mendengarkan percakapan mereka. Tapi dari jarak sejauh ini, aku mengerti bahwa mereka tengah terlarut dalam candaan.

"Hei, Lena. Sana pergi, datangi Alan!" ucap Angel untuk yang ke sekian kalinya.

"Kamu tidak cemburu melihat mereka? Mereka tampak memiliki dunianya sendiri," lanjut Sabrina. Angel setuju sambil menambahkan. "Kalau orang bilang, dunia bagaikan milik berdua, sisanya ngontrak!"

"Padahal harusnya, 'kan, itu untuk kalian berdua? Kalian yang berpacaran, semestinya kalian yang tampak mesra. Bukan mereka, ya kan?"

Hm, mulai lagi. Dan jujur saja, kata-kata mereka cukup membuatku panas.

Aku mencoba tak menggubris kata-kata mereka dan fokus dengan baksoku.

Ketukan di atas meja membuat fokusku teralihkan. Kutengadahkan kepalaku dan kulihat Alan berdiri dihadapan dengan senyuman manisnya.

"Hei, boleh duduk di sini?"

Ah, kenapa pakai bertanya? Seperti pada orang asing saja. Tapi kujawab pertanyaannya dengan anggukan.

Suasana menjadi canggung seketika. Kini aku, Sabrina, Angel juga Alan tengah duduk di satu meja bersama dengan statusku dan Alan yang telah berbeda.

Menyadari kecanggungan yang ada, Sabrina dan Angel kompak berpamitan. Alasannya, ada tugas yang mesti mereka selesaikan. Padahal semenjak pagi tadi, tidak ada guru yang memberi tugas karena sedang sibuk rapat.

Kepergian mereka berdua nyatanya belum membuat kecanggungan di antara kita mencair. Nyatanya, kecanggungan itu masih ada. Namun kecanggungan itu dapat diatasi dengan baik oleh Alan.

"Udah pesen minum?" Aku menggeleng. "Tadi Mang Ade-nya penuh. Jadi belum sempet mesen."

Ia lantas melirik ke tempat gerobak tukang es berada. "Udah kosong. Aku pesenin minuman, ya? Mau minum apa?"

"Mm, es jeruk deh satu."

"Oke," balasnya dengan mengangkat jempol tangan kanannya.

Saat ia beralih dari tempat duduknya untuk memesan minum, telepon genggam di meja bergetar. Itu telepon genggam milik Alan.

Penasaran, aku pun menggeserkan telepon genggam itu hingga menghadap ke arahku.

Di kunci layarnya terpampang jelas nama Velly di notifikasi teratas.

Jangan lupa datang nanti malam.

Dan aku mulai penasaran. Akan ada acara apa mereka nanti malam? Mengapa terdengar begitu penting?

Ah, nanti saja kutanyakan pada Alan.

***

Alan datang beberapa menit kemudian dengan kedua tangan yang penuh.

"Satu es jeruk untuk kamu dan satu es kelapa untukku," ucapnya sembari menyimpan keduanya di atas meja.

Aku menatapnya yang tengah menikmati es kelapa miliknya. Takut-takut aku bergumam, "Ada pesan singkat untukmu."

Ia menaikkan sebelah alis dan kemudian menarik pelan ponselnya.

Mimik wajahnya terlihat tak sama lagi. Ia terlihat menyimpan marah.

"Kenapa?" tanyaku lembut. Ia tak menjawab dan justru menyimpan kembali ponselnya di atas meja. Aku yakin, ia bahkan tak menjawab pesan itu sama sekali.

"Jadi, ada acara nanti malem?" tanyanya tiba-tiba. Aku menggeleng, "Mungkin kamu yang ada acara."

Ia terdiam sebentar sebelum akhirnya terkekeh pelan. "Acara yang tidak begitu penting. Aku lebih baik kencan denganmu nanti malam."

"Kujemput kamu malam ini. Jam tujuh, oke?"

Dan kemudian ia melangkah pergi setelah sebelumnya mengecup pelan puncak rambutku.

Oh, tidak. Jangan begini, Alan. Aku tidak mau ada rahasia dalam kisah kita.

***

To Be Continued

Ps: Hola! Setelah ratusan purnama akhirnya aku kembali hahaha. Jujur, aku udah terlalu lama meninggalkan TRAGIKO dan akhirnya kehilangan feel. My mistake. Jadi aku mulai membangun feel itu selama satu malam tapi gatau deh masih kerasa atau nggak. Dan, yaa, mungkin. Mungkin yaa, next part adalah part terakhir dari season 1. Do'ain semoga semuanya lancar biar bisa cepet-cepet update hahaha. Thank you fellas!

Tragiko [SEASON 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang