"Pasar malam?!" pekikku yang tanpa kusadari terdengar antusias. Alan mengangguk.
"Beberapa temanku sudah bawa 'gadis' mereka ke sini. Mungkin, tinggal aku saja yang belum."
"Ya?" tanyaku tak paham. Ia hanya tersenyum simpul.
"Ayo sana! Mau main yang mana dulu?"
Seketika, aku mengedarkan pandangan mataku ke seluruh lapangan kosong yang disulap menjadi tempat bermain untuk beberapa malam ini. Saat melihat wahana yang menarik perhatianku, tanpa sadar aku menarik tangan Alan perlahan. Membawanya lebih dekat dengan wahana itu.
Ini sangat mengasyikkan! Kami naik komedi putar, mendapat boneka sapi hasil memenangkan lomba lempar gelang, masuk ke dalam rumah hantu dan mabuk sehabis naik ombak banyu.
"Hei!! Ayo ke sana!" seruku sambil menarik yang Alan perlahan. Membawanya ke wahana bianglala.
Dari atas sini, aku dapat melihat suasana kota di malam hari dengan jelas.
"Suka?" tanya Alan saat aku sedang menikmati pemandangan. Aku mengangguk antusias tanpa menengok ke arahnya.
"Le," panggilnya menarik perhatianku.
"Kamu tau alasan aku datang ke rumah kamu hari ini?" Aku menggeleng. "Gak tau."
"Aku gak bisa basa-basi. Jadi, aku akan bilang aja ke kamu kalau aku suka sama kamu."
"Yah?"
"Aku sengaja datang padamu untuk membuat pengakuan. Aku suka sama kamu, Le." Alan menjelaskan padaku.
"Jangan bercanda! Gak lucu, ah!"
Kreeeekk kreeekk
Seketika, mesin bianglala itu berhenti. Tepat saat kami berada di puncaknya.
Alan menatapku dengan muka seriusnya. Meyakinkanku akan pengakuan tiba-tibanya.
"Aku benar-benar menyukaimu, Le. Tidakkah kamu merasakannya?" Aku menelan salivaku susah payah.
Ia lantas meraup sebelah tanganku dan meletakkannya tepat di atas dadanya yang berdegup kencang.
"Degupan jantungku ini menjadi buktinya."
Aku diam membisu. Tak mampu berkata-kata. Aku terlalu dikagetkan dengan banyak hal hari ini.
"Jadi?" tanyanya kemudian. Aku tergagap. "A-apa?"
Ia terkekeh. "Baiklah. Aku hanya akan membuat pengakuan saja hari ini. Aku tidak akan menjadikanmu milikku sekaligus. Aku mengerti kalau kamu terkejut."
"Yah?" Aku masih tidak mengerti juga. Apa yang salah denganku malam ini, sih?!
Alan tak berucap lagi. Namun, dapat kusadari wajahnya semakin mendekat ke arahku.
Otakku segera meneriakkan, "SIAGA SATU!! SIAGA SATU!!" Tapi aku bahkan tak mengerti apa yang harus kulakukan saat sedang 'siaga satu' seperti ini.
Saat wajah Alan sudah dalam jarak beberapa inci lagi, dengan gesit aku memalingkan wajahku ke samping. Hingga akhirnya, bibir lembapnya itu menempel tepat di sisi bibirku.
Kreeek kreeeekk
Dan bianglala pun kembali berputar.
***
Minal aidzin wal faidzin, mohon maaf baru bisa apdet sekarang. Pendek lagi 😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Tragiko [SEASON 2]
RomanceSeason 1 [FINISH] Season 2 [DISCONTINUED for some reasons] ••• Tragikó/adj causing or characterized by extreme distress or sorrow. ••• Mungkin seharusnya, kita tidak usah bertemu bila itu hanya menimbulkan luka yang bahkan hingga kini masih terasa...