Saat ini, kelasku dilanda jam kosong. Seluruh guru tengah rapat guna membahas tentang study campus yang akan dilaksanakan besok lusa.
Jadi, tidak ada yang bisa kami lakukan selain memainkan smartphone kami masing-masing sambil mengemil.
"Hei!" pekik Sabrina tiba-tiba. Aku dan Angel segera saja menatapnya. "Alan jadi juara danton terbaik! Dari perlombaan yang mana?" sambungnya.
Aku diam tak menjawab. Karena kalian juga pasti tau, bahwa aku tidak tau satu hal pun tentang Alan.
"Perlombaan di SMA Taruna Bangsa, Sab. Udah dari dua hari yang lalu. Kamu baru tau?" Angel menanggapi. Sabrina mengangguk.
"Pialanya juga baru di-posting, kok. Wajar saja aku tidak tau. Nih, liat!" Sabrina menunjukkan feed instagramnya padaku dan Angel.
Angel berdecak, "Liat tanggal post-nya, Sab. 2 days ago!"
Sabrina lantas melihat kembali layar smartphone-nya dan kemudian terkekeh malu. Aku hanya menggelengkan kepala sambil berdecak pelan melihatnya.
Mataku kembali fokus pada explore akun instagram milikku. Dan satu notifikasi kemudian muncul. Aku melihatnya segera. Dan tercengang kemudian.
alan_altharik mulai mengikuti anda.
Ini... Kenapa ini bisa terjadi?
"Wooaaahhh!! Sab, coba sini liat!" seruan Angel di sampingku seketika membuatku tertarik ke realita. Dan melihatnya yang tengah fokus menatap smartphone-ku membuatku sigap menutupi layarnya.
"Hei, bukaa! Kami mau liat!" serunya merengek. "Tidak mau!" tolakku seketika.
"Ada apa memangnya?" tanya Sabrina yang duduk di seberangku penasaran.
Angel kemudian mencondongkan tubuhnya pada Sabrina dan berbisik pelan, "Lena di follow oleh Alan!"
Seketika, sorot mata Sabrina berbinar. "Hei! Keberuntungan macam apa itu?! Mau tau satu fakta?"
Aku tak menanggapi pertanyaan dari Sabrina itu. "Alan tidak pernah mengikuti siapapun di instagramnya. Tidak satupun. Artis ataupun teman-temannya. Official fanbase-nya juga tidak ia follow! Kamu beruntung, Len!"
Aku mencebikkan mulutku kesal. "Ya, kalian bilang beruntung hari ini. Bagaimana dengan besok? Lagipula, kalian tidak khawatir padaku?"
"Untuk apa khawatir? Kami justru bangga memiliki teman yang ditaksir oleh casanova sekolah!"
Aku melengos mendengar ucapan Angel yang sangat tidak masuk akal itu. "Kalian memang teman yang menyebalkan!"
"Tapi, jujur saja... Kenapa kamu tidak tertarik? Dia tampan, 'kan? Kamu juga pernah mengakuinya pada kita dulu!"
Aku menghela nafas pelan mendengar pertanyaan dari Sabrina. Dengan sabar aku menjawab, "Ia memang tampan. Tapi, entahlah. Aku memang tidak begitu tertarik."
"Karena dia terlalu biasa?" timpal Angel. "Maksudku, dia sama seperti laki-laki lainnya. Begitu? Ia tampan dan jadi idaman para gadis di sini. Itu ... terlalu biasa menurutmu, ya 'kan?"
Aku diam. Sejujurnya, karena aku juga tidak mengetahui dengan jelas alasanku tidak tertarik pada Alan.
"Kamu mengerti maksudku, kan?" tanya Angel padaku dan Sabrina. Sabrina menggeleng. "Buat itu jadi lebih sederhana, sayang. Aku tidak mengerti maksudnya sama sekali."
Angel menepuk dahinya pelan. "Dasar bego!"
Sabrina melotot kesal. Aku terkekeh pelan. Menertawai kebodohan Angel sendiri. Siapa yang akan mengerti maksud Angel yang begitu berbelit seperti itu?
"Maksudnya, tiap gadis seperti kita pasti menyukai lelaki yang istimewa. Bukan begitu? Dan mungkin, bagi Lena, Alan bukanlah lelaki istimewa itu. Karena mungkin, Alan terlalu biasa. Terlalu mainstream untuk jadi lelaki yang akan Lena cintai. Coba bandingkan dengan Kenzo!" jelasnya. Aku mengernyit heran.
"Kenzo tampan dan baik, ramah juga friendly. Dia dekat dengan semua orang dan tidak jual mahal. Karena itulah dia tidak menjadi casanova di sini. Para gadis saat ini lebih menyukai tipe lelaki pintar yang misterius dan dingin. Dan itu semua adalah Alan!"
"Jadi kesimpulannya?" tanya Sabrina apatis. "Kesimpulannya, tipe lelaki Lena sangat tidak masuk akal dan berbeda dengan gadis kebanyakan. Berbeda dengan kita."
"Begitukah?" tanyaku. Angel mengangguk semangat. "Tentu! Kamu tidak menyadarinya?" Aku menggeleng. Selama ini, aku bahkan tidak pernah memikirkan tentang tipe lelaki idaman atau apapun itu. Aku menyukai Kenzo. Dan tidak ada alasan untuk itu.
"Jadi, tidak mau di folback?" tanya Sabrina mengganti topik. Angel menatapku penuh minat dan aku menatap mereka berdua bingung.
Aku kemudian menggerakkan kedua bahu. "Entahlah. Perlukah?"
Dengan gerakan tidak sabarnya, Angel merebut smartphone-ku. Aku mengintipnya dan terpekik pelan begitu melihat tombol ikuti balik yang semula berwarna biru itu berubah menjadi warna putih.
Aku tidak dapat berkomentar apapun. Karena sebelum aku berkomentar, Angel telah lebih dulu berkata,
"Persetan dengan tipe lelaki kamu, Lena. Kalau ada kesempatan seperti ini, kamu tetap harus mengambilnya. Kamu sudah seribu langkah berada di depan para penggemarnya. Di depan kami."
***
To Be Continued
Ps: sebenernya, kemaren aku mau update tragiko... Tapi kmren aku ngegembel dulu di kota orang sampe malem hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Tragiko [SEASON 2]
RomanceSeason 1 [FINISH] Season 2 [DISCONTINUED for some reasons] ••• Tragikó/adj causing or characterized by extreme distress or sorrow. ••• Mungkin seharusnya, kita tidak usah bertemu bila itu hanya menimbulkan luka yang bahkan hingga kini masih terasa...