"Kamu liat tadi? Kamu liat?!" seru Angel rusuh sambil menunjukku dan Sabrina bergantian. Aku dan Sabrina yang tengah meminum jus kami masing-masing pun otomatis saling berpandangan.
"Alan menatapku!! Bisa kalian bayangkan itu, guys?" lanjut Angel masih histeris. Aku menghela nafas.
"Kamu yakin?" tanya Sabrina meragukan pada Angel. "aku pikir, Alan menatap Lena barusan."
Aku membelalakkan kedua mataku. Yang benar saja?!
"Kamu lucu! Mana mungkin?!" elakku. Sabrina menaikkan kedua bahunya. "Apanya yang tidak mungkin? Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini."
Seketika, Angel terpekik. "Nah, itu! Kamu yang bilang sendiri, Sab. Jadi, bukan hal mustahil pula kalau Alan menatapku tadi."
"Angel... Bahkan dari awal, kamu tau pada siapa Alan akan berakhir. Kamu yang memprediksinya sendiri, bukan? Jadi sekarang, kenapa malah mengkhianati?"
"Aku? Mengkhianati?" Angel menunjuk dirinya sendiri. "Aku tidak mengkhianati siapapun! Lagipula, aku melihat peluang. Temanmu yang satu itu, tidak menyukai Alan sama sekali!"
"Lalu? Kamu merebutnya?"
"Hell!" Angel kemudian mendekati Sabrina dan berbisik. "Bahkan, temanmu itu kembali dekat dengan Kenzo."
"Hentikan, guys... Apa yang sebenarnya kalian bicarakan?"
"Kami? Kami membicarakan kamu dan lelaki-lelakimu."
"Lelaki-lelakiku?! Hey! Sangat kasar! Kata-katamu itu secara tidak langsung membuatku merasa menjadi perempuan yang tidak benar."
"Lagipula, kenapa kalian repot-repot memusingkan hal itu? Kalian bahkan belum tau pasti apa yang sebenarnya para lelaki itu rasakan padaku. Dekat belum tentu suka," lanjutku. Mereka berdua kemudian terdiam cukup lama.
"Kami hanya tau."
"Dan menebak-nebak," lanjut Angel menambahkan jawaban Sabrina.
"Sudahlah! Jangan terlalu banyak membahas laki-laki. Apalagi, bila apa yang kalian bahas itu belum tentu benar," nasihatku.
Angel menggerakkan kedua bahunya acuh. "Itu menyenangkan. Ya 'kan, Sab?" Sabrina mengangguk.
Aku memutar kedua bola mataku malas. "Terserah kalian sajalah! Dan Angel, ambil saja Alan. Dia bukan milik siapa-siapa."
Angel menggeleng kuat. "No way! Aku tidak akan mengkhianati kalian. Apalagi karena hal seperti ini."
"Yakin?" tanya Sabrina menggoda. Angel mengangguk. "Yakin."
"Lagipula, Len, aku masih bisa menahannya," ucap Angel sungguh-sungguh padaku.
"Lalu, tadi itu apa, hah?!" seru Sabrina sewot.
"Tadi? Tadi itu khilaf!"
Sabrina mendengus kesal. "Ya, terserahlah."
***
To Be Continued
Ps: Cerita ini aku bawa santai aja, ya? Dan seperti biasa, kalau gue buat cerita pasti tiap partnya pendek-pendek😓 what's wrong with me?! 😭
Btw, selamat bagi rapot!!
Dan, selamat re-watch Love Shot!! Happy comeback!!Pss: Yang suka re-watch itu gue, sih😅😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Tragiko [SEASON 2]
RomanceSeason 1 [FINISH] Season 2 [DISCONTINUED for some reasons] ••• Tragikó/adj causing or characterized by extreme distress or sorrow. ••• Mungkin seharusnya, kita tidak usah bertemu bila itu hanya menimbulkan luka yang bahkan hingga kini masih terasa...