Author POV
Hari demi hari di lewati oleh Sofie seperti biasa, ia hanya pergi ke kampus jika harus mengumpulkan tugasnya. Minggu depan adalah minggu yang di tunggu oleh Sofie karena ia sudah dapat langsung praktek di rumah sakit.
Sofie memang gadis yang cerdas jadi tak butuh bersusah payah untuk mengerjakan tugas yang di berikan oleh kampusnya.
Semenjak empat hari yang lalu ia menemukan dus dan sepucuk surat di depan rumahnya, ia menjadi sering mendapatkan bingkisan-bingkisan kecil dari seseorang yang tidak ia ketahui siapa pengirimnya.
Bingkisan yang biasa ia dapatkan terkadang berupa benda sebagai penghias kamar dan pernah juga berupa bunga yang sangat banyak.
Sofie sudah bertanya pada Lista, Ashleey, Josh dan Sam tapi tak satu pun di antara mereka yang mengetahuinya. Sebenarnya ia merasa risih dengan kiriman-kiriman misterius dan surat-surat yang mengandung kata-kata romantis. Tapi ia tak bisa berbuat banyak.
Terkadang Sofie membiarkan bingkisan itu tetap di tempatnya yaitu di depan pintu rumahnya. Tapi Sam selalu meminta Sofie untuk menyimpannya di dalam dengan alasan menghargai pemberian orang lain dan Sofie pun tak dapat berbuat banyak, menurutnya ucapan Sam ada benarnya.
Hari ini Sofie bebas dari segala tugas kuliahnya ia hanya tinggal mempersiapkan diri dan mentalnya untuk praktek minggu depan di rumah sakit ternama di London.
Pagi ini Sofie ingin membersihkan rumahnya agar terlihat lebih rapih walaupun sebenarnya sudah rapih. Ia berencana untuk tetap di rumah dan tidak pergi kemana-mana mengingat kejadian empat hari yang lalu ia di gandrungi oleh paparazi.
Sofie selesai membersihkan rumahnya di siang hari dan ia beristirahat sampai sore.
***
Sore hari yang cukup cerah memang sayang jika di lewatkan begitu saja, tapi Sofie tak punya pilihan. Ia harus tetap di rumah karena ia tak ingin berurusan lagi dengan paparazi.
Sofie tengah menikmati jus apel buatannya dan di temani dengan buku-buku resep masakan. Tiba-tiba saja pintu rumah Sofie terketuk dan bel rumah Sofie pun ikut berbunyi. Ia melihat jam yang bertengger di dinding masih menunjukan pukul 4 sore dan itu tidak mungkin Sam karena Sam baru kembali dari kantornya pukul 7 malam.
Sofie beranjak dari sofa yang ia duduki dan berjalan menuju pintu rumahnya.
Sofie membuka pintu rumahnya dengan perlahan. Dan ketika pintu rumah Sofie terbuka dengan cukup lebar, ia dapat melihat sosok yang selama ini ia rindukan, sosok yang selama ini hadir dalam mimpinya, sosok yang selama ini ingin ia dekap dan sekaligus sosok yang telah menyakiti hatinya.
Senyum Sofie semakin meluntur melihat pria yang ia cintai ini dengan keadaan yang tidak baik. Dapat di lihat dari wajah tampannya ia kurang istirahat itu terbukti dengan kantung mata yang lebih tebal dan terlihat lingkaran hitam di bawah matanya, badannya yang sebelumnya terlihat gagah dan kekar kini terlihat lebih kurus. Ia seperti sedang melihat Zombie di dunia nyata.
Sorot mata hazel itu menampakkan kesedihan, kerinduan, dan ketakutan menjadi satu. Ia pun tak mempedulikan rambutnya yang sedikit berantakan tapi masih terlihat tampan, ia hanya memakai kaus abu-abu dan celana hitam tak ketinggalan juga boots yang selalu ia pakai.
Mata Hazel milik Zayn menatan dalam mata milik Sofie, ketahuilah Zayn sangat ingin menrengkuh tubuh gadis yang telah ia rindukan selama ini, ia ingin memeluk gadis yang ia cintai ini dan menghapus air matanya yang mulai terbendung di peluluk mata hijau kebiruannya.
"Zayn." Ucap Sofie lirih ia tak sanggup untuk tak menangis. Kejadian buruk yang telah ia lupakan kini kembali terlintas di kepalanya.
"Sofie aku sangat merindukanmu, maafkan aku." Zayn memberanikan dirinya untuk memeluk tubuh Sofie. Seperti yang sudah ia duga Sofie akan melepaskan pelukannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last First Kiss (Zayn Malik)
RomancePerjuangan cinta seorang Zayn Malik untuk mempertahankan hubungannya dengan gadis yang mampuh membuat hatinya luluh dan mengubah sikap dan sifat Zayn Malik mejadi seseorang yang lebih baik. Dimana cinta Zayn di uji saat kekasihnya tidak mempercayain...