Hari ini merupakan hari yang panjang untuk Sofie. Seharian sudah ia melakukan praktek di rumah sakit ternama di kota London.
Waktu sudah menunjukan pukul 10 malam, ia baru saja selesai dari aktifitasnya di rumah sakit dan kini ia sedang menunggu taxi yang lewat.
Namun usahanya sia-sia, sudah setengah jam lebih ia menunggu dan tak ada satu pun taxi yang melintas. Ia bisa saja meminta Zayn untuk menjemputnya tapi ia tidak ingin menganggu waktu istirahat Zayn.
Akhirnya ia pun berjalan menelusuri trotoar jalan yang hanya di terangi oleh lampu-lampu jalan, kota London memang indah saat malam hari tapi tetap saja udara yang dingin menyelimuti tubuh Sofie yang sudah menggunakan jaket tebal.
Saat Sofie ingin kembali melangkahkan kaki tiba-tiba saja suara klakson mobil berbunyi dan refleks membuatnya menoleh ke sumber suara.
Sofie menautkan kedua alianya mencoba mengingat siapa pemilik mobil yang sudah familiar baginya dan mencoba mencari sosok yang berada di dalam mobil.
Sofie tak perlu berusaha keras menebak siapa pemilik mobil tersebut, karena si empunya pun keluar dari mobilnya.
"Hi Sof, sedang apa kau malam-malam di pinggil jalan seperti ini?"
Sofie membalasnya dengan seulas senyum. "Baru selesai dari praktek, kau sendiri?"
Harry memasukkan kedua tangannya kedalam saku jaketnya. "Aku habis dari toko kue, mau ku antar?"
Sofie nampak berpikir dengan memperhatikan keadaan disekitar. "Apa tidak merepotkanmu Hazz?"
Harry menggelengkan kepalanya dengan cepat dan memamerkan deretan giginya. "Tidak sama sekali Sofie, masuklah."
Sofie pun masuk ke dalam mobil Harry setelah Harry membukakan pintu untuknya.
Suasana di dalam mobil cukup hening, Harry diam seolah memikirkan apa yang ingin ia katakan, sedangkan Sofie diam karena pikirannya sedang memikirkan kondisi Zayn saat ini.
"Uumm, Sof." Ujar Harry masih dengan menatap lurus kedepan.
Sofie menolehkan kepalanya pada Harry. "Ya? ada apa Hazz?"
Sekilas Harry menatap wajah Sofie dengan ragu. "Sebenarnya ada sesuatu yang ingin aku katakan."
Sofie menautkan kedua alisnya dengan raut wajah bertanya-tanya. "Apa itu Hazz? katakan saja."
Harry menarik dalam nafasnya dan ia hembuskan kembali. "Tapi aku harap setelah aku mengatakan ini kau tidak menjauh ya Sof, aku hanya ingin jujur padamu agar perasaanku tenang."
Sofie semakin penasaran dengan apa yang akan di katakan Harry. "Ayolah Hazz, kau ingin mengatakan apa? kau membuatku penasaran kau tau."
Harry tersenyum tipis mendengar gerutuan kecil dari Sofie. "Sebenarnya sudah lama aku menyukaimu Sof." Ujar Harry dengan mantap.
Sofie membelalakan matanya setelah mendengar pengakuan dari Harry. "Kau pasti bercanda, ayolah Hazz aku tau selera humormu sangat tinggi." Sofie mencoba bersikap santai dengan tertawa yang sedikit di paksakan.
Harry sedikit kecewa mendengar reaksi dari Sofie, walaupun ia tidak berharap balasan dari Sofie, setidaknya ia ingin Sofie tidak menganggapnya bercanda.
"Apa aku sedang terlihat bercanda? aku tidak sedang bercanda Sofie."
Seketika Sofie berhenti tertawa dan menatap Harry dengan serius. "Kau tau posisi ku disini kan Hazz?"
Harry mencoba untuk tetap tersenyum, walaupun hatinya sedikit miris mengingat satus Sofie. "Ya, aku sangat tau itu Sofie. Kau adalah tunangan dari sahabatku sendiri, dan aku tidak menyalahkan itu. Cukup dengan mengenalmu saja aku sudah senang."
Sofie semakin dalam menatap Harry dari samping. "Tapi kenapa Hazz?"
Harry menggeleng kecil mendengar pertanyaan Sofie. "Aku tidak bisa menyalahkan perasaan yang diberikan tuhan Sofie, sejak awal Zayn mengenalkanmu pada kami semua aku sudah menyukaimu dan aku sadar aku salah."
Sofie merasa tidak enak dengan Harry sehingga ia hanya dapat diam mendengar ucapan Harry.
"Aku sudah mencoba menghilangkan perasaan ini dengan dekat dengan gadis lain, tapi hasilnya percuma Sof. Perasaan ini masih tetap ada sampai akhirnya aku memutuskan untuk berhenti menjadikan gadis lain pelarian karena aku tau itu tidak akan baik."
Sofie masih diam mendengar setiap pengakuan yang keluar dari mulut Harry.
"Dari awal aku tidak sama sekali berniat untuk merebutmu dari Zayn, karena Zayn adalah sahabatku dan Zayn pernah menyelamatkanku hingga aku masih ada sampai sekarang. Aku hanya ingin kau tau perasaan ku tanpa harus membalasnya Sofie. Aku bisa menerima kenyataan yang ada dan biarkan aku menyayangimu layaknya seorang sahabat." Harry mengakhiri kalimatnya dengan senyuman semanis mungkin.
Sofie kembali menatap lurus kedepan, perjalanan dari kota London begitu terasa lama saat ini.
"Dan aku harap setelah ini kau tidak berubah dan menjauh Sofie."
Sofie pun akhirnya tersenyum dan menganggukan kepalanya. "Tidak akan Hazz, aku juga menyayangimu. Sebagai sahabat dan terimakasih atas perasaanmu itu Hazz, aku senang kau dapat bersikap dewasa. Tapi aku tidak ingin lagi kau menjadikan gadis lain sebagai pelarianmu."
"Tidak akan lagi Sof, sepertinya aku sedang nyaman sendiri saat ini." Jawab Harry dengab gaya cueknya.
"Benarkah? walaupun aku mengenalkanmu dengan gadis yang sexy sekali pun?" Goda Sofie.
Tawa Harry pecah seketika. "Uumm sepertinya aku harus berpikir dua kali untuk itu."
"Sepertinya kita tidak sampai-sampai Hazz, atau? Astaga! jangan katakan kau lupa rumah ku?"
Kini tawa Harry semakin pecah. "Mana mungkin aku lupa jalan rumahmu Sofie, aku sengaja memutar jalan agar lebih lama ngobrol dengan mu."
Sofie menghembuskan nafasnya panjang, ia tak habis pikir dengan Harry. Padahal bisa saja mereka mengobrol di rumah Sofie. Bahkan itu akan lebih nyaman.
"Ayolah Hazz, kita bisa mengobrol di rumah dan aku akan membuatkan mu makanan ringan dan minuman hangat."
Harry terkekeh mendengar ocehan dari Sofie. "Terdengar lebih baik, jadi boleh aku mampir ke rumah walaupun sudah malam seperti ini nyonya Malik?"
"Kenapa tidak? Let's go." Jawab Sofie dengan mengacungkan jempolnya.
Harry memutar arah berniat melewati jalan pintas agar lebih cepat sampai di rumah Sofie.
Dan benar saja, hanya membutuhkan waktu 30 menit Harry sudah sampai di depan rumah Sofie.
Sofie menautkan alisnya saat melihat sebuah mobil yang sudah tidak asing lagi untuknya terparkir mania di depan pagar runahnya. Bukan hanya Sofie ternyata Harry pun menyadari apa yang di lihat oleh Sofie.
Sofie terus menatap sosok yang bersandar di kabin mobil, ia kesulitan melihat sosok tegap tersebut karena pencahayaan yang sangat minim.
"Sepertinya aku kenal itu mobil siapa." Gumam Sofie tapi masih dapat di dengar oleh Harry.
"Aku pun begitu, lebih baik kita turun sekarang."
Sofie menuruti ucapan Harry dan segera melepas sit beltnya.
saat ia turun dari mobil Harry yang terparkir tak jauh dari depan rumahnya ia dapat melihat sosok tegap yang bersandar di kabin mobil miliknya.
Dan betapa kagetnya saat ia melihat sosok tegap dengan wajah yang sedikit pucat dan menatap dirinya dan Harry dingin secara bergantian.
"Jadi seperti ini? ponsel mu tidak bisa di hubungi karena kau bersamanya?"
Sofie sedikit panik melihat wajah Zayn yang dingin.
****
Haayyyyyy maaf banget banget yaaa baru bisa lanjut sekarang :( ini juga lagi uts jadi sempetin buat nulis...
Aku harap kalian suka sama part kali ini yaaa.. maaf juga kalo part ini terlalu pendek dan makin ga jelas :(
Semoga part selanjutnya lancar dan sedikit lebih panjang yaa :D
Vommentanya jangan lupaaaa yaaaa guys :)
ILYSM ALL :*
KAMU SEDANG MEMBACA
Last First Kiss (Zayn Malik)
RomancePerjuangan cinta seorang Zayn Malik untuk mempertahankan hubungannya dengan gadis yang mampuh membuat hatinya luluh dan mengubah sikap dan sifat Zayn Malik mejadi seseorang yang lebih baik. Dimana cinta Zayn di uji saat kekasihnya tidak mempercayain...