With You...

4.9K 320 18
                                    

Author POV

Setelah cukup lama Sofie berada di pelukan Zayn dengan perlahan Sofie pun melepaskan pelukannya dan tersenyum pada Zayn.

Zayn menyelipkan anak rambut Sofie ke belakang telinga, kedua tangan Zayn kini berada di pipi Sofie.

"Zayn maafkan aku karena sudah tidak percaya padamu dan maafkan aku karena tidak mau mendengarkan penjelasanmu." Zayn tersenyum manis pada Sofie. Senyuman yang dapat menghangatkan Sofie, senyum yang selalu ingin Sofie lihat di wajah Zayn.

"It's not your fault babe, this is my fault. I should not comply with the request of management and should I always be by your side, i'm so sorry Sofie." Zayn membelai lembut rambut Sofie. Belaian yang mempunyai arti tersendiri bagi Sofie.

"I love you Zayn." Zayn tersenyum senang mendengar ucapan Sofie.

"I love you too Sofie, i love you more than words and i will always love you babe." Zayn mengecup bibir Sofie cukup lama dengan kedua tangan Zayn ia letakan di pipi Sofie dan Sofie melingkarkan kedua tangannya pada pinggan Zayn. Sampai akhirnya Sofie menyudahi ciuman Zayn.

Zayn menampakan wajah kecewanya yang membuat Sofie terkekeh melihatnya.

"Kau belum makan Zayn, aku tidak akan menciummu lagi jika kau masih tidak mau makan."

"Aku mau makan asal kau yang suapi aku." Sofie menggelengkan kepalanya dan mengambil piring yang sudah berisi makanan.

"Baiklah, kalau begitu buka mulutmu." Sofie menyuapkan sendok pertama ke dalam mulut Zayn.

"Sofie." Zayn berhenti mengunyah untuk beberapa detik.

"Ya?" Sofie melihat sepasang mata hazel milik Zayn yang sangat indah.

"Apa kau mau jika aku mengajakmu ke rumahku? maksudku ke rumah ku di Bradford?" Saat itu juga Sofie merasakan jantungnya terasa berdetak lebih cepat dari biasanya. Ia memang menginginkan Zayn mengajaknya untuk bertemu dengan keluarganya, tapi setelah Zayn benar-benar mengajaknya ia merasa sedikit takut dan cemas. Takut jika keluarga Zayn tidak menyukainya dan cemas jika Zayn akan meninggalkannya jika keluarganya tidak menyukai dirinya.

"Kau serius?" Tanya Sofie tak percaya.

Zayn menganggukan kepalanya dan tersenyum simpul. "Sebenarnya sudah lama aku ingin mengajakmu hanya saja selalu waktu yang menjadi masalah."

Sofie nampak berpikir. "Kalau keluargamu tidak menyukaiku bagaimana Zayn?"

Zayn terkekeh mendengar pertanyaan Sofie. "Mana mungkin keluargaku tidak menyukai gadis manis, cantik dan baik hati sepertimu, tidak perlu cemaskan itu keluargaku pasti sangat menyukaimu."

Sofie tersenyum mendengar perkataan Zayn, ia menjadi lebih tenang. "Aku mau Zayn."

"Kalau begitu secepatnya kita berangkat ya." Sofie menganggukan kepalanya dan kembali menyuapkan makanan ke mulut Zayn.

"Zayn." Sofie sedikit ragu untuk mengatakan kalau dia lebih memilih bekerja di rumah sakit dari pada harus melanjutkan kuliahnya.

"Apa sayang?" Tanya Zayn dengan membelai rambut Sofie.

"Aku kan ngambil program percepatan di kampus dan kemarin aku sudah mengumpulkan tugas yang di berikan kampus agar dapat praktek di rumah sakit dan hasilnya aku di terima praktek di rumah sakit itu." Zayn menyimak perkataan yang keluar dari mulut Sofie.

"Dan jika pihak rumah sakit puas atas kerjaku, aku akan di minta untuk jadi dokter di rumah sakit itu tapi masih akan jadi dokter jaga sih." Lanjut Sofie.

"Jadi kau akan tinggalkan kuliahmu?" Tanya Zayn menarik kesimpulan.

"Sepertinya begitu, tapi aku masih bingung. Bagaimana menurutmu?"

Last First Kiss (Zayn Malik)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang