Dari kejauhan, mata Noel memicing menatap sosok mungil Freya yang tengah berjalan berdua bersama Citra menuju kantin.
Cewek berponi yang tadinya selalu ceria itu kini tampak murung, dia lebih sering merunduk, menyembunyikan wajah cantiknya. Genggaman tangannya di lengan Citra begitu erat seolah dia tidak mau di tinggalkan.
Beberapa orang di sekitarnya tak segan menatap Freya dengan tatapan sebal.
Seseorang menepuk bahu Noel dari belakang, menghentikan sejenak pandangannya dari Freya.
Noel menoleh menatap si pelaku.
"Apaan?"
"Lo lagi liatin si Freya?" tanya Aldo.
"Samperin ajalah, El. Diem-diem bae," sambung Raka.
Noel hanya menatap Raka dan Aldo dengan sebal. Cih mana mungkin dia menghampiri Freya? Memang mau apa dia?
"Jujur, gue aja masih ngerasa dosa, El. Apa lagi lo yang bentak dia di depan anak-anak?"
"Jadi bahan bully itu gak enak, Bro."
Nasihat Raka dan Aldo semakin membuat Noel kesal saja.
Kenapa dia jadi sosok yang paling jahat di sini?
Noel mendecih sebal. "Ini semua karena kesalahan dia sendiri dan waktu itu gue cuma ngasih tau dia aja kalo di sini tuh banyak banget yang suka ngomongin hal jelek tentang dia," elak Noel.
Dia tidak terima di salahkan. Dia 'kan hanya memberitahu saja waktu itu. Hanya saja sesudah kejadian itu, orang-orang lebih terangan-terangan menyindir Freya.
"Iya tapi cara lo salah. Dia tuh cewek, El. Gak bisa di kasarin," balas Aldo.
Noel jengah, kedua sahabatnya ini benar-benar sok tahu. Masa iya Noel harus memberitahu bahwa dia 'sedikit' meringankan beban Freya dengan memberikannya iPodnya agar Freya tidak mendengar makian murid di sini?
Tentu saja tidak. Rasa gengsinya terlalu besar.
"Bacot! Mending ke kantinlah. Gue yang traktir," kata Noel cepat lalu dia segera melangkah menuju kantin.
"Yeu bangsat! Giliran di kasih tau malah pergi," geram Aldo.
"Nanti aja lo lanjutin ceramahnya, Do. Gue udah laper banget!" kata Raka lalu dia segera pergi menyusul Noel.
"Dasar orang missqueen!" maki Aldo. "Tunggu woy! Gue juga laper."
Kini, Noel dan kedua sahabatnya sedang duduk di kantin.
Meja yang Noel pesan juga tak jauh dari meja Freya. Jadi dia masih tetap bisa memantaunya dari sini. Padahal masih banyak meja yang kosong juga.
"Kenapa duduk di sini sih? Bukannya kita biasa di pojokan biar bisa ngambilin gorengan mpok Juhe?"
"Iya nih, bawa gorengan lima, bayarnya dua HAHAHA," tawa Raka puas.
Ekspresi Noel hanya datar tanpa ekspresi, entahlah daritadi perasaannya jadi tidak enak.
Dia merasa harus ada di sekitar Freya, meskipun dengan jarak beberapa meter yang penting masih bisa dia pantau.
"Gue gak mau kebanyakan dosa," elak Noel sambil meminum jus jeruknya.
"Najis! Sejak kapan lo mikirin dosa, Bambang?!" maki Raka.
"Gue dari dulu emang anak sholeh, gara-gara lo berdua gue jadi rada kriminal," balas Noel.
"Penyebar virusnya tuh si Raka, makanya gue sama lo jadi ikut ke bawa-bawa."
Raka yang sebal langsung menjitak kedua sahabatnya. "Bacot ya lo berdua!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope ✔
Teen Fiction"Freya itu cantik, aneh, gak tau malu, polos, semua tingkah bobrok ada di dia semua dan yang lebih parahnya lagi, dia selalu ngintilin gue. Gimana gue gak risih coba? Tapi setelah gue kenal dia lebih dalam ternyata itu semua hanya topeng. Dia yang s...