"Lagian cewek kok gak tahu malu, kalo gue sih gengsi ngejar cowok duluan."
"Murahan banget, cowok banyak kali, mbak!"
"Cantik sih tapi bego."
"Lagian si cowoknya jelas-jelas gak mau eh masih aja di kejar."
Kira-kira begitulah omongan anak SMA Pelita di saat Freya sedang berjalan di koridor menuju kelasnya.
Dari kemarin banyak sekali orang yang terang-terangan menyindirnya.
Freya hanya bisa merunduk sambil memegang lengan Citra. Dari semenjak Freya mengobrol dengan Noel di lapangan basket, Freya memang terlihat murung dan tidak bersemangat. Dia jadi lebih banyak diam, tidak ceria seperti biasanya.
Mungkin untuk kedepannya Freya akan seperti ini. Tidak ada lagi kegiatannya mengganggu Noel atau membuatkan bekal.
"Anjing menggonggong, kafilah berlalu. Jadi lo jangan dengerin apa yang di bilang anjing-anjing di sekolah ini, Frey," kata Citra.
Citra juga tak segan menatap sinis atau balas menyindir murid-murid di sini yang berani menyindir Freya.
Tidak boleh ada yang menjelek-jelekan Freya.
Iya Citra tahu perihal Freya yang mengobrol dengan Noel di lapangan basket. Tentang Freya yang akan berhenti mengejar Noel.
Entah kenapa saat dirinya memutuskan untuk berhenti, omongan jelas itu semakin jelas terdengar.
Freya hanya diam tanpa menjawab. Dia terus merunduk sambil memegang lengan Citra erat.
Tak terasa setelah banyak melewati caci maki, Freya dan Citra sudah sampai di kelas.
Perjalanan dari gerbang menuju kelas menjadi sangat berat bagi Freya.
Harus berapa lama dia mengalami situasi ini?
Freya duduk di bangkunya, di samping Citra.
Dia menempelkan pipinya ke meja. Mungkin untuk beberapa hari ke depan dia akan mendapatkan banyak makian seperti tadi.
"Frey," panggil Citra.
Freya hanya diam, pandangannya kosong. Dia sibuk dengan pikiran buruk yang akan terjadi kedepannya.
Jujur, dia memang tidak sekuat Citra. Dia lemah. Sedikit masalah saja dapat mengganggu pikirannya.
"Freya," panggil Citra sekali lagi.
"Hm." Hanya deheman saja yang Freya berikan untuk menjawab sapaan Citra.
Cewek di samping Freya ini hanya bisa menghembuskan napas kasar. Lagi pula mana mungkin dia akan marah pada Freya dengan situasi seperti ini?
"Lo sakit? Kalo sakit mending gue anterin aja ke rumah mumpung belum bel."
"Enggak ... Frey gak apa-apa kok," balas Freya.
Untuk hari ini memang berat tapi untuk selanjutnya, Frey bakal terbiasa sama makian itu. Batin Freya.
Mereka kembali dalam keheningan, Citra juga membiarkan Freya sendiri dulu. Citra tahu ini akan sangat berat bagi Freya. Jadi bahan bully itu memang tidak enak.
Freya kembali menatap kosong, pipinya masih menempel ke meja. Tiba-tiba ada dua batang cokelat di hadapannya.
Mata Freya mengerjap beberapa kali, takutnya ini hanya halusinasinya saja.
Freya mengangkat kepalanya lalu agak mendongak, menatap siapa si pemberi cokelat itu.
"Buat lo," kata si pemberi cokelat itu sambil tersenyum menatap Freya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope ✔
Teen Fiction"Freya itu cantik, aneh, gak tau malu, polos, semua tingkah bobrok ada di dia semua dan yang lebih parahnya lagi, dia selalu ngintilin gue. Gimana gue gak risih coba? Tapi setelah gue kenal dia lebih dalam ternyata itu semua hanya topeng. Dia yang s...