Setelah kejadian kemarin, saat Noel meminta maaf pada Freya di lapangan, entah kenapa Noel menjadi berubah.
Kenapa di saat Freya mendekat, Noel malah menjauh?
Kenapa di saat Freya menjauh, Noel semakin mendekat?
Ah sial! Apa semesta sedang mempermainkan Freya yang ambyar ini?
Dia bahkan selalu menguatkan hatinya saat Noel mulai selalu menyapanya meskipun seadanya tanpa interaksi lebih, terkadang Noel tersenyum kecil saat menatap Freya.
Noel tidak tahu bagaimana gejolak hati Freya dalam menahan semua godaan yang Noel berikan.
Sebagai awalan memang susah menghadapi itu semua, rasa ingin berteriak sambil jingkrak-jingkrak itu masih ada. Tapi kini, perlahan tapi pasti, jantung Freya berdegup normal seperti biasanya. Tidak lagi berdegup cepat saat Noel menyapanya, tidak lagi berdegup cepat saat Noel tersenyum padanya.
Kini dia membangun benteng yang kuat. Menatap Noel sama seperti Freya menatap Aldo, Raka dan Arlan.
Freya bisa seperti itu karena terbiasa. Dia tidak mau menjadi bucin yang selalu Citra katakan padanya. Kini Freya sadar, cinta itu tidak bisa di paksakan.
Sekuat apapun dia mengejar Noel tapi jika Noel sama sekali tidak mempunyai rasa yang sama untuk apa?
Mempunyai Arlan dan Citra saja sudah cukup baginya.
"Lo diem aja di sini, oke?" titah Arlan.
Freya mengangguk sambil tersenyum lalu duduk di pinggir lapangan memperhatikan teman-temannya yang sedang berolahraga.
Arlan dan Citra sudah melarangnya agar Freya tidak ikut pelajaran olahraga. Awalnya Freya kesal, tapi setelah Arlan berjanji akan memberikan cokelat akhirnya Freya mau menuruti perkataan Citra dan Arlan.
Waktu sudah berjalan hampir satu jam, Freya jenuh. Dari pinggir lapangan, dia hanya melihat teman-temannya atau sesekali memainkan ponselnya.
Freya menopang dagunya sambil menghembuskan napas kasar.
"Frey bosen."
Dari arah lapangan basket, ada sosok cowok tinggi mengenakan kaos olahraga berwana biru tengah memperhatikannya. Mata hazel itu terus menatap Freya, seolah mengulitinya hidup-hidup.
Memperhatikan cewek mungil yang menatap bosan ke arah lapangan sambil menopang dagu atau memainkan ponselnya.
Kenapa Freya tidak ikut olahraga bersama teman-temannya yang lain?
Noel bangkit dari duduknya dan itu membuat Raka dan Aldo menoleh padanya.
"Lo mau kemana, El?"
"Kantin. Lo pada mau nitip gak?"
"Gue nitip ponari sweat deh," kata Aldo.
"Gue juga deh, cepetan ya, El. Gue haus soalnya," sambung Raka sambil mengelap keringat di kening dengan punggung tangannya.
"Udah nyuruh, maksa lagi!" sarkas Noel. "Buru-buru bayar tuh utang lo, neraka udah bocor kayaknya," ucap Noel polos dan langsung berjalan santai meninggalkan lapangan.
Aldo dan Raka seolah tertohok dengan omongan Noel. Mereka tahu kalau Noel hanya bercanda tapi kenapa dia harus mengucapkan utang? Raka dan Aldo jadi mengingat dosanya pada mpok Juhe lagi.
"BANGSAD!" teriak Aldo dan Raka.
Sebenarnya Noel tidak akan kantin, dia akan menemui gadis mungil yang tengah duduk sendirian itu.
Dia juga bingung, entah sejak kapan dia menjadi mulai welcome pada Freya. Padahal dulu-dulu dia selalu memandang Freya dengan tatapan sebal, tak jarang Noel selalu membentak Freya tapi gadis itu masih tetap ceria.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope ✔
Teen Fiction"Freya itu cantik, aneh, gak tau malu, polos, semua tingkah bobrok ada di dia semua dan yang lebih parahnya lagi, dia selalu ngintilin gue. Gimana gue gak risih coba? Tapi setelah gue kenal dia lebih dalam ternyata itu semua hanya topeng. Dia yang s...