Answer

3.8K 292 43
                                    

"Kenapa diem?" tanya cowok itu dengan hati yang tidak karuan.

Jantungnya berdegup cepat menunggu jawaban Freya yang tak kunjung datang. Perasaan resah terus memeluk tubuhnya erat.

"Hm ... Frey--"

"Apa lo gak punya perasaan yang sama kayak gue?" tanya cowok itu dengan hati-hati.

Freya masih bungkam diam seribu bahasa. Dia terus larut dalam pikirannya sendiri. Jujur dia sangat kaget dengan ucapan cowok itu. Bahkan Freya tidak berpikiran kesana sama sekali.

"Tapi 'kan Arlan itu sahabat Frey," gumam Freya.

Deg.

Seperti ada sesuatu yang tajam menusuk jantungnya. Rasanya sangat menyakitkan. Seperti ada beban yang menghimpit paru-parunya.

Apakah ini adalah akhir dari segalanya?

"Iya, tapi perasaan gue ke lo itu lebih dari sekedar sahabat."

"K--kenapa?"

"Entahlah, gue kira ini bukan sebatas suka." Arlan memberi jeda pada ucapannya. "Gue sayang sama lo. Gue nyaman deket lo, gue pengen selalu ngelindungin lo."

Freya kembali terdiam. Membuat hati Arlan semakin bergemuruh tidak karuan. Di tatapannya wajah cowok di sampingnya, raut wajahnya tidak terbaca. Terlihat raut khawatir dan tegang secara bersamaan.

Arlan itu sahabat terbaik setelah Citra yang Freya miliki. Arlan itu tampan, baik tapi bisa menyebalkan di saat yang bersamaan, itu yang membuat Freya nyaman memiliki sahabat seperti Arlan. Belum lagi cokelat yang selalu Arlan berikan sebagai iming-iming agar Freya melakukan sesuatu yang baik atau memberi cokelat sebagai hadiah.

Freya memang polos tapi dia cukup mengerti dengan situasi ini. Arlan yang notabene adalah sahabat Freya meminta status yang lebih darinya.

"Meskipun kita sahabatan, Arlan juga bisa deket sama Frey, bisa jagain Frey kayak biasanya, kan?"

Arlan meringis pelan, hal itu memang benar, tapi entah kenapa ada sesuatu yang memberontak di dalam dirinya yang berkata bahwa harus menjadikan Freya sebagai miliknya.

Hanya milik Arlan.

"Arlan itu sahabat Frey, Frey takut kalo kita pacaran terus putus nanti Arlan gak mau deket sama Frey lagi, gak mau jagain Frey lagi," lirih Freya.

"Lo jangan terlalu mikir buruk, apapun bakal gue lakuin yang terbaik buat lo, buat kita."

Arlan sedikit meragukan ucapan Freya barusan, apakah benar seperti itu?

"Atau di hati lo masih ada Noel?" sambung Arlan.

Tepat sasaran.

Mata bulat Freya membelalak kaget. Perkataan Arlan begitu menusuk hatinya.

Bagaimana bisa Arlan berpikiran seperti itu?

"Jadi bener, lo gak bisa nerima gue sebagai pacar karena di hati lo masih ada Noel?" Freya hanya bisa terdiam, lidahnya terasa kelu, tidak bisa berkata apa-apa. "Kenapa lo masih pertahanin cowok yang pernah nyakitin lo? Bahkan pernah malu-maluin sampe maki lo di depan semua orang sementara lo gak pernah liat gue sebagai pelindung lo, Frey?"

Mata bulat Freya perlahan berkaca-kaca mendengar ucapan Arlan barusan. Hatinya sakit.

Apakah dia sejahat itu pada Arlan?

"Frey gak kayak gitu," lirih Freya. Jemarinya bertautan, hatinya begitu sesak.

Arlan menghembuskan napas kasar. "Tapi kenyataannya lo emang gitu." Hati Arlan juga sakit. Kenapa Freya masih bisa menyangkal itu semua? "Seburuk apapun Noel, mungkin bakal selalu perfect di mata lo. Sebaik-baiknya gue, pasti gak pernah lo lirik sama sekali."

Hope ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang