Bagi Freya, rasanya tidak mungkin jika dia harus berdiam selama satu minggu di rumah sakit untuk menunggu hasil BMP-nya keluar.
Tak peduli kalau dokter Rayi yang terus saja melarangnya untuk pulang, Freya tetap saja merengek minta pulang pada orangtuanya.
Haris dan Rina sebenarnya setuju dengan apa yang di katakan dokter Rayi karena kesehatan Freya masih harus di pantau, tapi melihat Freya yang tak hentinya merengek minta pulang membuat mereka luluh juga akhirnya mereka ijin untuk pulang dan akan kembali saat hasil BMP-nya keluar.
Tentu saja itu membuat Freya sangat-sangat senang karena sudah terbebas dari rumah sakit yang selalu dia sebut dengan penjara.
Good bye jarum infus dan suntikan.
Setelah tiga hari beristirahat dulu di rumah, akhirnya dia di perbolehkan untuk sekolah lagi.
Freya begitu excited. Kini dia bisa bertemu dengan teman-temannya lagi.
Selama tiga hari diam di rumah, kedua orangtuanya menyuruh Freya untuk istirahat total, paling sesekali Citra datang menjenguknya. Itu pun hanya sebentar.
Ponselnya saja di simpan dengan baik oleh kedua orangtuanya.
Bagaimana Freya tidak betah di rumah coba?
"Ingat, Frey jangan kecapean--"
"Jangan jatuh dan jangan lupa minum obat," sambung Freya memotong ucapan Haris dengan nada malas.
Hey! Bahkan Haris sudah mengatakan itu lebih dari lima kali, itu makin membuat Freya jengah saja.
Tipe-tipe orangtua yang over protektif.
"Good girl," balas Haris sambil tersenyum menatap wajah puterinya yang sepertinya terlihat ... kesal?
"Senyum dong, masa pagi-pagi udah cemberut aja sih?" kata Rina lembut.
Reflek, Freya langsung tersenyum menatap kedua orangtuanya.
Pipinya tidak mengembung lagi dan bibir mungilnya tidak mengerucut kesal.
"Nah, begitu 'kan cantik. Pantesan Noel sama Arlan suka sama kamu," ucap Rina sambil menahan tawanya.
Deg.
Apa katanya? Noel suka pada Freya? Apa itu benar?
Tapi, Arlan? Apa dia memang menyukai Freya? Tapi Arlan 'kan teman Freya.
"Mami masih pagi udah ngaco aja ngomongnya," kata Freya dengan santai lalu meminum segelas susu vanila yang ada di depannya.
"Emang kamu gak ngerasa, Frey? Mereka itu kayak berlomba-lomba ngasih perhatian ke kamu lho."
Freya terdiam sesaat. Memang benar mereka berdua selalu memberikan perhatian dan melakukan Freya dengan baik. Tapi apa itu membuktikan kalau mereka menyukai Freya?
"Hm bisa aja karena mereka ngerasa kasian?"
Mendengar kata kasihan, entah kenapa membuat Haris dan Rina meringis.
Kenapa ini begitu menyesakkan?
"Sepertinya mereka emang tulus," kata Haris dengan tenang.
Freya hanya mengangguk sebagai jawaban lalu mengambil ponselnya yang bergetar karena ada notifikasi.
Di lihatnya, itu adalah pesan dari Citra. Ternyata dia sudah siap dan menunggu Freya di depan rumahnya.
Freya tersenyum tipis lalu memasukan ponsel ke dalam saku tasnya.
"Frey mau berangkat dulu, assalamualaikum," pamit Freya lalu mencium punggung tangan kedua orangtuanya.
Dia berlari kecil menuju gerbang sambil bersenandung pelan menuju gerbang rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope ✔
Teen Fiction"Freya itu cantik, aneh, gak tau malu, polos, semua tingkah bobrok ada di dia semua dan yang lebih parahnya lagi, dia selalu ngintilin gue. Gimana gue gak risih coba? Tapi setelah gue kenal dia lebih dalam ternyata itu semua hanya topeng. Dia yang s...