"Dasar sinting!" gerutu Citra sambil jongkok menyapu halaman dengan sebatang lidi.
"Citcit sih enak pake satu batang lidi, Frey pake setengah lidi," keluh Freya mengerucut kesal. "Kenapa gak sekalian aja kita nyapu pake tusuk gigi?"
"Gandeng-gandeng lah, loba ngomong!" ketus Arlan yang sedang membawa kantong kresek hitam berukuran sedang.
Citra dan Freya hanya mendecih sebal.
Saat ini mereka tengah di hukum untuk membersihkan halaman sekolah karena tidak memakai atribut lengkap saat MOS. Kira-kira ada sekitar lima belas orang yang terkena hukuman.
Mereka di hukum menyapu dengan satu batang lidi sementara Freya hanya memakai setengah batang lidi.
Itu semua karena Freya menyapu terlalu kencang sampai lidinya patah jadi dua.
"Tuhan … kirimkanlah hamba malaikat untuk--"
"Bacot, Frey!" ketus Citra. "Cepet elah bersihin, liat tuh masih banyak sampah."
Freya hanya menghembuskan napas kasar lalu berdiri karena pegal terlalu lama jongkok.
Mungkin setelah ini dia ingin di pijat saja oleh mbak Marni, tukang pijit langganannya.
Frey melakukan sedikit peregangan karena pegal, tanpa di ketahui ada beberapa orang lelaki yang sama dihukum sedang menatap dirinya.
Frey yang merasa ditatap langsung berhenti dan menoleh pada Arlan, Rafi dan Andre.
"Heh ngapain liat-liat?!"
Mereka langsung terkesiap dan kembali menapak bumi.
"Kepedean lo!" elak Arlan. "Gue lagi liat tiang bendera."
Sementara Rafi dan Andre langsung memalingkan wajahnya dan kembali menyapu.
Freya berkacak pinggang sambil menyibak rambutnya yang panjang. "Oke, Frey akuin kalo Frey itu cantik, imut, dan seksi," kata Freya dengan pedenya. Sementara Citra dan yang lainnya ada yang tertawa dan mendecih melihat tingkah Frey. "Freya masih Maba tapi pesona Freya udah keluar, ya?" Freya hanya terkekeh geli.
Tanpa diketahui, ada bola yang sedang melayang bersiap menghantam kepala Freya.
"Awas Frey!" teriak Citra.
"Freya itu menggoda--"
Buk!
Semua hanya meringis melihat Freya yang tertimpuk bola basket.
Freya mulai terhuyung dan memegang kepalanya. Citra segera berlari menghampiri Freya yang sepertinya akan segera tumbang dan benar saja. Sahabatnya dari orok ini langsung terkapar tidak sadarkan diri, darah juga mulai mengalir dari hidungnya.
"Frey!"
Citra langsung membawa kepala Freya ke pangkuannya, menepuk pipinya.
"Woy tolongin dong ah!" teriak Citra pada temannya yang lain.
Si pelaku pelemparan bola langsung berlari menghampiri Freya.
Lelaki tampan khas bule dan tinggi itu langsung masuk ke kerumunan.
"Anjir!" kata si cowok.
"Anjir-anjir lo, cepet tolongin temen gue!" bentak Citra.
Freya pelan-pelan membuka matanya, dia tahu dia tertimpuk bola dan sekarang sedang dikerubungi temannya tapi kenapa tiba-tiba ada sosok malaikat tampan disini?
"Citcit," gumam Freya pelan.
"Alhamdulillah lo udah sadar, Frey!" kata Citra bahagia. Orang disekitarnya pun mendesah lega.
"Sialan! Lo bikin gue khawatir aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope ✔
Teen Fiction"Freya itu cantik, aneh, gak tau malu, polos, semua tingkah bobrok ada di dia semua dan yang lebih parahnya lagi, dia selalu ngintilin gue. Gimana gue gak risih coba? Tapi setelah gue kenal dia lebih dalam ternyata itu semua hanya topeng. Dia yang s...