Bone Marrow Puncture

5.1K 334 13
                                    

"Apa? BMP?!" ucap Freya dengan terkejut.

Dia yang tadinya anteng, menyadarkan punggung ke sandaran brankar sambil di suapi buah oleh Rina langsung menghentikan aktifitas mengunyahnya.

Kenapa tiba-tiba sekali? Kenapa harus BMP? Memang apa lagi sekarang yang terjadi pada tubuhnya?

"Iya, BMP. Kamu mau 'kan Frey? Kalo mau kita tinggal bicarain jadwalnya sama dokter Rayi," jelas Haris dengan tenang.

Sebenarnya tidak se-tenang itu. Sebelum mengatakan ini, dia harus memikirkannya ribuan kali. Berdebat dengan istrinya dulu karena Rina merasa tidak tega harus mengatakan ini pada Freya. Rina bilang, rasanya ini terlalu jahat. Terlalu menyakitkan jika harus dialami oleh Freya.

Freya hanya diam tanpa menjawab. Wajahnya nampak murung. Bibir ranumnya mengerucut kesal.

Rina yang melihat itu langsung menyimpan mangkuk berisi buah-buahan ke meja di depannya dan mengusap rambut Freya lembut.

"Frey mau, kan?" tanya Rina.

Freya hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

"Lho kenapa? Emang Frey tau BMP itu apa?" tanya Haris yang mulai melangkah mendekati Freya.

"Bone marrow puncture dan itu bikin Frey takut," lirih Freya.

Haris dan Rina terdiam sesaat. Ternyata Freya sudah mengetahui BMP terlebih dahulu?

"Apa yang kamu takutin coba? Ini hanya buat ngecek sumsum tulang belakang kamu, sayang."

Freya langsung membelalakan mata bulatnya. Kenapa papinya begitu gampang sekali menyebut kata-kata itu?

Apa papinya belum mengetahui prosedur BMP yang menyeramkan itu?

"Tulang Frey bakal di bor terus dokter bakal masukin suntikan yang besar buat ngambil sample sumsum tulang belakang Frey. Apa papi tega liat Frey jalanin prosedur kayak gitu?!"

Haris mengusap wajahnya gusar, Rina hanya memeluk Freya dari samping untuk menenangkannya.

Perlahan mata hitam bulat itu berkaca-kaca. Kenapa kedua orangtuanya tega sekali menyuruh Freya mengikuti prosedur BMP?

Apa mereka pikir Freya tidak tahu mengenai apa itu BMP? Cih yang benar saja.

Sebenarnya Freya sudah menduga ini. Saat mengetahui dia di diagnosa Trombositopenia oleh dokter, dia langsung mencari informasi tentang penyakit yang di deritanya ini termasuk penanganan.

Di sana memang di sebutkan bahwa pasien harus melakukan BMP.

Air mata pun akhirnya meluncur melewati pipinya. Hanya sekedar membaca informasinya sudah membuat Freya takut, apalagi harus menjalaninya?

Rina dan Haris tentu saja merasa tidak tega tapi cuma dengan cara ini mereka bisa mengetahui tindakan selanjutnya yang harus di jalani Freya.

"Tapi ini buat kebaikan kamu, Frey! Memangnya kamu gak mau sembuh?!"

"Apanya yang kebaikan buat Frey? Itu namanya papi sama mami mau nyiksa Frey!"

Haris membalalakan matanya terkejut. Mana ada orangtua yang mau menyiksa anaknya?

Tentu saja ini adalah untuk kebaikan Freya.

"Freya jaga ucapan kamu!"

Mendengar sang suami yang membentak Freya, Rina segera melerainya dan menenangkan suaminya agar amarahnya tidak membuncah.

Freya terkejut dengan bentakan papinya. Tidak biasanya dia di bentak seperti ini. Biasanya dia selalu di perlakukan lemah lembut oleh kedua orangtuanya.

Hope ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang