"Lo harus tepatin janji itu, Ar," kata Noel sambil menaruh tangan di saku celananya, memandang dengan angkuh Arlan yang berdiri di hadapannya.
Terlihat sekali sorot kecewa di matanya tapi Noel tidak peduli karena ini lah yang dia harapkan.
"Iya, gue mundur tapi bukan berarti lo menang. Kita gak tau perasaan Freya sebenernya buat siapa," balas Arlan.
Noel mengangguk patuh. Memang benar, tapi dia akan berusaha merebut hati Freya dan menjadikan Freya miliknya. Hilangnya Arlan dari hidup Freya harus Noel manfaatkan dengan baik karena pesaingnya sudah tidak ada.
"Iya gue tau. Gue bakal cari waktu yang tepat dan gue harap lo jangan keras kepala buat berusaha deketin Freya lagi."
Arlan mendesah pelan dan mengangguk. "Gue harap juga, kalau pun Freya jatuhin pilihannya sama lo, lo bakal jagain dia dengan baik."
"Gue tau itu dan tanpa lo suruh pun gue bakal lakuin yang terbaik buat dia."
Meskipun Arlan mempercayakan Freya pada Noel, tetap saja hatinya sakit. Dia tidak rela jika gadis yang dia sayangi harus bersama orang lain.
Mimpi buruk ini benar-benar membuat Arlan gila.
"Bagus kalo gitu."
Arlan lalu melangkah pergi meninggalkan Noel yang tengah tersenyum bahagia.
Tidak dekat seperti dulu tidak masalah bagi Arlan, yang penting dia masih bisa melihat Freya.
***
"Arlan ke kantin, yuk?" ajak Freya.
"Gue masih kenyang," kata Arlan dengan malas. Kedua matanya bahkan tidak menatap wajah Freya. Penglihatannya fokus pada layar ponsel di tangannya.
"Kok gitu? Yaudah anterin Frey, yuk? Citcit jahat, dia gak mau anterin Frey ke kantin," pinta Freya.
Sial.
Arlan tidak tega mendengarnya. Kenapa juga Citra tidak mau mengantarnya? Ini membuat hati Arlan kembali goyah tapi mau bagaimana pun, perlahan dia harus menjauhi Freya.
"Ajak Siti aja."
"Gak mau, Frey mau-nya bareng sama Arlan," rengek Freya. Dia lalu duduk di bangku sebelah Arlan dan mendorong-dorong bahunya. "Ayo, Arlan."
Arlan masih diam, mencoba fokus pada ponselnya. Dia tidak mau semakin terluka.
"Sama yang lain aja, Frey."
"Maunya sama Arlan!" Freya lalu merampas ponsel di tangan Arlan dan menaruhnya di belakang punggungnya. "Ayo anterin Frey, kalo gak nanti hape-nya Frey buang ke tong sampah," goda Freya sambil tertawa geli.
Arlan mendesah pelan, di saat seperti ini masih sempat saja Freya mengajaknya bercanda. Tawanya yang khas membuat hatinya kembali menghangat.
"Buang aja." Arlan lalu pergi keluar kelas tanpa melirik ke belakang.
Tawa Freya langsung hilang, sorot matanya memancarkan kebingungan melihat prilaku Arlan yang jutek terhadapnya. Bibirnya mengerucut kesal.
Arlan benar-benar menyebalkan.
Akhirnya dia menaruh ponsel Arlan di kolong mejanya dan melangkahkan kakinya dengan lesu menuju bangkunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope ✔
Teen Fiction"Freya itu cantik, aneh, gak tau malu, polos, semua tingkah bobrok ada di dia semua dan yang lebih parahnya lagi, dia selalu ngintilin gue. Gimana gue gak risih coba? Tapi setelah gue kenal dia lebih dalam ternyata itu semua hanya topeng. Dia yang s...